Maniac [Kim Taehyung]

23.6K 380 39
                                    

Game adalah musuh terbesarku. Kenapa di dunia ini harus ada yang namanya 'Game'?

Ok. Mungkin terdengar kekanakan, tapi si 'Game' ini benar-benar membuatku muak dengan segala cara liciknya mengambil seluruh perhatian kekasihku.

Sudah 2 jam dia hanya memandangi layar televisinya, tanpa melirikku sedikitpun. Padahal dia yang menyuruhku untuk datang menemaninya, tapi apa? Dia malah berduaan dengan video game terbarunya yang katanya baru dibeli sepulang Tour Konsernya dari Jepang kemarin.

Kim Taehyung, kekasihku yang sialan ini memang digilai banyak wanita, tapi membuatku sendiri nyaris gila.

"Ada coat keluaran terbaru dari Gucci," kataku sembari melihat katalog terbaru brand favoritnya dari ipad yang kupegang.

"Ya, akan kubeli." Komentarnya singkat. Bahkan tidak melirik atau menanyakan bagaimana model atau berapa harganya?

"Mau pakai coat di musim panas?" Gurauku

"Ya."

Dia sungguh tidak mendengarku. Aku menghela nafas berat, mematikan ipad yang kupegang, beralih memperhatikannya yang duduk memunggungiku.

"Aku kemari untuk menemanimu,"

"Iya, memang begitu kan?"

Kali ini aku mendengus sebal, merebahkan punggung di sofa yang empuk. Kacau sudah hubunganku karena 'game'.

"Sayang,"

Aku memutar mata, pasti ada apa-apa kalau dia sudah memanggilku begitu.

"Bisa tolong ambilkan minum?

Meskipun dongkol setengah mati aku tetap menuruti permintaannya. Aku kembali dengan sebotol air mineral dingin dari kulkas di dapur, menyodorkan ke arahnya.

"Aku tidak bisa minum sendiri." Titahnya seolah memerintahku secara halus, lagi.

Akhirnya aku pergi ke dapur lagi, mencari sedotan di rak atas. Aku kembali dan menyodorkan botol yang telah lengkap dengan sedotan di depan mulutnya.

Dasar manja! Tapi dia tetap terlihat tampan saat sedang minum sekalipun.

Aku meletakkan botol yang sudah tinggal setengah isi ke atas meja, kembali ke tempatku lagi.

"Kemarilah."

Sabar! Sabar! Aku bahkan belum sempat menyentuhkan bokongku sedetik pun! Serius! Kalau saja dia bukan kekasihku yang tampan.

"Duduk."

Setelah sekian lama, akhirnya dia mempause game tak tahu malu itu. Dia menepuk pahanya, membuat alisku bertaut kebingungan.

"Di situ?" Tanyaku seperti orang bodoh.

Dia hanya mengangguk sekilas, tapi berhasil membuat jantungku melompat-lompat tak beraturan.

Kita memang sudah pacaran nyaris setengah tahun, tapi kami jarang melakukan hal semacam skinship, bertemu saja jarang, mengingat jadwalnya yang padat, terutama karena dia berubah menjadi pria yang pemalu saat hanya berdua denganku.

Jadi aku agak ragu dia meminta hal seperti ini saat kami hanya berdua. Tapi setidaknya aku punya sedikit kesempatan untuk menggeser si sialan 'game' itu.

Kakiku selemas jeli saat berjalan mendekatinya, perlahan dan hati-hati sekali aku duduk di pangkuannya. Canggung. Sialan! Kenapa malah tersenyum, bodoh!?

"Apa kau mau naik subway?"

"Ya?"

Belum sempat kebingunganku terjawab, dalam gerakan cepat dia membuatku menghadapnya. Refleks aku memeluk lehernya untuk menjaga keseimbangan atau bisa terjungkal ke belakang dengan memalukan. Dia melingkarkan kedua kakiku pada pinggangnya. Posisi apa ini!?

"Tundukkan kepalamu, aku tidak bisa melihat layarnya."

Aku menundukkan kepala seperti yang dia katakan dengan suara bassnya yang melantun indah bahkan saat tak bernyanyi.

Tangannya memegang joystick di belakang punggungku, terkesan memeluk pinggangku. Aku jadi merinding tanpa sebab.

Kenapa jantungku terasa makin parah begini? Aku tidak terkena serangan jantung kan?

Nafasnya terasa menyentuh puncak kepalaku dengan teratur, wangi tubuhnya memenuhi indra penciumanku, aku tidak menyangka dia sewangi ini karena kita jarang sekali berpelukan, maksudnya tidak dalam waktu yang lama jadi aku tidak begitu hafal dengan wangi tubuhnya. Tapi sungguh, kenapa hal ini memabukkan sekali?

Dalam hati aku tak berhenti merutuk, bisa-bisanya kita hanya diam seperti ini, tapi sudah menaikkan derajat 'rasa suka' ku padanya. Mungkin melejit pesat menuju 'rasa cinta'.

Benar-benar tak ada yang bersuara antara kami, hanya ada suara video gamenya yang berisik, untungnya sih berisik, jadi dia tidak dapat mendengar detak jantungku saat ini.

Mataku bisa menangkap jam dinding di depan sana dengan jelas, sudah 10 menit berlalu, akhirnya aku memberanikan diri untuk bersuara lebih dulu.

"Tae,"

"Hm?"

Ok, aku orang yang sabar! Iya! Benar!

"Berapa banyak video game yang kau beli kemarin?" Tanyaku.

"10 seri."

"Apa?" Aku berjingkat melotot ke arahnya.

"Aku tidak bisa melihat layarnya."

"Ah ya, maaf." Ucapku kembali menundukkan kepala.

Hening lagi di antara kami, sedang suara tembakan dari video gamenya terdengar makin seru.

Pukul 10 lewat 45 menit, yang artinya sudah nyaris setengah jam dia mendiamkanku di pangkuannya. Rasanya mataku mulai berat.

"Ngantuk?"

"Hm.." aku hanya berdehem sebagai jawaban.

"Jangan tidur dulu."

Kantukku semakin mendera, bahkan tidak sanggup menjawabnya.

"Sayang,"

Bisikannya membuat mataku seketika melebar sempurna. Sial, kenapa dia bersuara seseksi itu saat aku nyaris tidur?

"Aku lapar."

Selalu saja ada maunya. Dengan sangat berat hati aku menyayangkan keinginannya yang satu itu.

"Kau punya apa yang bisa kumasak?"

Kurasakan kepalanya menggeleng-geleng tidak setuju. Kemudian aku mengangkat wajah, menatapnya bingung.

"Aku tidak bisa melihat layarnya."

Kali ini aku tidak menggubris. Menatapnya dengan sisa tenaga pada mataku. Dia tetap berusaha mengintip layar di belakangku.

"Kau harus makan."

"Sayang, aku tidak bisa melihat layarnya." Rengeknya lagi.

"Tapi kau bisa melihatku, Taehyung~ssi."

Akhirnya dia menatapku, walaupun terlihat kesal sih, setidaknya dia berpaling padaku.

"Aku akan memasakkan sesuatu untukmu sebelum pulang."

Dia menggeleng-gelengkan kepala lagi.

"Yah, masakanku memang tidak seenak itu, tapi-"

Jantungku mencelos begitu dia melempar joystick ke lantai, memeluk pinggangku erat.

"Aku tidak mau memakan masakanmu."

Aku ingin memakinya, tapi lidahku mendadak beku menyadari dekatnya jarak kita saat ini.

"Aku mau memakanmu."

Di detik berikutnya bibirnya berhasil menyentuh bibirku dengan sempurna.

"Hyung! Apa kau lihat jeketku yang- astaga! Aku tidak lihat apa-apa! Serius! Aku tidak melihat apapun!"

Aku dan Taehyung terkikik geli melihat Jeon Jungkook lari terbirit-birit keluar.



END





ADA YANG MAU REQUEST?

JUST COMMENT BELOW!!!

[17+] ONESHOOT/FICLET ADDICTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang