1. Bertemu Kembali

12.5K 500 78
                                    

Cuaca pagi ini begitu cerah. Perlahan-lahan, sang mentari mulai merangkak naik dari ufuk timur. Seolah menyapa orang-orang yang sedang bergelut waktu menuju sekolah atau tempat kerja. Setiap pagi pasti banyak orang yang melakukan berbagai aktivitas. Sehingga beberapa jalan raya terjebak macet. Akibatnya, para pelajar yang ingin cepat sampai di sekolah harus menunggu dan memakan waktu bermenit-menit hingga kendaraan mulai lengang.

Seorang gadis di dalam mobil itu, beberapa kali menekan klakson. Tidak sabar untuk sampai sekolah, karena dia lupa mengerjakan tugas. Saat kendaraan mulai tidak padat dan dia menemukan celah untuk melaju, maka gadis tersebut menyalip kendaraan yang di depan dan menancap gas agar sampai sebelum bel dibunyikan.

Begitu sampai di sekolahnya dengan rekor waktu hanya delapan menit, dia tersenyum lebar dan memarkirkan mobilnya. Sesudahnya gadis itu langsung berlari menuju kelas. Belum sampai di kelas, ketika berada di koridor bawah ada seorang cowok menghalangi jalannya, mengharuskan dia untuk berhenti melangkah.

"Pagi Pelangi," sapa cowok yang mempunyai name tag Aditya Rafka Pradana. "Buru-buru banget, sih?" katanya lagi dengan senyuman lebar.

Pelangi balas tersenyum. "Pagi," katanya, sadar bahwa ada sesuatu yang sudah mengganjal, dia tergesa-gesa untuk meninggalkan cowok itu "Rafka, aku belum kerjain PR. Nanti, ya, ketemu di kantin. Bye."

Rafka memutar tubuhnya untuk menatap punggung yang mulai menjauh dengan menggelengkan kepala.

Dia tersenyum, sambil terkekeh kecil, "Kebiasaan banget."

***

Di dalam kelas, Pelangi segeranya mengerjakan tugas yang sama sekali belum selesai. Bagaimana mau selesai jika dia lupa bahwa hari ini PR itu dikumpul. Mungkin kalau PR-nya bukan hitung-hitungan secepat kilat dia bisa menyelesaikan, tapi kali ini, PR itu adalah tugas yang paling rumit menurut beberapa teman di kelasnya termasuk juga Pelangi. Tugas itu adalah Kimia. Pelajaran Kimia lebih sulit dari Matematika, apa lagi kalau sudah berhubungan dengan materi yang di dalamnya berisi Larutan Penyangga. Pelangi memilih angkat tangan terlebih dahulu, tapi berhubung dia mengerjakan dalam keadaan tergesa, dan masih pagi juga jadi otaknya lebih banyak jaringan.

Lagi serius-seriusnya mengerjakan, terdengar teriakan yang melengking dan memantul ke setiap penjuru kelas sehingga membuat Pelangi gagal fokus dan buyar seketika pemahaman dia. Suara itu, Pelangi sangat hapal, dia tidak perlu mengalihkan matanya dari buku untuk melihat siapa yang baru saja datang, pasti kedua sahabatnya. Arin dan Fera

"Pelangiiiiiii. Kok lo nggak ingetin gue kalo ada PR, sih? Gawat. Gawat. Kalo sampe Bu Endang tau gue nggak ngerjain bisa gawat. Entar gue disuruh bayar pajak kesalahan, yang bener aja."

"Gue juga nggak inget nih," sahut sahabat Pelangi yang satunya.

Suara tersebut membuat Pelangi memejamkan mata sambil menarik napas panjang. Padahal otaknya mulai sedikit demi sedikit paham. Gara-gara kedatangan sahabatnya, fokusnya hilang seketika.

Ngomong-ngomong soal Bu Endang. Guru Kimia itu terkenal dengan galaknya. Bukan cuma galak saja yang menjadikan Bu Endang populer. Tapi juga setiap siswa dan siswi yang tidak mengerjakan PR atau tugas dengan alasan apapun akan diberi hukuman. Hukuman di sini bukan hukuman biasa, kalau biasanya disuruh membersihkan toilet, berdiri di bawah tiang bendera sambil hormat, atau lebih parahnya lagi disuruh cuci motor para guru.

Hukuman Bu Endang lebih luar biasa yaitu disuruh bayar pajak. Setiap murid wajib membayar pajak atau denda limabelas ribu. Sejak ditetapkannya peraturan tersebut semua siswa dan siswi tidak ada yang ketinggalan tugas dari Bu Endang. Kalau saja ketinggalan atau tidak mengerjakan, maka musnah sudah uang jajan hari itu juga. Tujuan dari peraturan tersebut agar kedisiplinan dan kemandirian murid SMA Merah Putih dapat meningkat. Walau kelihatannya tidak ada yang meningkat.

Langit dan PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang