Halaman 38 : Belajar Berjalan, Hm?

3.3K 220 3
                                    

Author Pov.

Keesokan harinya, tepat pukul 07.30, Vale terbangun akibat suara bising alarm pada jam bekernya. Masih terpejam, ia menekan malas tombol pada jam beker tersebut. Menguap lebar seraya merentangkan kedua tangannya.

Kakinya melangkah kearah cermin dengan santai. Ketika membuka kelopak matanya perlahan, ia masih saja sempat menguap. Setelah sadar akan penampilannya saat ini, ia masih mematung didepan cermin itu.

Sungguh berantakan. Rambutnya urakan tak beraturan, matanya sembab dan hidungnya ikut memerah, juga pakaiannya yang sangat... Uh, kamu tau lah.

Akhirnya tersadar, ia segera melangkahkan kaki menuju kamar mandinya. Setelah selesai, beberapa menit kemudian, ia turun menggunakan baju santainya saat dirumah. Membiarkan rambut peraknya yang basah terurai bebas.

Langkahnya menuju dapur, mengisi kulkas yang kosong dengan berbagai macam sayuran, buah-buahan serta bumbu dapur lainnya. Walau sebenarnya, semua itu tidak berguna. Jika sudah kadaluarsa, yah, tinggal buang. Mudahkan?

Tidak jadi. Ia tidak mood untuk makan apalagi berenang setiap pagi. Yah, dan kini tujuan akhirnya adalah ruang keluarga, yang berisi sofa empuk, karpet berbulu, dan televisi dengan berbagai channel menarik.

"Hahaha!!" Sejenak ia melupakan kejadian pahit kemarin dengan tertawa saat menonton film kartun yang konyol.

Praang!!

Ia menoleh kearah bilik Marcel. Siapa itu? Mungkin ia lupa akan kehadiran Sea dirumahnya.

"Argh!!!"

Matanya membulat sempurna karena mengenal suara erangan tersebut. Segera ia mematikan televisi dan berlari kecil menuju kamar Marcel.

Tidak dikunci, kosong, dan juga basah dilantai sekitar pintu kamar mandi. Sea, apakah terjadi sesuatu padanya?

Ceklek.
"Astaga! Sea apa kau baik-baik saja?" Vale menarik lembut jari telunjuk Sea yang terjepit diantara dinding dan juga bathub.

"Aw, sakit!" erangnya.

Berdarah karena kukunya hampir lepas jika tidak cepat ditarik oleh Vale. Sungguh menyakitkan.

"Sini, biar aku obati."

Tangannya terulur menggapai jari telunjuk Sea. Perlahan tapi pasti. Jari telunjuknya dimasukkan kedalam mulutnya. Lidahnya bermain dengan kukunya yang hampir terlepas dan juga menelan semua darahnya.

Awalnya terdengar suara rintihan sakit, kemudian berubah menjadi erangan nikmat.

Cantik dan juga seksi. Rambutnya yang sedikit basah terurai bebas, bajunya aneh tapi menarik, juga permainan lidahnya membuat Sea terangsang.

Vale menyudahkan gulumannya terhadap jari telunjuk Sea yang diakhiri ciuman kecil di telunjuknya tersebut. Ajaib memang. Kukunya kembali menyatu tanpa darah ataupun bekas luka menyakitkan itu.

"Sudah. Apakah kau tidak ingin berubah, hm?"

Melirik Vale sekejab, lalu memalingkan wajahnya. Memang terkesan dingin, tapi terbesit cinta dan kerinduan yang mendalam.

"Aku bisa sendiri," Jawabnya sungkan.

Pertama, Sea mengeringkan ekor duyungnya yang masih basah menggunakan tangannya.

"Caramu yang seperti itu adalah sia-sia. Yang benar adalah memfokuskan pikiranmu pada ekormu. Bayangkan jika ekor tersebut menjadi sepasang kaki manusia,"

Walaupun kesal karena diajari, namun Sea tetap melakukannya. Hanya memfokuskan pikirannya, itu mudah kedengarannya. Tapi dugaannya salah, ini sangatlah sulit. Hingga keningnya berdenyut kencang dan tangannya mengepal hebat.

Prince Of Sea [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang