(12) Testing#3

1.1K 97 3
                                    

Clovius's POV.

Hahh... Hari ini begitu melelahkan.
Aku merasakan ada berton-ton beban di pundakku. Tubuhku terasa sakit semua. Mengelilingi Dextania untuk sesuatu yang tidak penting. Ck! Sial! Ini semua ulah Serena si pembuat onar itu. Bisa-bisanya dia menipuku dengan mengatakan kalau pergi ke Dextania untuk berkunjung ke rumah tunangannya. Huft... Dari awal aku memang tidak yakin, ada pria yang tertarik pada gadis yang sedang sakit jiwa seperti dia.

Dan ketika ku tanyai mengapa dia membohongiku, alasannya?

'Hehe. Aku hanya ingin membuatmu keluar dari istana yang sesak itu. Dan karena sudah terlanjur disini, kau harus menemaniku berkeliling! Tidak ada penolakan! Kau bukan Raja disini, jadi aku memerintahkanmu sebagai seorang kakak!'

Hhh... Kata-katanya itu bagaikan sebuah malapetaka bagiku. Mengapa aku harus terlahir di rahim yang sama dengannya!? Alhasil? Aku menemaninya seharian, menjadi babunya. Dan sekarang, aku malah kehilangan tenaga untuk melarikan diri dan pulang ke Miller tanpa sepengetahuannya. Gila kan?

Saat ini aku tengah termenung meratapi nasib burukku di sebuah kamar minimalis.   Kami berada di penginapan kota ini. Begitu ramai dan ribut, membuatku kesulitan untuk tidur. Tapi tidak dengan Serena. Saat aku mengetuk pintu kamarnya, aku mendengar dengkuran yang sangat keras dan tidak asing lagi. Aku curiga kakakku itu adalah setan. Dia bisa melakukan sesuatu yang tidak terduga.

Aku mengambil salep kerajaan yang ku bawa dari istana, dan mengoleskannya pada pergelangan kakiku yang terasa mau copot. Huh... Seandainya saja pelayan pribadiku ada disini untuk melayaniku...
Oh, tidak. Aku teringat padanya. Apa kira-kira yang sedang ia lakukan sekarang? Padahal aku baru meninggalkan istana pagi tadi, tapi serasa satu tahun tak bertemu dengannya. Salahku, karena tak menemuinya sebelum aku pergi.

TOK TOK TOK

Ck. Siapa lagi malam-malam begini yang datang mengusikku? Serena? Kakak bodoh itu selalu menerobos masuk tanpa ketukan pintu.

"Masuklah. Pintunya tidak terkunci. " ucapku dari dalam. Aku terlalu lelah bahkan hanya untuk membukakan pintu.

CEKLEK

"Maaf mengganggu anda, Yang Mulia. "

Eh?

"Aldaric? Apa yang kau lakukan disini? " aku menautkan alisku heran melihat kedatangan tangan kananku itu.

"Saya datang dari Miller untuk memastikan keadaan anda. Mungkin ini sedikit lancang, tapi saya sudah mengenal Putri Serena sejak lama, jadi—"

"Ya ya tepat dugaanmu, dan tak perlu kau lanjutkan. " potongku malas. Mendengar nama Serena membuatku terlalu malas untuk melanjutkan hidup ini. Dapat kulihat kekehan Aldaric. Ia kemudian menghampiriku yang sedang duduk meluruskan kaki diatas ranjang.

"Apakah anda ingin pulang malam ini? " tanyanya.

Pulang? Hmm... Benar juga, tapi...

"Tak perlu. Walaupun aku melarikan diri dan pulang ke Miller, nenek sihir itu tetap akan mengejarku dan melakukan hal yang bahkan tak pernah ku bayangkan. Lagipula... Aku ingin lebih lama lagi disini. Aku ingin seseorang merindukanku. " ucapku. Iris benhurku melirik Aldaric yang masih tetap dengan senyumannya itu.

"Jadi begitu. Semoga nona Jeaster benar-benar merindukan anda. "

GUBRAK

"Heee!? K-kau tahu darimana kalau dia orangnya!? " aku langsung lompat kehadapan asistenku itu dan mengguncangkan bahunya hebat.

"Tentu saja saya tahu. Kalian berdua sama-sama mudah ditebak, Yang Mulia. " ucapnya masih dengan senyuman itu.

Hhh... Apa boleh buat. Awalnya aku hanya ingin melihat reaksinya, tapi malah aku yang memberikan reaksi.

Loving for 4oo YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang