Tell

1K 130 31
                                    


"Taemin-ssi, tolong dengarkan penjelasan ku" Minho menghampiri Taemin.

"Untuk apa? Tidak ada yang harus kau jelaskan tuan Choi" ucap Taemin acuh.

"Tapi aku merasa harus menjelaskannya pada mu"

"Pulanglah tuan, tidak seharusnya di jam kerja anda berada disini" Taemin berjalan ke dalam toko.

"Aku tau kau selalu mencariku di minimarket" Ucap Minho

Langkah Taemin terhenti. Namun tubuhnya tak berbalik sama sekali. Enggan atau terlalu gugup Taemin sendiri juga tak tau. Yang pasti ia menantikan kelanjutan dari kata-kata Minho.

"Maafkan aku karena tidak memberitahu mu sebelumnya" Minho berjalan mendekat pada Taemin, namun Taemin enggan untuk membalik tubuhnya.

"Jika aku tau kau akan mencariku, aku akan memperkenalkan diriku yang sebenarnya" Minho menundukkan kepalanya.

"Gwaenchana, bukan salah anda" Taemin berjalan ke balik meja pantry mengambil beberapa kertas yang bertuliskan order.

"Maafkan aku, sungguh, aku merasa bersalah padamu" Minho mendekati Meja Pantry itu dan berdiri dihadapannya.

"Duduklah dan nikmati teh anda, aku fikir eomma sudah menjamu anda dengan baik" Taemin melirik sekilas teh dan beberapa kue dimeja.

"Hmm... " Minho mendesah berat, kembali berjalan ketempat duduknya semula. Enggan untuk pergi dari toko itu, walaupun dia tau Taemin masih mengabaikannya.

Sedangkan Taemin berjalan mengambil beberapa bunga untuk dirangkai. Matanya tak sedikitpun ingin menilik namja bermata elang disebrangnya. Ia lebih fokus pada bunga-bunga dihadapannya.

"Akhh.. " Taemin terlonjak ketika duri bunga Mawar menggores jarinya, membuat darah mengalir dari jari itu.

"Taemin-ssi gwaenchana?" Minho langsung menghampiri Taemin dan memegang tangan mungil itu, melihat darah segar mengalir dari jemari kurus Taemin. Ia memasukkan jari berlumur darah itu kedalam mulutnya membuat Taemin kaget dengan perlakuan namja dihadapannya ini. Minho berjalan ke meja mengambil tisu dan membalut jari yang baru saja keluar dari mulutnya.

"Eommaku bilang dengan itu bisa menghentikan darahnya" Minho berbicara canggung setelah membalut jari Taemin dengan tisu.

"Gomawo" lirih Taemin dengan wajahnya yang bersemu, membuat Minho mendongak dan tersenyum simpul, mungkinkah Taemin akan memaafkannya.

"Minho-ah aku mem.. Ehmm..." Eomma Taemin yang baru saja keluar membawa sebuah pie tiba-tiba menghentikan langkahnya ketika menatap sang anak tengah berpegangan tangan dengan lelaki bermata elang yang beberapa waktu lalu ia jamu.

Dengan senyum canggung Minho melepaskan tangan Taemin dan mengusap tengkuknya.

"Apa aku mengganggu?" tanya Eomma Taemin dengan senyum menggoda, membawa pie dihadapannya ke meja.

"Tidak Eomma" Taemin berjalan kebelakang pantry dan membuka laci, mengambil plester kecil.

"Astagah, ada apa lagi dengan tangan mu itu Taemin-ah" suara eomma Taemin melengking membuat Taemin menutup kupingnya.

"Jangan berlebihan eomma, hanya terkena duri Mawar" ucap Taemin membalutkan plester ke jarinya.

"Makanya eomma bilang apa, pakai sarung tangan saat merangkai bunga, lihat tanganmu jadi kasar karena selalu terkena duri bunga" eomma Taemin terus saja mengomel tanpa perduli tatapan jengah Taemin.

"Eomma, diamlah, kau tidak malu, ada Minho disini" ucap Taemin melirik Minho yang masih berdiri ditempatnya tadi.

"Biarkan saja, biar Minho tau seperti apa namja bodoh sepertimu"

MinimarketTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang