"Ahhh!!" Seru Rapunzel nyaring ketika ia melihat pria asing masuk ke menara. Cepat-cepat ia berlari ke arah rak buku, mengambil beberapa buku yang tebal dan melemparkan buku itu ke arah si Pria. "Ahh!! Siapa kau! Beraninya kau masuk kemari!!" seru Rapunzel. "Hei! Tu-Tunggu! Berhenti melemp-ack!!" Buku tentang tanaman yang dilemparkan Rapunzel mengenai wajah si Pria dan membuatnya terhuyung jatuh.
Rapunzel menutup mulutnya dan cepat-cepat menghampiri pria asing itu. "Apa...kau baik-baik saja?" tanya Rapunzel canggung. Ia yang melempar pria itu dan sekarang ia juga yang bertanya apa pria itu baik-baik saja. "Kau benar-benar...berbakat lempar melempar.." ujar si Pria seraya menutupi wajahnya. "Ya, aku rasa?" Rapunzel menyeringai canggung. Pria asing itu akhirnya menurunkan tangannya dan membiarkan Rapunzel melihat wajahnya. Mereka saling bertatap muka sesaat sampai Rapunzel membelalakan mata terkejut.
"Kau orang desa yang bermain musik di bawah pohon!" pekiknya. Ya, pria asing itu adalah Klaus. Rasa ingin tahu Klaus akan menara, penyihir dan pemuda yang selalu memandanginya dari jendela menara ini mengantarkannya pada kesempatan emas. "Dan kau...?" tanya Klaus. Rapunzel tidak memberikan jawaban, ia ragu-ragu untuk memberi tahu siapa dirinya pada seorang yang asing.
"Apa kau tinggal di sini?" tanya Klaus, ia mengabaikan pertanyaan pertama. Rapunzel menganggukkan kepala. "Sungguh?" Klaus menyipitkan matanya, "kalau begitu kau... penyihir jahat yang menjadi rumor di desa...?" Rapunzel mengangkat satu alisnya, 'apa maksud pria asing ini? Penyihir jahat? Siapa penyihir jahat yang ia maksud?!' tanya Rapunzel dalam hati.
"Apa kau penyihir jahat itu?!" seru Klaus.
"Dan kau pasti orang desa jahat yang menyakiti Ayahku!" seru Rapunzel.
Kali ini Klaus ganti yang mengangkat satu alisnya, ia menatap Rapunzel keheranan.
"Tunggu, apa ini sebuah kesalahpahaman?" tanya Klaus, Rapunzel hanya diam. Ia sama sekali tidak tahu maksud pria asing ini. "Baiklah, beri tahu aku siapa namamu," perintahnya. "Ayahku mengajariku untuk tidak memberi tahu siapa aku pada orang jahat sepertimu." Rapunzel membuang mukanya.
"Sedari tadi kau menyebut 'orang jahat' tapi aku sama sekali tidak melihat adanya orang jahat kecuali penyihir yang tinggal di menara ini."
"Kau pasti berbohong!"
"Apa aku terlihat seperti pembohong?"
Rapunzel tidak dapat menjawab pertanyaan Klaus. Tentu saja pria asing ini tidak terlihat seperti tukang tipu. Namun seperti yang Gothel beri tahu, orang-orang desa punya banyak tipu muslihat salah satunya mereka punya banyak wajah.
Klaus mengamati sekelilingnya, ia melihat sebuah tempat tidur, meja dan kursi, rak buku, cermin dan sangkar burung dari besi tua. Ini benar-benar di luar dugaan Klaus. Ia pikir ia akan menemukan kuali yang digunakan si penyihir untuk membuat ramuan atau mungkin tengkorak-tengkorak, sesuatu yang benar-benar jahat, tapi lihat kenyataannya tak sesuai dengan bayangannya.
"Apa kau dan ayahmu ditawan oleh si Penyihir?" tanya Klaus.
"Tidak."
"Tidak? Lalu kenapa kau tinggal di sini?"
"Sejak aku kecil aku sudah tinggal di sini bersama ayahku," jawab Rapunzel sembari memunguti kembali buku-buku yang tergeletak di lantai. Ia membawa buku itu bersamanya dan menaruh kembali buku ini di raknya.
"Mengapa kau dan ayahmu tinggal di sini?"
Rapunzel menghentikan tangannya saat pria asing itu melemparkan pertanyaan lagi tentang dirinya. "Kau bukan penyihir, benar bukan? Aku rasa tidak seharusnya kau tinggal di sini. Semua orang di desa membicarakan penyihir jahat yang tinggal di menara di ujung hutan." Rapunzel menoleh ke belakang dan melihat pria asing itu memandangi isi kamarnya. "Kenapa orang-orang desa begitu kejam menganiaya ayahku? Ayahku bukan seorang penyihir yang jahat!" seru Rapunzel dan melempar satu buku lagi ke arah Klaus.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Golden Rampion
FantasiRapunzel tidak mengenal dunia di luar jendela menara tinggi tempatnya tinggal. Ia tidak juga ingin mengenal dunia kejam dan jahat yang sering si Penyihir, Gothel beritahukan. Rapunzel menyukai tempatnya tinggal, sebuah ruangan kecil hangat bersama G...