2. E-Mail

9 2 0
                                    

Dimulai dari situ Agi selalu mengirimkan pesan melalui E-mail, tapi tak satupun Dinata baca pesan itu, ia sibuk berpacaran, karna memang mereka sudah menginjak masa remaja, tapi tidak bagi Reiva, menurutnya ada sesuatu yang membuatnya tidak tertarik berpacaran, itu karna ia menunggu seseorang.

" Din, pinjem laptop bentar ya. "

" Ambil aja, ada di nakas ! " jawab Dinata yang sedang membaca majalah Wanita

Reiva mengambil laptop tersebut dan mulai mengerjakan tugas dari gurunya, setelah selesai Reiva melamun sebentar dan melihat Dinata yang masih sibuk dengan majalahnya.

" Din, lo masih suka komunikasi sama Agi? "

" gak, tapi dia kirim E-mail terus. " Reiva sedikit tertegun, bahkan Agi tak pernah mengirimkan E-mail padanya

" lo jawab? "

" gak, males. " " kalo mau lo jawab aja, kesian juga gue gak bales. "

Reiva kemudian membuka E-mail milik Dinata, dan benar saja banyak sekali pesan yang di kirim kan dari Agi

Agisatya01@gmail.com

Dinata, apa kabar, kamu sekarang sweet seventeen ya? maaf aku gak bisa ngasih apa² tapi aku cuma bisa ngasih kamu do'a, aku udah mau masuk kuliah ternama yang ada di Korea, aku kangen kamu, tunggu aku ya.

baru satu pesan saja membuat hatinya terluka, bahkan tanpa ia sadari air matanya jatuh begitu saja, Reiva melihat kearah Dinata yang sedang bertelefon dengan pacarnya.

Benar, Dinata cantik, kulitnya coklat sawo matang, matanya hitam pekat, tubuhnya yang bisa di bilang body goals, Dinata hampir mendekati kata 'Sempurna', menurut Reiva di banding dengannya ia tidak ada apa-apanya.

DinataAyu.W@gmail.com

selamat 😊

****

Reiva pov

Aku menyesap coklat panas yang baru sajaku pesan, lagi-lagi hujan, aku benci itu, karna hujan lah yang membuatku tau akan sebuah fakta yang menyakitkan, jika aku bisa memutar waktu, aku tidak ingin tau hal itu.

aku menatap keluar jendela, mengamati aktifitas diluar, banyak orang yang berlalu lalang menggunakan payung mereka, dan ada juga yang sedang berteduh,

hatiku ini terbuat dari apa? bahkan sudah banyak lelaki yang sudah ku tolak demi dia yang sedang diluat negri, kurang setia apa aku?! bahkan jika kalian bertanya kepada orang lain ' apakah kalian sanggup terombang-ambing dalam ketidakpastian seperti aku?! ' tidak semua berkata ' iya '

aku setia kepada seorang yang tidak tau diri, dia bahkan tidak menghubungiku untuk sekedar sapaan. ingin aku memakinya lalu membencinya, tapi semua terlambat, aku mencintainya.

" Hallo, udah lama ya nunggunya? maaf ya tadi kejebak macet. " Tian -teman SMA-, aku hanya memberikan senyuman.

" jadi, ada apa lo nganjak ketemuan? aduh—jadi grogi gue " ucap Tian dengan cengiran khas miliknya.

" kalo gue bilang mau curhat, lo mau dengerin gak? "

" Agi lagi? " ucap Tian sambil meminum coklat panas milikku, aku terdiam.

Tian memang mengetahui apa yang terjadi, aku bercerita padanya karna dia orang yang paling pas untuk di ajak curhat, selain pendengar yang baik, Tian juga akan memberikan solusi jika di butuhkan.

" apa lagi kali ini? " tanya Tian

" ternyata selama ini dia ngirim Dinata pesan lewat E-mail, sedangkan gue? kabar aja gak pernah. " Tian terdiam, " gue—gue merasa tidak dianggap. " lirihku

 PAPER UMBRELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang