Chapter 4. Tidak Peduli! Yang Penting Kita Teman

5 5 1
                                    

Chapter 4

Setelah kejadian itu, aku menjadi pendiam di dalam kelasku. "Aku merasa ini lebih baik daripada saya bising haha... Yah. ini lebih baik." Aku yang mengatakan seperti itu di dalam hati.

Aku merasa tidak punya teman lagi jadi, aku jalan sendiri waktu istirahat, lihat temanku main lari-larian, "Sekolah itu membosankan, kenapa aku harus belajar dalam kehidupan ini, gak belajar kayaknya aku bisa buat apapun yang saya inginkan." aku berbicara sendiri didalam hati.

Aku jalan-jalan keliling sekolah dan gak sengaja lihat teman dekatku, "Hery" kata Wendi. "..." aku sama sekali tidak bisa bicara dengan teman dekatku rasanya gak percaya diri dan takut, aku pergi begitu saja meninggalkan Wendi.

Rasanya lebih nyaman kalau aku sendiri tapi lama kelamaan aku kesepian. Ketika aku lagi belajar di dalam kelas, "Temanku sepertinya enggak peduli dengan ku. Haha baguslah hahahahahaaa. Aku orangnya sial banget." kata Aku di dalam hati, yang awalnya senang karena sendiri menjadi lebih bosan karena tidak ada yang peduli denganku.

Keesokkan harinya, aku tidak mau sekolah karena tidak enak melihat temanku sendiri. Aku merasa sedih sekali dan rasanya pengen dirumah aja, "Hery kamu kok masih belum bangun tidur nanti terlambat sekolah loh." kata Ibuku, "Aduh gimana pulak nih? Jika aku kasih tahu kalau aku gak mau sekolah pasti aku dimarahin sama Ibu. Waduh gimana ini?" kata Aku bicara di dalam hati.

Aku terpaksa pergi ke sekolah karena aku lebih takut dimarahin sama Ibuku. Cepat-cepat aku mandi dan sarapan, setelah itu aku langsung pergi ke sekolah.

Ketika aku sudah sampai disekolah, aku jalan ke kelasku dan mendengar teman-temanku bising dikelas. Aku senang sekali mendengar itu, aku cepat-cepat pergi ke kelasku dan tiba aku baru masuk ke kelas. Semuanya jadi hening dan melihat aku, aku jadi gak berani lihat mereka. Dengan tenang aku jalan ke mejaku. Tiba-tiba, "Hery nanti kita pergi ke kantor yuk, bantu Ibu bawain bukunya." kata Wendi sambil senyum, aku kaget dan kenapa? Kenapa dia masih berani ngajak aku ngobrol? "Haha gak lah Wen, aku malas." kata Aku dengan gugup. "Ayolah Her, hari ini Ibunya bawa banyak buku untuk kita semua." kata Leo, kemudian teman-teman ku Kelly, Surya, Hendri, dan Dio bilang "ayo Hery sekarang ke kantor, ketemu Ibunya bantu bawa buku.", "Hahaha ok ayo pergi." kata aku dengan semangatnya dan merasa senang ternyata temanku baik dibandingkan aku.

Karena sangking senangnya, aku lupa dengan Reza. Aku tidak tahu kabarnya dan segalanya padahal aku satu kelas dengan dia tetap saja aku tidak tahu lagi dengan keadaannya Reza. Aku juga sudah gak berani mengajak temanku berkelahi, karena aku sudah bertekad untuk tidak melukai temanku!

Tanpa ku sadari ternyata teman-teman ku yang awalnya merasa takut denganku, hari demi hari kembali seperti biasa, aku mulai bising lagi semenjak itu hahaha, dan aku berani bermain sama teman-temanku lagi.

Tapi aku tidak pernah berubah dengan nilai mata pelajaranku yang selalu jelek. wali kelas ku dan orang tuaku selalu marah kepada ku karena remedialnya hampir semua mata pelajaran yang remedial. Tapi aku punya satu keyakin walaupun aku selalu remedial, aku akan tetap berusaha untuk menyelesaikan semua remedial ku sampai tuntas. Aku berusaha untuk naik kelas agar aku bisa bertemu dan bermain sama teman-temanku.

Pada akhirnya, aku berhasil naik kelas 2 SD. Waktu aku kelas 2 SD, seperti biasa aku bermain terus sama teman-temanku dan remedial juga hahaha. Tetap berusaha terus sampai aku naik ke kelas 3 SD.

To Be Continue

Merawat Dan Tumbuh Seperti PohonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang