Chapter 8. Naruto dan Sasuke (Part 2)

13 5 6
                                    

Chapter 8

Dalam minggu ini, aku dan Weryanto sangat dekat dan aku menganggapnya sahabatku disekolah. Waktu kami di dalam kelas, kami berdua duduk bersebelahan. Kami ngobrol dikelas, bermain dan dia juga mengajak aku berkenalan dengan temannya.

Aku sangat senang mempunyai sahabat seperti gitu dan aku pikir sahabatku ini berbeda dengan teman-temanku seperti Wendi dan yang lain, aku yakin ikatan persahabatan ini tidak pernah lepas selamanya.

Enam bulan kemudian, kami mempunyai banyak cerita yang dibicarakan sampai kami puas dan lupa apa saja yang kami bicarakan.

Ketika sekolah sudah masuk ke semester genap, aku mulai takut karena UN sudah mulai dekat. Tapi aku tetap menjaga ikatan persahabatan dengan Weryanto.

Tapi aku ada masalah lagi dengan sahabatku. Aku tidak tahu kenapa kejadian itu terulang lagi. Apa Tuhan marah kepadaku?

"Hery! Guk! Guk! Guk! Kemari! Guk! Guk! Guk! Ayo lari-lari! Hahaha namamu itu lucu ya hahaha kayak anjingku namanya Hery juga." kata Weryanto.

"Issshh, apa kau ini Wer, kau melawak ya? Hahahaha." kata Aku.

Aku harus menjaga ikatan itu.

"Hahaha aku ejek kau bodoh! Hahahaha." kata Weryanto.

"Maksudmu apa? Weryanto hihi." kata aku.

Aku tidak boleh menghancurkan ikatan itu.

"Kau itu rupanya bodoh kali ya Her. Coba aja aku ada teman yang pintar pasti aku juga ikut pintar kayak si Willy. Pasti aku juara 2 atau juara 1 kalau sama dia, gak kayak kau BODOH! Hahahaha." kata Weryanto sambil menyindir aku dan mengekspresikan kesombongannya.

Ini tidak mungkin terjadi.
Dia pasti hanya gurau. Tapi.. aku merasa gak enak.

"Haha. Kau kenapa ejek aku kayak gitu, kitakan teman Wer. Parah kali kau" kata Aku.

"Ya!! Aku benar kok. Kau aja yang kayak tai, gak berguna." kata Weryanto.

"Kok kau gitu!?" kata Aku.

"Yaa! Terserah aku lah Her, EMANG KAU SIAPA!? HAH! COBA kau pikir pasti aku benar, Kau itu kayak tai." kata Weryanto dengan nada yang kasar.

Aku kaget mendengarnya.

"SEBENARNYA KAU ITU KENAPA?" kata Aku dengan suara yang keras.

"KENAPA? KAU MAU AJAK BERANTEM?" kata Weryanto.

"Apasih kau ini! Yang ajak berantemkan kamu Wer! Kok aku pulak yang disalahkan." kata Aku.

"Eeh sadar diri dong!!!" kata Weryanto sambil dorong aku.

"Aku tidak percaya ini." kata Aku sambil meninggalkan Weryanto karena kecewa.

"Haha gak berani lawan lagi. Penakut! Bencong!" kata Weryanto.

Setelah itu,
Aku dan Weryanto tidak bicara di dalam kelas selama satu hari ini.

Besoknya, dia bicaranya baik lagi dengan ku.

"Her, istirahat main petak umpet yuk." kata Weryanto.

Merawat Dan Tumbuh Seperti PohonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang