• | Jalan, Dompet, dan Kunikida

1K 140 11
                                    


Dazai Osamu begitu menyesal. Harusnya ia tahu, jangan pernah untuk mengatar Ranpo ke suatu tempat jika ingin dompetnya utuh.

Tapi bodohnya, ia selalu terlena oleh ajakan si kekasih. Kadang Dazai berpikir mantra apa yang Ranpo gunakan hingga ia seperti ini.

Tapi kali ini Dazai berusaha menolak mentah-mentah. Gelengan kuat ia beri sebagai bentuk penolakan. Mata terpejam erat, enggan melihat kekasih yang kini memasang wajah cemberut. (Dazai tidak tahan dengan wajah itu, terlalu lucu).

Sedikit tarikan terasa pada trench coatnya, namun berusaha di abaikan. Dazai tau apa yang Ranpo lakukan, seperti biasa; merengek meminta di belikan manisan ketika wajah cemberutnya sudah tidak mempan lagi.

"Dazai!"

"Tidak Ranpo-san."

Dazai berjalan lurus menyeret Ranpo yang kini menggenggam kuat tali coatnya.

"Hanya setengah lusin saja."

"Bukankah kau ada uang sendiri."

"Aku tidak membawanya."

"Kau memberi alasan itu setiap saat Ranpo-san."

"Ini yang terakhir."

"Itu perkataanmu sebulan yang lalu."

"Aku lapar."

"Aku akan kelaparan nanti jika kau terus menguras dompetku."

"Bukankah ada Kunikida?"

Dazai menghentikan langkahnya, terdiam sejenak. Sebuah seringai licik tersembunyi di wajah Ranpo.

Ia kembali berhasil. Mereka pulang setelah membeli selusin donat.

Dan kalian tahu apa yang terjadi setelahnya, dompet Kunikida lenyap dari pandangan.

DanpoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang