Chapter 2

216 30 8
                                    

Happy reading guys. Jangan lupa ninggalin jejak ya


Sakura berjalan menyusuri rumah demi rumah penduduk Konoha dengan tersenyum. Sesekali Ia menyapa warga yang menyapanya, tersenyum sopan pada beberapa pemuda yang menatapnya dan mengabaikan beberapa tatapan iri para kaum hawa yang meliriknya.

Sungguh, suasana hatinya sangat bagus hari ini. Bagaimana tidak, kekasihnya yang telah menjalani misi selama sebulan akan pulang hari ini. Sungguh, Ia sudah sangat merindukan pria itu.

Langkah Sakura berlanjut, menuju kantor hokage. Ruang demi ruang Ia lewati hingga pintu ruangan hokage tepat di depan matanya.

"Aku tak mencintainya" terdengar sebuah suara yang cukup tinggi untuk didengar telinga Sakura. Langkah gadis itu terhenti, demi mendengar suara seseorang yang sangat Ia kenali. Senyumnya memudar mendengar kalimat-kalimat selanjutnya.

Sakura tak tahu bahwa kegiatan mengupinnya kali ini akan membawa perubahan besar. Sakura tak tahu bahwa rasanya akan senyeri ini. Rasanya seperti ada kunai tajam yang mencabik hatinya, lalu kembali membubuhi garam dan cuka.

Sungguh, rasanya sangat sakit. Sakura bertahan, mendengar segalanya hingga jelas. Sekuat tenaga Ia menahan lututnya yang gemetar, tak sanggup berdiri. Sekuat tenaga Ia meredam rasa nyeri yang mendera seluruh tubuhnya.

Kegiatan mengupin Sakura selesai ketika terjadi keheningan panjang. Maka Ia dengan sekuat tenaga menggerakkan kaki, menjauhi ruangan itu.

Semuanya sudah jelas. Tentu, baik Sasuke dan Naruto tahu bahwa percakapan mereka didengar oleh Sakura dan Sakura juga tahu, bahwa mereka mengetahuinya.

Lalu apa yang akan terjadi selanjutnya? Jelas. Bahwa cintanya tak pernah terbalas. Bahwa pria itu hanya mengasihaninya. Bahwa pria itu sekuat tenaga bertahan di sisinya.

Benar. Ini semua salahnya? Jika saja Sakura lebih peka, tentu Ia akan mengetahui bahwa pria itu terpaksa bersamanya, tentu Ia bisa menebak maksud rasa sakit yang diberi pria itu. Tak mungkinkan, pria itu menyakiti seseorang yang berstatus kekasihnya tanpa alasan. Dasar, Sakura bodoh

Ingin rasanya Sakura menghilang. Mungkin, mati akan lebih baik. Dirinya benar-benar menyedihkan. Tak ada yang tidak tahu tentang hubungannya dengan Sasuke, bahkan ada yang bergurau mengganti namanya menjadi Uchiha Sakura. Lalu apa yang harus ia katakan pada orang tuanya? Mereka sudah menganggap Sasuke sebagai menantu.

Tapi dibanding semua itu. Ia takut, takut pada emeraldnya yang tak kunjung berair, bahkan organ itu tak memanas sedikit pun walau hatinya menahan nyeri yang sangat besar. Bahkan bibirnya tersenyum pada manusia yang menatapanya. Bahkan Ia masih berkomunikasi dengan nada baik-baik saja. Dibanding kepala rumah sakit, mungkin Ia lebih cocok jadi anbu yang tak memiliki ekspresi sedikitpun.

"Kukira kau ke kantor hokage?"sebuah suara menyapa telinga Sakura, membuat gadis itu menoleh kepada seorang gadis yang berdiri di ambang pintu.

Sakura memasang wajah lelah dan kesal"aku lelah Ino, aku rindu tempat tidurku. aku akan menyerahkan laporannya besok"

Ino hanya tersenyum "menjadi kepala rumah sakit memang melelahkan, bukan?"

"Benar. Rasanya aku ingin pensiun saja" Sakura membalas, masih dengan wajah cemberut

"Demi Tuhan Sakura, kau baru 20 tahun, belum saatnya pensiun" Sakura hanya terdiam, terlihat memikirkan sesuatu.

"Bagaimana kalau kau yang menggantikanku?" Sakura bertanya dengan nada sumringah.

Aquamarine Ino sedikit melebar. Menjadi kepala rumah sakit adalah idamannya sejak penempatan jabatan setelah perang dunia. Jujur, Ia iri pada Sakura yang mendapatkan jabatan itu, sementara dirinya hanya menjadi kepala departemen.

"Tapi Sakura .... Tsunade sensei menunjukmu dan hokage juga-"

"Kau tak perlu khawatir dengan Naruto, aku bisa membujuknya. Aku bisa mengajarimu semua  tugasku dan kurasa kalau kau sudah menguasainya, tsunade sensei takkan menolak" ucap Sakura panjang lebar dengan nada yang benar-benar bersemangat.

"Kau serius ... Maksudku ini terlalu tiba-tiba" Ino terdengar ragu, Ia dapat mencium ada sesuatu yang tidak beres.

"Kau tidak menyembunyikan sesuatu kan?" Kini nada Ino terdengar curiga

Sakura hanya tersenyum sambil menatap sahabatnya. Tak pernah ada rahasia antara mereka, tapi kali ini lebih baik Ia menyimpannya sendiri. Ini terlalu menyedihkan untuk diceritakan.

"Tak ada apa-apa Ino. Sungguh, aku hanya lelah dengan semua ini" Sakura tetap mencoba tersenyum

"Jangan bohong Sakura. Aku tau kau menyembunyikan sesuatu. Kalau kau tak lagi bekerja di rumah sakit lalu kau mau kerja apa huh" Ino gigih dengan pendapatnya, Ia benar-benar merasa ada sesuatu yang ditutupi sahabatnya.

Sakura menghela nafas "ya sudah kalau kau tak mau Ino, aku tak memaksa dan sekali lagi, tidak ada apapa"

Ino masih memandang curiga, tapi sekali ini Ia akan membiarkan. Nanti juga Sakura pasti bercerita, gadis itu tak pernah bisa menyembunyikan rahasia. Batin Ino.

Sakura kembali berjalan menyusuri desa demi desa. Emeraldnya menyusuri rumah demi rumah, memandangi bentuk rumah yang satu dengan yang lain, menatap kegiatan para warga di pinggir jalan, juga pada anak anak desa yang sibuk saling berkejaran. Apapun itu, emeraldnya harus mempunyai pekerjaan, kalau tidak mungkin organ itu sudah berair sedari tadi.

Emeraldnya menemukan Temari yang sedang berjalan ke arahnya. Perempuan Nara itu berjalan perlahan sambil memegangi perutnya yang besar. Temari dan Shikamaru menikah satu tahun yang lalu dan tak lama setelahnya, perempuan suna sudah mengandung pewaris Nara.

"Oh Tuhan, syukurlah aku bertemu denganmu Sakura" Ucap Temari ketika Sakura tepat berdiri di depannya. Sakura hanya mengangkat alis

"Gaara memintaku memberikan gulungan misi ini pada Hokage" kini Sakura tersenyum, mengerti maksud wanita hamil di depannya. Ia mengambil gulungan misi dari tangan Temari dan kembali tersenyum

"Aku akan menyampaikannya" dan Temari tersenyum

" Sebenarnya misi ini juga berhubungan denganmu Sakura" Sakura kembali mengangkat alis

"Gaara meminta nasihat ninja medis handal untuk dikirimkan ke suna, ada beberapa pemukiman yang terserang wabah yang belum diketahui obatnya"

"Wabah penyakit? Apakah ini misi untuk waktu yang lama" Sakura bertanya, sebuah ide tercetus di kepalanya "Aku tak tahu tapi ada kemungkinan seperti itu, Suna hanya meminta 1 ninja medis yang cukup cerdas untuk meneliti obat apa yang bisa memberantas wabah tersebut"

Sakura terdiam, berpikir mungkin ini jalan yang dikirimkan Tuhan. Benar, Ia perlu kamuflase untuk melarikan diri tanpa terlihat sangat menyedihkan. Setelah ini, semua akan berbeda dan Sakura terlalu takut menghadapinya.

Teman temannya pasti akan bertanya tentang berakhirnya Ia dengan Sasuke, juga Orang tuanya yang sudah lama mewanti ingin menimang cucu seperti tetua yang lain. Ia tak punya jawaban, tak mungkin mengatakan bahwa dari awal Ia dan Sasuke tak pernah punya hubungan, bahwa sejak awal kata Cinta memang hanya terucap sepihak.

Sakura menarik nafas, dan menghembuskannya pelas. Ia telah memutuskan "Temari, aku akan memberikan gulungan misi ini ke Naruto, sekaligus mendiskusikan Ninja yang akan dikirim"

Sakura berusaha tersenyum. Benar, dalam beberapa hal LARI adalah jalan terbaik.

^^^^

TBC

FATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang