DUA-ANGGI

183 23 2
                                    

Teman kantorku selalu memberiku pujian ketika sedang makan. Karena siapapun yang ku temani di meja makan aku tidak perah canggung untuk memakan makanan yang sudah menjadi bagianku.

Seperti sekarang aku sedang berada bersama Dewa. Arka Dewa Mahendra. Teman kuliahku yang juga satu jurusanku dan juga teman angkatanku serta pacar sahabatku dan juga jangan lupakan mantan pacar dari teman-temanku.

"Kamu tinggalnya di hotel mana?". Ucapku memulai pembicaraan.

"Rumah dinas". Jawabnya singkat. Sepertinya orang di depanku ini benar-benar kelaparan. Padahal ia bisa menikmati berbagai macam makanan di hotel tempat ia pelatihan.

"Pelatihan sampai harus tinggal di rumah dinas?". Tanyaku kembali.

Dia kemudian menatapku dengan pandangan yang tidak mengerti apa maksud dari pertanyaanku.

"Pelatihan apa?". Tanyanya lagi.

"Kamu pelatihan kan?". Jawabku lagi

"Tidak. Aku ditempatkan di sini". Ucapnya dan kembali meminum minuman berwana coklat disertai soda itu.

"Jadi kamu di sini kerja?". Tanyaku seperti orang yang kaget. Aku memang kaget. Ternyata pernyataanku salah kalau ia ada pelatihan di kota ini.

Aku melihat ia hanya menganggukan kepala.

"Berapa bulan?" . Tanyaku lagi

"Seumur hidup". Jawabnya santai

Aku kembali menikmati makananku. Kita sama-sama terdiam dengan pikiran masing-masing.

Tidak begitu penting Dewa mau kerja dimana. Mungkin dia sudah punya rencana masa depan bersama Dilla. Akhirnya Dilla benar-benar bisa membuat Dewa bisa bertahan kepadanya.

Aku pergu mencuci tanganku meninggalkan Dewa yang sudah lebih dulu mencuci tangannya.

Sampai di meja aku melihat ia kembali memakan burger yang tadi ia beli. Aku hanya memakan kentang goreng sekali-kali. Padahal perutku rasanya sudah penuh.

"Yuda masih di Jogja". Ini ucapan yang paling tidak penting menurutku. Tapi kenapa mampu membuat hatiku langsung berdesir.

Aku menatap wajahnya. Seperti seolah aku butuh penjelasan atas kalimatnya.

...

Aku dan Yuda mulai berpacaran setelah kita masuk di semester dua.  Aku, Yuda dan juga orang yang berada di depanku ini, Dewa berada di fakultas yang sama denganku. Meskipun Yuda berada di jurusan yang berbeda. Aku dan Dewa sebagai mahasiswa teknik sipil sedangkan  Yuda teknik arsitek.

Hubunganku dan Yuda tidak begitu banyak yang tau. Hanya sahabat-sahabat terdekatku saja seperti Rea dan  Ara.

Tapi memasuki semester akhir hubunganku dan Yuda sudah mulai banyak yang tau. Maklum saja. Yuda adalah ketua angkatan di jurusannya dan juga merupakan ketua BEM di fakultas kami dimasanya.

Semua masih berjalan seperti semestinya. Aku bukan tipe cewek yang selalu harus diperhatikan dan Yuda juga bukan cowok yang ingin selalu diperhatikan.

Sampai akhirnya setelah lulus kuliah. Yuda dan Dewa diterima disalah satu perusahaan besar yang rata-rata menjadi idaman di kalangan teman-temanku.

Yuda memilih tinggal di Jogja padahal ia asli Bandung. Sedangkan aku memilih untuk kembali ke kota kelahiranku.

Kita menjalin hubungan jarak jauh. Di awal semua berjalan lancar. Jarak tidak menjadi masalah besar.

Sampai akhirnya hubungan kita berakhir ketika ada Ara yang juga masih tinggal di Jogja mendapati Yuda sedang bersama salah satu teman angkatannya saat masih kuliah.

Awalnya aku dan Ara menganggap mereka mungkin hanya teman. Seperti aku ketika bersama teman angkatanku yang lain. Kecuali beberapa orang seperti Dewa dan beberapa temannya.

Tapi sampai akhirnya entah darimana Ara mendapat kabar jika mereka berdua memang berpacaran. Ara mengirimkan beberapa foto di instagram milik perempuan yang jalan bersama Yuda.

Saat itu aku menelfon Yuda dan ingin membicarakan secara baik-baik. Sebenarnya apapun alasannya aku tetap ingin mengakhiri hubunganku dengannya.

Aku membenci perselingkuhan. Pokoknya hubungan jika ada pihak ketiganya aku tidak sudah tidak bisa memberi tolerir.

Beberapa kali Yuda minta maaf kepadaku. Tapi nyatanya aku benar-benar membenci perselingkuhan meskipun dengan berbagai alasan apapun.

Satu tahun terakhir ini aku berusaha melupakan dan membuat semuanya seperti tidak apa-apa.

Perselingkuhan benar-benar menghancurkan semuanya.

...

Tidak begitu sulit bagiku mencerna perkataannya. Yuda dan Dewa dulu berada di kantor yang sama selama 2 tahun. Makanya ia tahu betul apa yang terjadi.

"Sepertinya mereka berdua putus". Ucap Dewa kembali

Aku bukan perempuan lemah. Aku tidak mungkin pergi begitu saja dari hadapan Dewa. Bukankah aku benar-benar sudah move on.

"Tidak terlalu penting. Aku dan Yuda sudah lama tidak pernah saling berhungan". Jawabku jujur.

"Tapi sepertinya dia benar-benar menyesal". Jawabnya lagi.

Aku hanya tertawa dan kembali mengambil kentang goreng tanpa memberikan saus.

"Tapi dari kejadian tahun lalu aku bersyukur. Daripada pas sudah menikah repotkan". Ucapku tertawa

Aku melihat Dewa hanya tertawa dipaksakana.

"Jangan menertawaiku seperti itu. Aku malahan merasa menjadi orang beruntung karena cepat tahu semuanya".

"Siapa yang menertawaimu". Jawabnya lagi. Ku lihat burger yang tadi ia makan hanya tersisa pembungkusnya saja.

"Laki-laki memang tidak tau di untung. Sudah dapat yang setia malah selingkuh. Awas saja kalau kamu berani selingkuh dari Dilla".

Kali ini ia benar-benar tertawa.

"Kamu tidak tau kalau aku sama Dilla sudah berakhir?". Tanyanya kepadaku

"Tidak terlalu penting. Kamu bahkan sudah putus beberapa kali dari temanku. Dasar cowok tidak tau beryukur".

Aku menggelengkan kepalaku sambil tersenyum.

Dilla adalah salah satu cewek populer di kampus. Apalagi di kalangan Fakultas. Selain karena cerdas. Dilla juga aktif di organisasi kampus. Belum lagi karena ia sangat aktif di UKM seni tari. Membuat para mahasiswa ingin menjadikannya kekasihnya.

Terhitung dari sekarang. Cowok yang sedang berada di depanku pernah berpacaran dengan empat teman dekatku.

"Dia sama seperti Yuda".

Aku mendongakkan kepalaku melihat wajahnya yang menatapku dengan mata tegasnya. Mata dulu yang mampu membius para mahasiswi. Mungkin samapai sekarang.

UNTUK ANGGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang