5. Two of us

4 2 0
                                    

setelah kejadian kemarin Reiva lebih sering melamun, seperti sekarang ini, dari tadi Reiva hanya mengaduk minumannya saja tanpa berniat menikmatinya.

tanpa Reiva sadari Tian terus menatapnya bingung, padahal Tian ada dihadapannya, Tian yang tidak tahan akan kelakuan sahabatnya langsung menyadarkannya

" Heh !! lo kenapa sih bengong terus, cerita sama babang sini yuk. " Reiva tak bergeming

" Agi lagi nih? cerita dong sayang. " bujuk Tian dengan wajah di imut-imut kan.

" apa yang gue takutin—kenyataan " ujar Reiva Menerawang ke atap kantin rumah sakit

" Dia udah pulang ?!! " ujar Tian terkejut, Reiva mengangggukan kepalanya.

" jangan berfikir kaya gitu dulu, mungkin dia gak maksud lupain lo, ya—karna selama ini dia terus berhubungan sama Dinata, walau itu sebenarnya lo " Reiva terdiam dan memikirkan perkataan Tian, berusaha berfikir positive tapi entah mengapa penyataan negative yang selalu muncul di fikirannya

" Menurut lo gue salah gak punya perasaan kaya gini " Reiva berusaha untuk tidak menangis saat ini

" gak salah, jangan berfikir kalo lo yang salah, perasaan yang dalam hati lo juga gak pantes di salahkan, karna memang hati dan fikiran tidak selalu sejalan. "

" Gue harus apa?! dia suka adik gue, Ian. "

" Adik lo suka sama dia? " Reiva kembali terdiam.

" Tapi cepat atau lamban itu pasti akan terjadi kan?! Agi selalu membuat semua orang yang di dekatnya merasa nyaman "

" Hati susah di tebak, Rei. Adik lo belum tentu langsung nyaman sama Agi "

" Tapi— "

" Jangan terlalu di fikirin,  kalau jodoh gak akan kemana kok, Rei. masih banyak cowok di dunia ini. " ujar Tian dan mengusap kepala Reiva

" misalnya gue gitu " gumam Tian yang mungkin tidak terdengar oleh siapapun

****

16:45

Reiva sedang merapihkan berkas-berkas yang ada di atas mejanya dan bersiap-siap untuk pulang, hari ini cukup melelahkan baginya baik fisik maupun fikiran

Ding!

Tian
'gue tunggu di parkiran, cepetan! '
Read.

" gue pulang duluan yak !! "

" oke sip, hati-hati " ujar semua rekan kerja Reiva yang berada di ruangan yang sama, Reiva segera keluar dari ruangannya dan menuju ke parkiran.

Tian meneguk minuman kaleng yang ia beli di warung terdekat ketika ia melihat Reiva yang berjalan ke arahnya, Reiva masuk kedalam mobil milik Tian dan memakai sabuk pengaman.

" Anterin gue ke PIM bentar " ujar Tian

" hah? ngapain? gw udah capek banget ini " rengek Reiva

" ada yang pengen gue beli, sekalian refresing buat lo yang lagi galau "

" lo sendiri kan bisa, gue mau pulang "

" dan ngeliat Agi yang lagi ber-duaan sama adek lo? " Reiva terdiam

" kalo mereka bisa ber-duaan kenapa lo enggak? ada gue, kita bisa ber-duan. " ujar Tian dengan nada serius.

" Lo mau beli apa sih?! harus sekarang?! "

" Daleman "

" sialan "

" eh—omongannya! cium nih!"

" enak aja main cium-cium "

" kenapa? gak boleh? "

" dasar om-om mesum "

" dasar tante galau "

****

Saat ini Dinata sedang menonton acara tv kartun di ruang keluarga, sesekali ia tertawa melihat aksi konyol dari kartun tersebut, Dinata mendengar ada yang sedang mengobrol di ruang tamu tapi entah siapa, Dinata tidak peduli.

" itu Dinatanya lagi nonton kartun, nak Agi temenin aja, ibu mau buat minuman " ujar Rianti, tapi Dinata tak menoleh sedikit pun ke arah ibunya.

" kamu masih suka kartun ya, Din? " terasa seseorang duduk di sebelahnya dan Dinata hanya mengangguk saja.

" eh—aku bawain nasi goreng yang depan komplek buat kamu, nih " Agi menunjukan bungkusan yang di tangannya, Dinata yang memang sedang lapar langsung menatap binar bungkusan itu

" Makasih Agi !! " ujar Dinata riang mengambil bungkusan itu dan berjalan ke dapur untuk mengambil sendok.

setelah Dinata kembali ia langsung memakan nasi goreng itu dengan lahap, Agi hanya bisa tersenyum melihat Dinata menyukai apa yang ia bawa.

" oh iya, kamu bilang kamu punya kelinci, dimana kelincinya? " tanya agi

" udah mati, kapan gue cerita punya kelinci ke lo ? " Dinata bingung ia tak pernah menceritakan tentang kelinci pada Agi.

" kamu cerita di E-Mail, masa lupa " Dinata terdiam, selama ini ia tidak tau bahwa Reiva selalu menceritakan sesuatu pada Agi.

" Ekm—he he he maaf " ujar Dinata dengan senyuman canggungnya.

" kamu lucu deh " Agi mengusap lembut kepala Dinata


 PAPER UMBRELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang