suatu ketika di ujung rumah tepat di halaman rumah. yuan diandra putri dan yoona devanda putri anak kembar yang berambut hitam panjang, sedang duduk di ayunan putih.
"ka yuan, kaka yakin ama keputusan kaka yang tadi ke papah? apa kaka ga mikir panjang dulu?" suara kaku dan terbatah batah. sambung yoona "apa kaka yakin bakal tinggalin aku disini? apa kaka ga mau nyoba dulu lanjut sekolah SMA disini?" ucap yoona dengan bibir gemetar.
"apasi kamu na, udah deh gausah bahas itu lagi, aku lagi gamau bahas itu, toh kalo nanti kaka ubah keputusan kaka yang tadi, nanti kaka bakal diminta apa alesan untuk ambil keputusan yang lain? kalo kaka gabisa ngasih alesannya kan pasti papah gaakan ngasi kesempatan kaka." ucap yuan dengan pikiran yang masih buyar. sambung yuan "udahlah na jangan mikirin kaka, keputusan yang kaka ambil, kaka bakal nanggung semua itu sendiri ko, kamu tenang aja ya." ucap nya dengan sedikit senyuman agar yoona adik nya itu percaya pada yuan kaka nya.
"tapi kaa, kalo kaka mau ubah keputusan kaka tadi, aku janji kaa, janji akan bantu kaka ngomong ke papah, aku janji kaa, pliss ka ubah keputusan kaka, aku yakin kaka gabakal nyesel ngubah dan ngasih kesempatan lagi untuk sekolah disini." dengan senang hati, gembira dan meyakinkan yuan untuk mengubah keputusan yang tadi. ditambah dengan senyum lebar yoona yang nambah keyakinan yuan untuk sekolah lagi disini.
"hmm" memikir sambil senyum itu sudah dijadikan tradisi oleh yuan. sambung yuan "oke kalo kamu maksa kaka untuk tetep bersama kamu, kaka akan mikir lebih panjang lagi untuk mengambil keputusan nanti." senyuman lebar muncul ketika seseorang berusaha meyakinkan sebuah keputusan.
"hehehehe, gitu dong senyum jangan cemberut mulu nanti manis nya ilang" kedua nya tersenyum dan masuk ke dalam rumah dengan bersamaan dan sambil tersenyum bahagia.
Tampak seseorang berkacamata yang sedang duduk di depan tv memegang majalah dan ditemani dengan teh hangat nya. baru saja seseorang berkacamata menutup majalah dan menyeruputi teh hangat milik nya. yaitu papah. seketika terdengar suara teriakan yang sangat kencang di lantai di atas. di kamar papah dan bunda nya yuan dan yoona. setelah mendengar teriakan yang sangat kencang, seseorang berkacamata (papah) lari mendekati asal teriakan tersebut.
"bun, bun, ada apa bun" suara kekhawatiran pun keluar dari mulut papah nya. sambung papah "bunda kenapa? ada masalah di sini? kenapa bun?" teriakan yang kencang mengakibatkan pertanyaan yang dilontarkan banyak. sambung papah "sini sini, sudah sudah tenang lah dulu" karna kekhawatiranya sangat tinggi, papah segera menggapai tangan bunda dan segera memeluknya dan berusaha menenangi sang istri.
"na, na, perasaan kaka tadi ada yang teriak deh, kenceng banget lagi, cari yooo ayo cari na." ujar yuan yang sedang binggung mencari dari mana asal teriakan tersebut.
"iya deh ka kaya nya suara nya dari atas deh ka, iyaa ka ayoo kaya nya suara nya dari atas, iyaa aku yakin." keyakinan yoona sang adik muncul, akan tetapi yoona pun terasa sangat bingung. sambung yoona "tapi kaa, siapa ya kaa? anehh?" ucap yoona.
"udah lah jangan mikirin siapa siapa nya dulu, yang penting kita harus samperin, ayo buruuu." ucap yuan sambil menarik tangan yoona menuju tangga untuk mendekati suara tersebut.
sesampai disana yuan dan yoona melihat papah yang sedang memeluk bunda nya di sofa putih besar. sambil menangis dan berusaha menenangi yang sedang di peluknya.
"papah, bunda" ucap anak kembar yang baru saja sampai di atas.
"pah, bunda kenapa? ada apa dengan bunda? pah katakanlah pah, ada apaaa, kenapa bunda nangis? kenapa pah? papah jawab." ucap yuan di dampingi setetes demi tetes air dari mata nya keluar.
"ka, sabar dulu ka sabar, jangan begitu nanya nya, nanti dulu, papah kan lagi menenangi bunda, nanti juga dikasih tau sama papah, ka sabar aku mohon." ucap permohonan yoona terhadap yuan agar sang kaka tenang terlabih dahulu.
Tidak lama dari teriakan bunda yang sangat kencang. datang lah Yusuf dari spanyol, dia anak pertama dari keluarganya. seketika Yusuf sampai di rumah, dia mendengar suara tangisan di dalam rumah nya. dan ia bergegas memasukin rumah nya dan mencari sumber taangisan tersebut.
"papah, bunda, yuan, yoona, ada apa ini? kalian kenapa? hei yuan, yoona, katakan apa yang sudah terjadi? hei kalian kenapa? yoon ada apa ini? ko kalian nangis begini?" ucap kekhawatiran yusuf pada keluarganya.
"bang, sebaiknya abang tenang dulu yah, ini juga papah lagi nenangin bunda, semua nya juga belum tau ini semua terjadi kenapa." ucap yoona yang sedang berusaha menenangkan Yusuf.
Semuanya sekarang hanya bisa menunggu bunda nya tenang. agar bunda nya bisa menceritakan apa yang sudah terjadi pada diri nya.
tidak lama dari apa yang sudah terjadi pada bunda nya. semua kembali ke kamar nya masing masing dengan perasaan sejuta kebingungan. sesampai bawah tepatnya di depan ruang tv.
"yu" dengan perasaan Yusuf memanggil. "abang bawa satu koper yang isi nya buat kamu sama yoona sama bunda, sebaiknya kamu ambil dan taro di kamar mu ya" ucap Yusuf.
yuan dan yoona hanya mengangguk dan melaksanakan perintah yusuf sang abang. membawa koper ke kamar dengan perlahan.
"ka" panggil yoona. "kaya ada yang aneh yah? kaka ngerasa ga sih? sama tingkah bunda yang tadi? aku seumur umur ya ka, belum pernah liat bunda begitu, hanya untuk ini aja, aku bener bener baru liat." ujar yoona.
"apa yang kamu maksud na?" tanya yuan.
"iya ka aku ngomong jujur sama kaka, coba deh kaka pikir, apa bunda sebelumnya pernah seperti ini? engga kan ka? jadi, menurut aku ini ada yang gaberes." jelas yoona.
"yoona, udah hentikan, gausah ngada ngada kamu kalo bicara, dan jangan bicarakan hal ini lagi, karna aku tetep gaakan percaya omongan tanpa bukti." ucap yuan.
"tapi ka.." belum selesai yoona bicara.
"yoona sayang, tidur ayo sini, kaka udah ngantuk." ujar yuan yang sudah tidak ingin mendengarkan omongan yoona karna sudah lelah dari pagi ia menangisi dalam hal kebingungan.
jangan lupa bintang and share ya.
terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendaki Sejati
Actionkembar bertolak belakang selamat membaca semoga mudah dimengerti.