Destiny is the way that sometimes we can not avoid, such as the meeting and separation.Like a fate that brought me to him. He came over to me to complete a story about me and my life. and i like it.
Dinginnya teras lantai yang berpadu dengan warna dinding serba putih seakan-akan menjadi saksi hancurnya seorang Arsenio Ahlam kini. Bagaimana tidak hancur saat mendengar penuturan dokter yang menyatakan kekasihnya Renata telah meninggalkannya selama-lamanya.
*Flashback
"Ayo balap aku kalau kamu bisaa hahaha, cemen ah cemen wlee hahaha"
"Ihh awas aja kamu yaa aku balap!, aha aku tau, aku lewat jalan pintas aja biar bisa ngalahin dia. Cerdas hahaha"
"Aku pasti menang haha.. dasar lambat. Lah kok dia ga ada, Renn,, Renn kamu dimana!!"
"AAAAAAA.."
BRAKK!!!!!
"RENATAAA!!!"
*Flashback off
Diam, hanya diam yang kini seorang Arsen bisa lakukan. Namun tak ada yang tau betapa ia menahan sesak di dalam dada yang seakan-akan mengoyakkan isi hatinya.
Melihat anak semata wayangnya seperti itu membuat Lina tak kuasa menahan tangisnya, namun ia kembali tersadar jika ia harus menyemangati anaknya.
"Sudah nak, kamu harus kuat, ini semua adalah takdir yang telah di gariskan Tuhan"
"Mahh.. mamah tuh ga ngerti! Ini semua salah Arsen! Kalau saja,, kalau saja Arsen gak ngajak Renata bersepedah hari ini, pasti semua ini gak akan pernah terjadi mah!!"
"Ayolah nak kamu harus ikhlas, dengan kamu begini apakah Renata akan tenang disana?"
Arsen pun terdiam dan akhirnya ia menumpahkan air matanya yang sedari tadi medesak ingin keluar di dalam rengkuhan Lina mamanya.
●●●●
"Sen kamu kenapa?,kok melamun aja sih sayang" Lina mamah Arsen yang sedih melihat keadaan anaknya yang semakin hari kian menjadi pribadi yang introvert dan dingin. Sosoknya yang ceria, banyak tingkah, dan sangat dekat dengan mamanya yang notabenenya menjadi satu-satunya orang tua yang ia miliki sekarang seakan-akan berubah menjadi pribadi yang berbeda.
Mendengar suara mamanya membuat hati Arsen semakin sedih dan memutuskan meninggalkan mamanya sendiri di taman belakang.
Arsen pun keluar rumah dan pergi membelah jalanan ibu kota Jakarta, hanya untuk sekadar menghilangkan rasa penatnya.
"Arsen mau kemana kamu malam-malam begini?!!"
Teriakan Lina pun tak dihiraukan sedikitpun oleh Arsen, dan berlalu begitu saja. Bukan Arsen ingin mengabaikan mamanya, hanya saja Arsen benar-benar ingin sendiri, ia benar-benar merasa terpukul atas kepergian gadis yang sangat berharga dihidupnya selain Lina mamanya.
Dengan sapuan lembut angin malam di wajahnya mampu membuat sedikit rasa tenang di hati Arsen.
Jalanan ibu kota cukup lengang, maklum sekarang sudah menunjukkan pukul 21.39 malam. Yang dimana sebagian warga ibu kota sedang beristirahat menghilangkan rasa lelah yang seharian dirasa saat bekerja.
Namun saat Arsen sedang santai mengendarai motornya, tiba-tiba
"AAAAA"
"Apa inii!! Eh lu bisa pake mata ga sih kalo nyebrang! Ini tuh jalan raya masih aja..."
Belum sempat Arsen menyelesaikan protesnya gadis yang hampir tertabrak olehnya tiba-tiba naik keatas motor hitamnya"
"Cepeetttt jalann saya mohon, nanti saya jelaskan"
Tanpa mengatakan apapun lagi Arsen pun langsung menancapkan gasnya.
Hening, tak ada obrolan diantara keduanya. Arsen dan gadis itu sama sekali tidak saling mengenal. Karena sangat bosan gadis itu memberanikan diri untuk membuka obrolan.
"Mmm sorry, sebelumnya nama saya Adara, Adara Fredella Ulani lengkapnya. Kalo kamu siapa?"
"..." hening
"Makasih ya kamu udah mau nolong saya, sorry banget buat yang tadi, tadi itu saya .."
"Dimana rumah lo?" Potong Arsen dengan nada dingin. Sangat dingin bahkan sampai mampu membuat Adara bergidik ngeri.
"Dari sini kamu lurus aja ikutin jalan, ada pertigaan belok kanan terus lurus"
Mengerti dengan penjelasan gadis itu, tanpa babibu Arsen pun langsung menuju arah yang ditunjukkan.
Dan akhirnya mereka berhenti disebuah rumah sederhana yang cukup luas dan asri, terlihat dari halaman rumah yang tampak hijau dengan tanaman-tanaman hiasnya, dan juga papan putih yang bertuliskan "Panti Asuhan Sekar Melati"
"Makasih ya kamu sudah antarkan saya pulang, sekali lagi maaf untuk yang tadi"
Lagi-lagi Arsen tak menghiraukan ucapan Adara, setelah memastikan gadis itu sudah turun dari motornya, ia pun langsung kembali menancapkan gasnya dan memutuskan untuk kembali kerumah.
Sesampainya di rumah keadaan rumah sudah sepi dengan lampu-lampu yang sudah dimatikan kecuali lampu kamarnya dan Lina mamanya. Ya tentu saja sudah demikian, mengingat jam sudah menunjukkan pukul sebelas lewat yang dipastikan jika mamanya sudah terlelap.
Arsen pun langsung masuk kekamarnya, dan langsung membaringkan tubuhnya di kasur. Tanpa ia sadari pikirannya melayang begitu saja saat bertemu dengan Adara beberapa saat yang lalu, ya Adara namanya terdengar manis begitupun dengan parasnya. Bagaimana wajahnya yang pucat pasi karena ketakutan, rambut hitam legam yang terurai sebahu.
"Dih kok gua mikirin dia sihh, ngaco! Eh tapi dia ngapain malam-malam di luar jauh dari rumah, lagih tadi kayaknya gua gak salah liat kalo rumah itu adalah panti asuhan (?)"
Tak mau ambil pusing Arsen pun memutuskan tidur untuk mengistirahatkan tubuhnya, pikirannya, dan mungkin juga hatinya ?
- yashh selesai 1 bagian, semoga ad yang nunggu kelanjutannya :')
Jangan lupa yaa untuk tinggalkan voment nya :')
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
Teen FictionTak ada yang tahu menahu soal takdir. semua yang telah terjadi adalah takdir. termasuk pertemuan saya dengan nya.