Setelah mendapat pesan jika Ara akan tiba di Makassar jam 2 siang aku meminta izin di kantor untuk menjemputnya. Dua hari sebelum Ara datang aku langsung meminta pekerjaan di bos dan menyelesaikannya dalam dua hari agar aku bisa meminta libur di hari kamis dan jumat.
Aku menjemputnya di bandara bersama dengan Dilla.
Entah bagaimana tanggapan Dilla saat ia tau aku dan Dewa dekat.
Aku melambaikan tangan ke arahnya. Tampak dua orang yang dulu ku kenalkan satu sebagai sahabat saat aku SMA dan satu lagi sahabat saat kuliah. Tapi entah saat masuk kuliah Dilla sudah tidak seterbuka dulu saat aku masih duduk di bangku putih abu-abu.
"Kangen banget sama makhluk ini". Ara memelukku sangat erat. Dia memang saudaraku. Aku ingat saat aku berakhir dengan Yuda. Ia rela datang ke Makassar untuk melihatku apa aku baik-baik saja.
Setelah melepaskan pelukan Ara aku berganti memeluk Dilla.
"Welcome di kota kelahiranmu anak yang betah tinggal di kampung orang". Ucapku membuat mereka berdua tertawa.
Barang yang mereka bawa tidak begitu banyak.
"Kita singgah makan dulu".
Sepertinya orang yang duduk di sampingku benar-benar kelaparan.
"Di rumah aja. Ibu udah masak banyak". Kataku.
"Aku singgah di rumah aja ya Gi".
"Tidak ke rumah dulu Dil?". Tanyaku pada Dilla
"Besok atau lusa deh. Mama di rumah dari tadi nelfon". Aku hanya mengangguk dan sangat memahami betapa rindunya orang tua dengan anak yang pergi merantau.
Ponselku yang berada di tas berbunyi. Aku menyuruh Dilla mengambilkan karena tasku berada di kursi belakang.
"Bagian mana Gi?"
"Lupa. Cek aja semuanya".
"Dewa". Aku mendengar jelas Dilla mengucapkan nama Dewa, mantan pcarnya.
"Dia sudah pindah kerja kesini kan".
Ucap Ara. Itu pernyataan bukan pertanyaan. Karena aku pernah bercerita jika aku pernah beberapa kali bertemu dengan Dewa.
"Angkat aja Dil".
Ucapku. Aku tidak enak jika harus meminta ponselku yang sepertinya sedang ia pegang. Aku tidak lihat. Aku sedang menyetir.
"Gak mau". Ucap Dilla
"Ya udah sini".
Ara kemudian mengambil ponselku dan menggeser layar berwarna hijau.
"Halo Wa".
"Ini aku Ara. Anggi lagu bawa mobil"
"Bukan. Aku lagu di Makassar. Tadi sama Dilla ke sini terus di jemput Anggi di Bandara".
"Ada yang mau disampein atau gimana?".
"Oh ya udah. Eeh eh. Ayo jalan-jalan".
"Oh Dewi juga ada di sini ternyata"
"Dewi ke rumahnya Anggi?"
"Oke".
Aku menoleh ke arah Ara yang baru mengakhiri percakapannya dengan Dewa.
"Ada apa ra?". Tanyaku
"Tadi katanya dia mau nanya Dewi udah sampai rumah kamu apa belum. Hpnya tidak aktif".
Oh aku baru ingat jika Dewi hari ini mau main ke rumah.
"Oh ya sudah mintol telfon ibu aku Ra".
KAMU SEDANG MEMBACA
UNTUK ANGGI
General FictionDua tahun setelah lulus kuliah. Anggi dan Dewa, dua teman kelas yang tidak begitu akrab dipertemukan kembali di kota yang sama tempat mereka bekerja. Setelah lulus kuliah Anggi mendapat tawaran untuk bekerja di kota kelahirannya, Makassar sedangkan...