PROLOG

17.9K 670 41
                                    

Selamat membaca!

Cerita Langit dan Pelangi versi revisi.

~

Pelangi membuka laptopnya yang telah dia keluarkan dari dalam tas ransel. Menyalakan benda itu dengan menekan tombol on, dan pada saat benda tersebut menyala Pelangi menghubungkan wifi perpustakaan daerah agar terhubung dengan laptopnya. Tetapi, wifi tersebut menggunakan password untuk menghubungkannya. Sedangkan Pelangi tidak tahu password-nya, karena dia pertama kali berkunjung ke sini. Bukan untuk membaca buku, melainkan mendapat internet secara gratis.

"Password-nya apa sih," gumam Pelangi.

Kemudian Pelangi menggerakkan kepalanya ke kanan dan kiri untuk bertanya kepada pegawai perpustakaan. Sayangnya, pegawai berbaju dinas itu sedang sibuk mencatat nama pengunjung dan juga jaraknya jauh dari tempat Pelangi duduk. Tidak memungkinkan untuk Pelangi meminta bantuan dengan berteriak, kan?

Alhasil, Pelangi memutuskan untuk bertanya dengan seorang pemuda yang tidak jauh dari tempatnya duduk. Pemuda yang sedang memegang sebuah buku berjudul, "Kisah Uwais Al-Qarni." Pelangi mengerutkan kening membaca judulnya. Dalam hati dia bertanya, buku apa itu? Sepertinya sangat menarik sampai membuat sosok laki-laki itu hanyut dalam buku bacaannya?

"Mas, mas," panggil Pelangi lirih. Sama sekali tidak dijawab oleh sang pemuda itu. Sekali lagi dia mencoba memanggil. "Mas."

Ya ampun! Nih orang.

Dari suara halus, dia pun mencoba agak keras dikit. "Mas... Mas yang lagi baca buku."

Untung saja di sana hanya satu cowok itu, yang lain perempuan dan anak kecil. Kalau saja ada beberapa cowok, mungkin semuanya yang akan menoleh dipanggil begitu.

Pelangi menarik napas lega begitu wajah cowok itu menoleh kepadanya. Pandangannya dingin disertai wajah datar. Kedua alisnya terpaut, membentuk garis lurus. Pelangi terdiam. Sedikit malu karena mengira pemuda itu berumur dewasa dan sewajarnya dia memanggil 'Mas'. Pantas saja dari awal tidak menoleh. Baru ketika Pelangi menyebut apa yang dilakukan cowok itu. Detik itu juga menoleh.

Cowok yang mungkin seumurannya itu, memiliki wajah yang tampan, seperti pemain drama Korea yang sering ditonton teman-temannya. Hanya saja, tertutup oleh wajah dinginnya. Pelangi tersadar apa yang barusan dia lakukan. Mengamati wajah cowok itu. Lalu dia mengerjapkan matanya, salah tingkah, dan malu.

"Hmm ... gu-gue mau tanya password wifi," katanya ragu-ragu.

Cowok itu mengangkat tangannya dengan satu jari mengarah ke atas kepala Pelangi. Kini giliran Pelangi yang menautkan alis, bingung sendiri. Sekali lagi pemuda berumur kisaran tujuhbelas tahun itu menunjukkan sesuatu di atas kepala Pelangi dengan dagunya. Membuat Pelangi mengerti dan kemudian memutar kepala seraya mendongak ke atas. Matanya menangkap kertas bertulis 'Password wifi adalah Pengunjung Kafe'.

Tau gitu gue nggak usah nanya, gumamnya dalam hati.

"Makasih," ucap Pelangi saat memalingkan wajah memandang cowok itu. Tapi tak terdengar sebab laki-laki tersebut kembali masuk ke dalam bacaannya. Buku itu ternyata menarik rasa penasaran Pelangi.

Pelangi memperhatikan sebentar cowok berbaju abu-abu dengan balutan jaket hitam itu. Serta jam tangan yang melekat di pergelangan tangan kanannya. Wajahnya sangat familiar ketika Pelangi memandang dengan saksama. Seolah keduanya pernah bertemu atau mungkin sering. Semakin Pelangi mengingat-ingat malah semakin dia tidak tahu. Kemudian, Pelangi beralih menatap laptopnya. Kembali menyelesaikan tugas makalah yang akan dikumpul besok.

Diam-diam cowok itu menurunkan buku dan memandang Pelangi dari sudut matanya. Sekali lagi, dia mencoba mengenalinya. Kepalanya sibuk menerka-nerka.

Pada akhirnya dia tahu siapa perempuan itu. Benar. Dia mengenalnya. Tidak salah lagi.

~

Author Note :

Bagaimana kabar teman-teman? Pasti sudah move on dari cerita ini, kan?

Ya, sudah tidak apa-apa. Sekarang baca ulang ya... ini sudah aku revisi dan banyak banget perubahan. So, kalian harus baca. 

Thank You! :)

Langit dan PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang