Kabar

101 9 0
                                    

Setiap orang yang diberi kesempatan untuk hidup pasti memiliki batas waktu dimana ia akan kembali kepada Sang pencipta, Allah swt. Jika ada ada pertemuan maka ada perpisahan. Setiap yang datang akan pergi, dan itu adalah suatu ketetapan yang tak bisa diganggu gugat.

"Ayah telah meninggal" ucap Ahmad, dan tentunya deretan kata itu, berhasil membuat tubuh Aisyah lemah seketika

"Kak Ahmad bercanda kan? Gak lucu tau" ucap Aisyah tak percaya dengan apa yang dikatakan kakaknya

"Kak Ahmad gak bohong, kak Ahmad serius" ucap Ahmad menatap mata adiknya lekat

"Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un" ucapnya lirih, air matanya bercucuran tak bisa diajak kompromi. Baru kemarin ia berkomunikasi dengan ayahnya, tiba-tiba kini pergi meninggalkannya.

*****

Aisyah pov

Bendera kuning telah berada disana, menandakan seseorang telah pergi, menghadap pada sang pencipta. Bendera itu, merupakan suatu benda yang sangat amat ditakuti oleh semua orang terutama aku sendiri. Benda keramat itu, kini berada didepan dirumahku, tolong beritahu aku kalau ini hanya mimpi.

"Sya" panggil kak Ahmad sambil menepuk pundakku, menyadarkanku dari lamunan

Awalnya aku kira ini hanya sebuah lamunan biasa, halusinasi yang tidak akan pernah menjadi nyata. Mataku menangkap benda keramat itu dan fikiranku menyadarkanku bahwa ini bukan khayalan, bahwa ini adalah sebuah kenyataan.

Aku tersadar dan segera ku susul langkah kaki kak Ahmad dan tentunya dengan air mata yang bercucuran. Ku masuki rumah itu, rumah sederhana yang menjadi saksi kisahku dan ayah. Tangisan dapat terdengar dimana-mana, kesedihan dapat tergambar dengan jelas.

Aku menuju ke jenazah ayah dan memperhatikannya dengan jelas. Ku harap hal ini dapat menyadarkan diriku sendiri bahwa ayah telah tiada. Tapi, ini sangat sulit walau otak ku merespon, hatiku belum sanggup menerima. Aku dapat melihat dengan jelas mayat itu kalau itu ayah. Tapi ku mohon, bisakah ini hanya dalam mimpi saja atau bisakah Allah memberikan waktu bagi ayah sebentar saja,

Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami sekali-kali, tidak dapat dikalahkan, (Q.S Al Waaqi'ah: 60)

Aku duduk didepan jenazah ayah, menatapnya dengan tatapan kosong.

"Ayah akan pulang sebentar lagi" ucapan ayah melalui sambungan telpon teringiang dikepalaku

"Ayah marah sama Aisyah? Kok gini cara ayah marahnya, Aisyah gak suka"

"Ayah kok ninggalin Aisyah?"

"Ayah bangun yah, Aisyah mohon"

Kak Ahmad yang melihatku segera memelukku, Isakan itu terus lolos dari bibirku. Kak Ahmad mengelus-elusku mencoba menenangkanku

"Kak, ayah kenapa pergi? Kenapa ayah ninggalin Aisyah?" ucapku disela-sela tangisan dan tak direspon oleh kak Ahmad

"Aisyah ingin ikut ayah"

"Dek, jangan bilang gitu, ini udah takdir" ucapnya dengan nada menenangkan, tapi aku dapat mendengar isakan yang lolos dari bibirnya

Orang tua memiliki peran penting dalam kehidupan. Ibu itu, bagaikan sayap yang menyediakan segala kebutuhanmu. Mendukung setiap langkah yang kau inginkan, dan peka terhadap apa yang kau rasakan. Ayah, ayah itu bagaikan penunjuk arah. Dimana ia akan menuntunmu menuju kerah yang benar, menunjukkan jalan bahwa ini adalah yang terbaik untukmu.

Bayangkan jika kalian tidak memiliki penunjuk itu. Kalian punya sayap mungkin berukuran sangat besar yang dapat kalian gunakan kemana-mana. Tapi, jika kalian tak memiliki arah atau tujuan maka apa gunanya kedua sayap yang kalian punya?. Tolong beritahu aku bagaimana caranya untuk mengerti semua ini. Percayalah, ini sangat sulit

"Kak, Aisyah harus apa? Aisyah gak bisa hidup tanpa ayah"

"Syaikh Abdullah Alu Bassam rahimahullah berkata, "Apapun yang Allah ambil dan berikan, semuanya adalah milik-Nya, dan dibalik itu ada hikmah sempurna dan tindakan yang tepat. Siapapun yang menentang hikmah ini, ia sekan menentang putusan dan takdir Allah yang justru inti maslahat, hikmah, asas keadilan dan kebaikan." Jawab kak Ahmad membacakan salah satu hadis ditelingaku

Walau kak Ahmad membacakan beribu-ribu dalil. Ku tak tahu, apakah aku dapat mengikhlaskan kepergian ayah atau tidak. Bukan maksud untuk menentang keputusan Allah, tapi ini terlalu cepat. Kumohon beri aku waktu

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 23, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang