Chapter 3. Tidak Tahan Lagi!

27 9 1
                                    

Chapter 3

Keesokan Harinya, seperti biasa Aku masuk sekolah jam 07.00 pagi. Aku tidak pernah terlambat karena aku sudah terbiasa bangun pagi tanpa dibangunin sama orangtuaku. Aku selalu senang ke sekolah karena aku bisa bertemu dengan teman-teman tapi ada beberapa hal yang membuat aku sedih.

Pada saat jam pembelajaran, Aku selalu malas belajar dan bosan mendengarkan penjelasan guruku karena aku merasa bosan dan tidak mengerti apa yang dijelasin oleh guruku.

Jadi Aku mengajak teman-teman ku ngobrol dan bermain sehingga suasana kelas bising, ikutan bermain, gak peduli dengan guru ku yang sedang jelasin pelajaran, kalau gurunya galak baru aku dan teman ku diam. Karena hari ini dapat gurunya baik, tidak gampang marah, jadi kami ngobrol, "Wee kemarin aku nonton film tembak-tembak loh, keren." kata Aku, "iya? Hahaha aku kemarin diajak mamaku makan malam di restoran. Emmmm rasa makanannya enak." kata teman ku yang bernama Leo

"... Nama restorannya apa?" kata Aku, "Hah? Namanya ya? Emm...  Itu namanya.... Emmm... Oh ya Hery aku mau ke kursi ku ambil botol minum ku dulu ya bye" kata Leo. Saya langsung senyum karena Leo tak tahu nama tempat restorannya, "Hihi Leo jangan kabur dulu, kasih tahu dulu dong nama resto-" kata Hery tapi omonganku tiba-tiba dipotong karena guru ku marah. "Hery! Ngapain kau ngobrol disana sama Leo lihat ke papan tulis sekarang!" kata guruku. Semua teman-teman ku langsung cepat-cepat duduk dibangku masing-masing begitu juga dengan Aku sendiri. Aku kaget dan bingung kenapa guru ku yang biasanya baik, tidak pernah marah kalau aku ngobrol, tiba-tiba bisa marah. Pada akhirnya aku mengatakan di dalam hati ku, "aku bertekad untuk diam dan memperhatikan penjelasan dari guru ku sampai waktunya selesai dan setelah itu, aku mau ngajak teman ku ngobrol lagi hihihihi."

Setelah sekian lama menunggu, "Teng! Teng! Teng!" suara lonceng akhirnya berbunyi. Aku langsung semangat, tiba-tiba! "Matilah! Sekarang waktunya belajar MTK pulak!" kata Wendi, ".... OH IYA!" kata Aku. Aku lupa hari ini ada belajar MTK jadi patah semangat deh.

Aku sedikit takut kalau ada belajar MTK soalnya aku gak pandai, ditambah dengan gurunya itu galak jadi Aku enggak bisa ngobrol sama teman-teman. Teman ku juga diam, tidak bising, duduk manis seperti patung, suasana pesta bising dikelas ku dibubarkan oleh guru MTK. 

Beberapa jam kemudian, lonceng sekolah berbunyi dan mata pelajarannya dilanjutkan ke Bahasa Inggris begitu juga dengan gurunya diganti. "Huuuu... Akhirnya aku bisa lega juga, gak ada guru galak lagi... Sekarang aku bisa main dikelas, bisa ribut dikelas juga hahaha." kata Aku dalam pikirannya.

Ketika guru bahasa inggris ku masuk ke kelas. Aku dan teman-temannya ribut dikelas dan tidak peduli dengan guru bahasa Inggrisnya. Beberapa muridnya ada yang lari sana dan lari sini, tiba-tiba teman waktu TK ku duduk disebelahku namanya Reza. Ia sangat nakal daripada Aku dan teman  lainnya, dia suka ganggu orang juga, terutama aku sendiri suka di gangguin sama dia waktu TK. Tapi sekarang waktu SD aku jarang di gangguin karena aku menjauhi dia.

"Hery, kau punya kelereng gak dirumah?" kata Reza, "emm... Kayaknya aku punya sedikit Rez." kata Aku. Reza hanya senyum dan melihat meja ku, "Hery boleh aku pinjam pensil mu?" kata Reza.

Aku agak sedikit ragu, aku merasa gak enak dengan permintaan si Reza karena dulu waktu aku masih TK Reza pernah ganggu Aku dengan mengambil pensil untuk melakukan sesuatu hal yang tidak kuinginkan. Dan kebetulan dimeja ku ada pensil, tiba-tiba! Pensil ku diambil Reza, kemudian Reza hanya melihat pensil ku sambil menunggu jawaban ku, aku sebenarnya tidak mau kasih pensil ku tapi... "Hahahaha boleh kok Reza tapi kau mau ngapain pinjam pensil ku?" kata Aku sambil menatap mata Reza dengan tajam.

"Aah... aku cuma pinjam lihat-lihat aja kok" kata Reza sambil mengambil pensil ku. "Kenapa Rez, ada yang aneh dengan pensil ku?" kata Aku, "hahaha gak ada kok cuma pensil mu tajam kayaknya ini bisa aku tusukkan ini ke tas KAMU!" kata Reza tanpa ragu-ragu Reza langsung menusukkan pensilnya ke tas aku berkali-kali dan langsung kabur membawa pensilnya juga.

Aku kaget dan mencoba menghentikan tapi... Aku gak cukup kuat untuk menahannya. Setelah Reza kabur membawa pensilnya, Aku hanya diam dan melihat tas ku, ada bolongan sedikit karena tusukannya. Setelah itu Aku berpikir waktu aku masih TK, Aku pernah mengalami kejadian itu, Aku memang marah kepadanya tapi Aku menyerah begitu saja, membiarkan Reza melakukan seperti gitu. Ketika Aku pulang ke rumah, Ibu Aku melihat tas ku ada bolong, "Hery tas kamu kok ada bolong gini?" kata ibu ku, "ooh itu karena aku tusuk-tusuk pakai pensil ku kok" kata Aku. Aku terpaksa membohongi ibu ku karena aku gak tega menyalahkan teman ku sendiri dan aku takut, "NGAPAIN KAMU BOLONGIN TAS SENDIRI! BOROS DUIT! NANTI BELI TAS BARU LAGI! HEISSZZ! SERIUS INI KAMU YANG BUAT?" kata ibu ku yang sangat marah kepada aku.

Awalnya aku takut bilang kalau itu teman aku yang buat tas ku bolong-bolong, tapi Aku terpaksa bilang kalau itu kesalahan teman ku. "Maaf bu, sebenarnya teman aku yang buat pakai pensil ku. Tadi aku sudah coba mengehentikannya hanya dia gak mau berhenti" kata Aku dengan muka yang sedih dan kecewa. "Sekarang mana pensil mu?" kata ibu ku, "Diambil sama dia dan dia menghilangkannya bu" kata Aku, Ibuku langsung mengeluh, "Heiiisss ya sudah nanti beli baru aja, kalau dia ganggu lagi, bilang ke dia jangan gitu lagi atau kau jauh-jauh sama dia, gak usah berteman dengan dia lagi. Kalau pensil mu hilang lagi, AWAS KAMU!" kata ibuku dengan tegas.

Setelah itu Aku mencoba menjauh dari dia sejauh mungkin agar tidak terjadi lagi. Tapi Aku sekarang  sudah SD dan aku mengalami kejadian itu lagi, Aku sudah tidak tahan lagi dengan tingkah laku si Reza yang keterlaluan. Aku tidak mau dimarahi lagi dengan orangtua ku, tanpa ragu-ragu Aku berdiri dan berjalan ke arah Reza. Suasana kelas yang bising sekali, mendadak diam, karena Aku saat mengahadap ke depan Reza, Aku tidak peduli dengan orang yang disekitarku baik itu guru maupun teman-teman ku. Aku langsung memukul wajahnya si Reza.

Akhirnya, Reza menangis dan semuanya melihat Aku, "Kembalikan pensil ku!" kata Aku samnil menatap Reza yang sangat tajam dan sangat ganas, Aku tidak bisa menahan emosiku jadi aku memukul si Reza. Aku langsung mengambil pensilku ditangan kanannya Reza, guru bahasa inggris ku langsung cepat-cepat mempisahkan Aku dan Reza.

Aku langsung duduk dibangku ku sendiri dan tidak peduli dengan siapapun sedangkan Reza menangis histeris. Aku tidak pernah melakukan hal seperti ini sehingga teman-teman ku menjadi merasa ketakutan sama aku, dan temanku merasa tidak nyaman berteman dengan Saya. Tapi Akupun juga merasa ketakutan setelah memukul Reza aku sadar apa yang aku lakukan tadi.

Biasanya kalau teman aku sering menggangguku, aku cuma marah dan pastinya aku mengalah tapi ini pertama kalinya aku melakukan hal seperti itu. Aku jadi tidak berani lagi melawan teman ku, kemudian dalam hati ku "Aku bertekad untuk tidak memukul teman ku sendiri mulai sekarang. Aku merasa sangat ketakutan pada diri ku sendiri, aku tidak mungkin gila." kata aku berbicara di dalam hati.

Merawat Dan Tumbuh Seperti PohonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang