6). Keyakinan

65 4 4
                                        

     Hari itu, aku menunggumu disebuah taman. Taman dimana kita biasa bertemu. Tempat dimana pertama kali kita berkenalan. Aku telah menunggu beberapa lama. Hampir dua jam.

     Aku tau, ini hari minggu. Hari dimana saatnya kamu beribadah kepada Tuhanmu. Aku harus mengerti akan hal itu. Keyakinan kita yang berbeda membuat kita sulit untuk bersama. Namun, aku yakin. Jika kamu ditakdirkan untukku, mau apapun yang kita hadapi, kamu hanyalah milikku.

     Aku bisa saja memeluk hatimu, dan juga meluluhkan hati ibumu. Tapi apa daya jika saingan terberatku adalah Rosario dan Arah Kiblat. Perbedaan itu semakin membuatku putus asa memperjuangkan hubungan ini. Aku berfikir, bagaimana bisa aku berusaha memelukmu, untuk sesuatu yang sudah aku perkirakan untuk tak bisa kupeluk. Lantas aku harus bagaimana.

     Ada cinta segitiga, antara Aku, Kamu dan Tuhan. Aku sangat mencintai Tuhanku, juga Kamu sangat mencintai Tuhanmu. Tuhan memang satu, namun hanya saja kita yang tak sama. Aku tau kamu juga merasa tersiksa atas hubungan ini, tapi perasaanmu akan diriku membuatmu bertahan. Ketika aku menjalankan ibadahku, kamu selalu duduk disebrang masjid untuk menunggu ku. Kamu selalu mengingatkan ku untuk menjalankan kewajibanku akan ibadahku.

      Banyak perbedaan antara kita. Rumah ibadahku yang aku sebut Masjid, Rumah ibadahmu yang kamu sebut Gereja.  Kita menyebut nama Tuhan dengan sebutan yang berbeda. Salahkah ketika tasbih dan salib mencoba untuk menyatu.

     Kita pasangan hebat, yang masih melempar tawa pada dunia meski cemas terselubung di dalamnya. Masih ada bahagia yang tercipta dibalik luka kita. Apakah untuk bahagia kecil ini, kita harus meninggalkan Tuhan dan mengindarkan telinga dari perkataan banyak orang. Mereka di luar sana tak pernah mau tahu dengan apa yang kita rasa. Tak pernah mau mengerti tentang apa yang kita perjuangkan. Mencibir, mencemooh, memaki bahkan menghakimi. Mereka tak mengenal kita dan cinta kita. Mereka takkan sanggup memahami air mata kita. Air mata yang tampak saja mereka abaikan, bagaimana dengan yang mengalir deras dihati berteriak memanggil Tuhan untuk meremukkan pembatas yang menghalangi.

     Jadilah aku yang menjadi diriku, yang tetap bersujud dan mencintai Tuhanku. Jadilah kamu yang mencintai Tuhanmu dengan melipat jari dalam mata yang tertutup. Tuhanmu, Tuhanku,bagi kita mungkin satu, namun tetaplah berbeda dalam pandangan dunia yang luas.

     Kita bukanlah Istiqlal dan Katerdal, yang ditakdirkan berdiri berhadapan dengan perbedaan, namun tetap harmonis. Jika mereka punya nyawa, siapa yang tahu jika mereka jatuh cinta?. Kita adalah dua orang yang saling mendoakan, tapi tak bisa dipersatukan oleh Tuhan.

     Orang tua ku pun telah melarang akan hubungan ini. Hubungan yang telah 7tahun terjalin. Juga orang tua mu yang  bersikeras tidak akan menerimaku. Apalagi dengan ayahmu. Dia pasti akan marah besar jika hubungan ini masih tetap berjalan. Aku harus meluruhkan egoku, juga egomu. Sadarlah semuanya telah sia-sia.

'Maaf ya aku telat'

     Suara itu membuatku sadar dari lamunanku. Mengapa Tuhan menciptakan cinta diantara kita, jika tak ingin menyatukan kita. Dalam hatiku terbesit. 'Tolong tanyakan Tuhanmu, apakah aku yang bukan umatnya ini boleh mencintai hambanya?'. Sudahlah aku tak ingin berkhayal lagi.

'Jadi mau kemana kita hari ini' kata wanita yang duduk disampingku sekarang.

     Aku mencoba menjelaskan, apa yang ingin aku katakan.

'Aku ingin kita putus sayang, tak mudah bagi kita menjalani ini semua. Dengan berbagai halangan dari luar, kamu dan aku tak mungkin bersatu. Aku akan selalu menjadi milikmu. Menemani kamu saat duka dan laramu. Tentu saja bukan untuk menjadi pendampingmu. Karena diluar sana masih banyak yang lebih baik dariku dengan keyakinanmu yang sama dengannya. Coba lah untuk menahan ego kita untuk tidak saling memiliki satu sama lain. Mencintai tak harus memiliki bukan?. Aku tak akan pernah meninggalkanmu, percayalah.'

      Kamu pun tersenyum, mencoba untuk memahami juga mengerti perkataanku. Aku tau kamu wanita hebat, kamu berusaha menahan tangismu. Aku memelukmu dengan segenap hatiku, aku percaya kamu akan bahagia dengan orang lain.

     Terkadang Tuhan menguji hambanya dengan cinta, apakah hambanya akan mencintai Ciptaan-Nya atau Pencipta-Nya.

[Hiatus] Tell You.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang