"Oi, Komiyama!"
Gawat! Itu Yamada cs!
Segera aku bergegas meninggalkan tempat ini. Tapi..
"Mau kemana kau, Komiyama?"
Kenyataannya, Yamada sudah memblok jalan di hadapanku.
"A-Aku ingin pulang."
"Pulang? Kau kira bisa semudah itu?"
Yamada mulai mendekatkan wajahnya ke hadapanku.
"Ingat satu hal, Komiyama."
Yamada berhenti, mungkin sedang berpikir. Tapi, sungguh aku sedikit merasa takut melihat tampangnya sekarang.
"Kakakmu sudah tiada."
Yamada menempelkan telunjuknya ke dadaku.
"Dan kau bukan apa-apa tanpa dia."
Aku sedikit memanas. Bukan karena kata kata terakhir yang dia ucapkan. Tapi, karena ia mengungkit tentang kakakku.
Reflek, aku mendorongnya.
"JANGAN PERNAH MENGUNGKIT TENTANG KAKAKKU!"
Gawat, aku mulai lepas kendali. Yamada terjatuh di lantai. Aduh! Pertanda buruk bagiku.
Yamada bangkit dan..
Yak, benar saja kepalan tangannya langsung mendarat di pipiku, membuatku berdarah dan terjatuh.
"Mulai berani kau, Komiyama! Lihat saja aku akan membalaskan rasa maluku karena kakakmu itu!"
Yamada mulai pergi bersama gengnya. Yah, seperti biasa aku pulang membawa wajah memar ke rumah.
01
Gadis Itu
あの女Akhirnya, sampai di pemberhentian bus. Sekarang sudah sepi. Mungkin aku telat pulang karena membersihkan bekas lukaku tadi.
Aah! Bus nya datang juga! Aku mulai masuk dan duduk di pojok belakang, tempat favoritku.
Dan kakakku.
Bus mulai berjalan. Aku akan berhenti di dua pemberhentian berikutnya.
Semuanya aman-aman saja. Tapi..
Aku merasa seseorang sedang memerhatikanku. Aku mulai mencari, di mana dan siapa yang sedang memerhatikanku.
Benar saja, ada seorang perempuan yang dari tadi menatapku lekat.
Menjijikan. Aku merasa tak nyaman.
Aku mulai menatapnya, tapi aku tak berani memelototinya.
Sial! Sudah kulihat tapi malah menatapku semakin lekat!
Aku mulai mengalihkan pandanganku darinya. Aku terus menatap jalanan di luar. Tanpa memerdulikan gadis itu.
1 menit.
2 menit.
3 menit.
Bus mulai berhenti. Menurunkan dan menaikkan penumpang ke tempat tujuannya. Satu pemberhentian lagi aku akan turun dari bus ini.
Tapi..
Astaga! Gadis itu malah menatapku sambil tersenyum lebar.
Aku membuang wajahku darinya.
Ada apa dengan gadis ini?
1 menit.
2 menit.
Aku tak menoleh sedikit pun ke arah gadis itu. Bukan aku tak berani, tapi aku tak suka ditatap seperti itu oleh dirinya.
Menit berikutnya.
Astaga!
Gadis itu tidak menatap diriku, tapi sedang menyelidikiku!
Tatapan matanya seperti orang yang sedang mengenali sesuatu. Pertama, ia memerhatikan sepatuku, lalu memerhatikan seragamku, kacamataku dan sampai bagian teratas tubuhku.
Gadis itu lalu menunduk sambil memapah dagunya, seperti sedang memikirkan sesuatu. Lalu, dagunya terangkat lagi dan dia.
Menatap lekat ke arah rambutku.
Aku menatap tak nyaman kepada dia. Tapi, dia malah tersenyum puas saat selesai memerhatikan rambutku.
Aku kembali membuang wajahku darinya. Tuhan, kapan aku sampai?
Setelah menahan semuanya, akhirnya aku sampai di pemberhentian. Tanpa basa-basi, aku langsung bergegas turun dari bus itu.
Aku melangkahkan kakiku berjalan ke rumah. Tapi, tunggu. Ada langkah kaki yang kudengar di belakangku.
Aku menoleh ke belakang.
Ya Tuhan, gadis itu lagi? Apa gadis itu tetanggaku? Ah, bukan! Aku tak pernah melihat gadis itu di sekitar sini.
Gadis itu melangkahkan kakinya ke arahku sambil tersenyum. Apa mau gadis ini? Ya Tuhan, tolong aku!
"JUN!!!"
Eh? Gadis itu berlari merentangkan tangannya ke arahku. Apa? Dia memanggil namaku?
Eh? Tunggu, dia mau memelukku! Aku langsung bergeser dari posisiku.
Benar saja, dia langsung tersungkur di jalan.
Aku sangat terkejut. Mengapa gadis itu tau namaku? Mengapa gadis ini mau memelukku?
Dia langsung menaikkan wajahnya. Lalu bangun dan membersihkan badannya. Dia lalu menatap mataku.
"Si-Siapa kau?"
Aku mencoba memberanikan diri bertanya kepadanya.
Dia lalu memasang ekspresi kebingungan.
"Kau tidak kenal siapa aku?"
Aku menggeleng.
"Sungguh?"
Lagi, aku menggeleng.
Dia lalu menepuk dahinya. Lalu tertawa.
"Aku lupa. Mana mungkin kau mengenaliku."
"Jun, aku kakakmu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
4-Month Sister (4月の姉)
Novela JuvenilAku Komiyama Jun. Lelaki cupu dan payah yang selalu dianggap lemah. Tanpa kakakku aku tak pernah bisa melawan siapapun yang menindasku. Tapi, bagaimana kakakku bisa kembali lagi kesini?