#3 : Sing For You

2.2K 167 29
                                    

Kuroo Tetsuro x Kozume Kenma.
.

.
Angst.
.
.
Italic = Flashback.
.
.
All Kuroo Pov.
.
.
Happy Reading Minna~~
...
...
...

Ku petik lembut senar gitarku, nada-nada yang indah menyakiti hati, menyesakan dada. Mataku mulai memanas tatakala mengingatnya. Mengingat sosok kekasih sekaligus teman kecilku.

Aku bernyanyi, terus bernyanyi. Tak peduli cairan bening sialan yang dengan lancangnya membuat anak sungai dipipiku. Tak peduli seberapa sesak dadaku, aku hanya merindukannya, merindukan sosok Kenma.

"Kuroo... aku ingin mendengarmu bernyanyi dengan iringan gitarmu."

"Kuroo... buatkan aku sebuah lagu. Lagu tentang kita."

"Kuroo... kau sangat keren tadi, kau jadi terlihat lebih tampan."

"Kuroo... aku ingin mendengarmu menyanyikan lagu yang kau buat di saat terakhirku."

Aku menangis, terisak hebat saat mengingat potongan memori bersamannya. Dengan bergetar hebat aku masih bernyanyi.

.

Di sebuah taman yang terletak di Tokyo International Hospital, aku memainkan gitarku, menghasilkan sebuah melodi indah penyejuk hati. Kenma, sosok dalam balutan baju tidur rumah sakit, serta selang infus yang tertancap di tanggannya terlihat sangat menikmati permainanku.

Kenma terus memperhatikanku dengan senyum kecilnya, badannya sangat kurus, wajahnya pucat, itu semua benar-benar menyakiti hatiku. Dibalik tubuh lemahnya, dia selalu tersenyum, seolah meyakinkan seseorang bahwa ia baik-baik saja. Dia kuat sekaligus rapuh, aku pernah melihatnya menangis dalam dia saat malam hari, meratapi nasibnya. Sungguh aku ingin mendekapnya, tapi aku tau diri, dia hanya butuh waktu untuk sendiri.

"Kuroo... aku ingin mendengarmu menyanyikan lagu yang kau buat di saat terakhirku."

Aku membelalak, menatapnya tak percaya.
"Kenma... aku mohon jangan berucap seperti itu. Kau akan hidup, yakinlah itu, Kenma!! Kita akan hidup bersama."

Kenma menggeleng.
"Tidak, Kuroo. Dengarkan aku, lambat laun aku pasti akan mati, dengan tubuh lemah ini dan penyakit yang bersarang di tubuhku yang kian mengganas, ku kira aku tak akan bisa untuk meneruskan hidupku."

Aku sedikit emosi, namun ku tutupi dengan apik. Aku hanya takut, takut jika ia benar-benar akan pergi meninggalkanku, walau aku tau dia tak akan bertahan lama.

"Kumohon... jangan berkata seolah kau akan pergi dariku secepatnnya... aku mohon Kenma, tetaplah tersenyum, aku akan selalu disisimu, menyanyi untukmu."

Kenma tersenyum, mengangguk singkat.

...
...

Dua hari telah berlalu, kini Kenma tengah berjuang keras melawan penyakitnya. Dia tak sadarkan diri, ibunya terisak hebat, aku dan ayahnya hanya diam tertunduk.

Dokter keluar, dia mencariku. Ada apa ini? Aku takut. Kenma, apa kau baik-baik saja?

Aku memasuki ruangan serba putih dengan bau obat yang menyengat. Disana, terbaring lemah sosok Kenma, tersenyum lemah kearahku. Matannya seolah mengatakan, mendekatlah padaku, Kuroo.

Aku duduk tepat di sebelahnya, tanganku gemetar memegang gitar kesayanganku, hadiah terindah Kenma saat ulang tahunku yang ke 18.

"K-Kenma? Apa kau merasa sakit? Dimana? Katakan padaku."

Ia tersenyum lemah, lalu menggeleng. Bersamaan dengan itu kedua orangtua Kenma memasuki ruangan. Berdiri kaku di belakangku.

"K-Ku-ro... B-Ber-nya-nyilah... U-Untuk-ku."

Kenma berujar sengan nafas yang tersenggal, kulitnya kian pucat dan tubuhnya tinggal tulang.

Aku mengangguk, hatiku resah. Aku merasa sangat sesak, teringat kata-kata Kenma dua hari yang lalu. Tapi, apakah harus saat ini? Apa harus detik ini juga? Tuhan, apa kau akan menjemputnya secepat itu?

Kenma tersenyum, seolah menyuruku untuk segera bernyanyi.

Aku mulai memetik gitarku, membentuk sebuah melodi indah yang kuciptakan hanya untuknya. Aku mulai bernyanyi, sebuah lagu tentang kita berdua, sebuah lagu penyejuk hati namun sangat menyesakan saat ini.

Kenma tersenyum lembut kearahku, lalu beralih kepada orangtuannya. Matannya berkaca-kaca saat melihat ibunya yang terisak hebat di pelukan sang ayah.

Aku bernanyi, terus bernanyi. Aku tak peduli, aku hanya melihat sosok Kenma, sosok yang saat ini mulai mengantuk, kelopak pucat itu kini tertutup, menyembunyikan sebuah kelereng madu indahnnya.

Aku menangis, terisak hebat namun Ku tetap bernanyi, aku sudah berjanji padannya. Aku terus bernanyi dengan tubuh gemetar, di hadapanku, Ibu Kenma memeluk sang putra yang terlelap damai, terbang memuju surga yang suci.

Kini, Kozume Kenma, Kekasihku, Cintaku, Hidupku, Duniaku, serta Teman kecilku, telah menutup mata untuk selamanya, dia dipanggi kerumah tuhan dalam usia 19 tahun karena leukimia stadium terakhir.

.

"Kenma... Kenma... Kenma!! Hiks aku merindukanmu... apa kau bahagia disana? Apa kau baik-baik saja? Apa kau makan dengan teratur? jangan tidur larut malam hanya karena game barumu! Kenmaa!! Kenma!! Jawab aku!! Aku merindukanmu!!"

Aku terisak hebat, tubuhku bergetar. Nyatannya, aku tak setegar Kuroo Tetsuro saat diluar. Aku juga manusia, aku memiliki titik terlemahku sendiri. Aku hancur saat mengingat Kenma.

Aku mencintainya, sangat mencintainya.

Aku, Kuroo Tetsuro sangat sangat mencintai Kozume Kenma melebihi apapun.

-END-

Pojok bacotan author :
Oke~ Oke~ jangan timpuk saya minnaa-saaannn~~ /plak/

Maafkan cerita angsa ini T.T
Ini Lyn ambil dari lagu Sing For You by EXO.

Oke, Sampai berjumpa di chapter selanjutnya ^^

VoMent~~ Cintakuh~~ Sayangkuh~~

Kumpulan FanFic KuroKen [ Haikyuu ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang