Hari ini Frista datang terlalu pagi. Ini karena papanya yang harus meeting pukul 07.00 nanti. Jadi karena sejalan Frista memutuskan untuk ikut papanya.
Salah satu hal yang membuat Frista beruntung karena masuk ke SMA Nusantara adalah penjuruannya yang dimulai sejak kelas 10. Sehingga ia tidak perlu repot-repot menghafal mata pelajaran IPS seperti ekonomi dan sosiologi yang bisa membuat otaknya mendidih seketika.
Frista menapakkan kakinya ke dalam kelas. Seperti dugaannya, sepi. Ia menghembuskan nafasnya pelan lalu melirik jam tangannya. 6.10 WIB.
Ia mendudukkan tubuhnya di kursinya lalu meletakkan kepalanya di meja. Bingung harus berbuat apa.
"Kesambet setan apa lo? Jam segini udah nyampe?" Frista melonjak kaget. Suara itu berasal dari sudut belakang kelasnya.
Perasaan tadi gak ada orang.
Perlahan Frista membalikkan tubuhnya. Melihat siapakah gerangan yang ada di dalam kelas selain dirinya.
Ia melihat seseorang, pria tepatnya, sedang bangkit dari tidurnya. Pria itu menjadikan dua kursi yang digabung menjadi satu sebagai kasurnya. Pantas saja Frista tak melihat keberadaannya.
Pria itu mengucek matanya perlahan, berusaha memperbaiki penglihatannya yang memburam.
"So.. sorry. Gue kira tadi yang dateng Putri" Frista mengerutkan alisnya. Sepertinya pria ini adalah teman sekelasnya. Tapi siapa? "Nama lo siapa sih?" tanya pria itu sambil berjalan ke arah Frista dan duduk di tempat Putri.
"Gue Frista" jawab Frista sambil menarik kedua sudut bibirnya. Frista tak berminat mengetahui nama pria yang sekarang duduk disebelahnya itu. Ya karena memang dia adalah tipe gadis yang tidak suka SKSD. Kalau tidak ditanya ya tidak menjawab. Kalau ditanya ya jawab seperlunya. Bukan tipe gadis yang suka bertanya pula.
Si pria hanya manggut-manggut mendengar jawaban Frista. Setelah itu hening. Namun satu menit kemudian rasa penasaran mulai menggelitik hati Frista. Ia penasaran siapa nama laki-laki itu. Perlahan diliriknya name tag yang tertera di seragam pria itu. Tak jelas. Hanya beberapa huruf saja yang dapat dilihat Frista. Ada huruf B di ujung kiri namanya.
Inisialnya B
Pria itu sibuk bermain game balapan di ponselnya. Membuat tubuhnya tak bisa tenang karena mengikuti arah gerak mobil balapnya. Frista tak bisa melihat huruf selanjutnya. Ia memalingkan tubuhnya sebentar agar tidak ketahuan, lalu meliriknya lagi. Ada huruf A disana, sedikit lebih jauh dari huruf B.
B titik titik lalu A.
Frista melirik sang pemilik name tag sebentar. Ia masih asik dengan balapannya. Diliriknya lagi name tagnya. Ada huruf B lagi di kata kedua.
B ... A ... B
Frista menyerah. Matanya mulai lelah karena harus melirik kesamping terus. Ia mengambil ponselnya lalu memainkannya juga. Namun rasa penasaran terus menggelitiknya. Perlahan diliriknya lagi name tag tersebut. Ada huruf I sebagai kata terakhirnya. Frista mendengus karena tak bisa mengetahui nama pria di sebelahnya.
Masa iya namanya BABI? Kan nggak lucu.
Frista memilih untuk melanjutkan kegiatan bermain ponselnya.
Akhirnya ada orang ketiga yang memasuki kelas.
"Woi babi!! Ngapain lo duduk di kursi gue! Minggir sono" Kedua mata Frista membulat sempurna ketika mendengar suara perempuan yang setengah berteriak itu.
Seriusan namanya Babi?
Perempuan itu, Putri, melangkah menuju kursinya dengan tatapan yang tak bisa diartikan. Seperti sebal, namun ada raut senang juga di wajahnya. Sedangkan si Babi tak berkutik dari tempatnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Admirer
Teen FictionDear Admirer, Terima kasih telah mengenalkanku pada rindu. Rindu tak sesederhana yang kukira. Dia mengajariku banyak hal. Harus kuakui rindu terkadang menyebalkan, membuatku terjaga setiap malam karena dia membuatku selalu memikirkanmu. Kau tahu, de...