1

7.7K 617 29
                                    

Harry, Hermione, dan Ron melanjutkan pendidikan mereka. Sekarang mereka sudah berada di tahun kedelapan, tahun terakhir mereka di Hogwarts.

Setelah kalahnya Voldemort, banyak anggota Slytherin yang tidak melanjutkan sekolah.

Draco Malfoy menikmati sarapannya bersama Blaise Zabini, mereka makan tanpa banyak bicara.

"Draco" Blaise membangunkan Draco dari lamunannya. "Kau kenapa?" Tanyanya lagi khawatir apalagi dari tadi Draco belum menyentuh makanannya.

"Aku tidak apa-apa Blaise" jawab Draco.

"Ayolah, cerita saja. Aku ga tega tau liat mukamu sedih begitu"

"Aku cuma lagi khawatir aja, mama lagi sakit. Kayaknya aku mau pulang aja"

"Pulang? Kamu bakal kembali kan?" Wajah Draco tampak murung. Dia menggeleng tidak yakin.

"Mungkin ngga" air mata Draco mulai menetes membasahi wajah imutnya.

"Kamu jangan bego Draco! Kamu pikir mama kamu senang kalo kamu pulang dan menelantarkan masa depan kamu!" Blaise berhenti sejenak melihat wajah Draco yang memerah karena menangis. "Kamu harus ingat! Kamu itu seorang Malfoy! Kamu harus bisa melanjukan kejayaan keluargamu"

"Tapi aku udah capek. Aku takut kalau aku harus kehilangan orang yang aku sayang lagi" Blaise tau benar ketakutan Draco. Tangannya bergerak meraih tangan Draco yang pucat dan gemetar. Tangan Draco dingin dan jauh lebih kecil dibanding tangannya. Blaise menggam tangan sahabatnya itu erat cukup erat agar Draco sadar 'Dia tidak sendiri'

Setelah Voldemort dikalahkan, semua anggota Death Eater dicari untuk dipenjarakan di Azkaban. Untung saja keluarga Draco tidak harus masuk kedalam penjara. Terimakasih pada Harry Potter yang memberikan keterangan bahwa mereka banyak membantu Harry saat perang.

Tapi tidak ada kesempatan bagi keluarga Malfoy untuk lega. Tidak lama setelah pernyataan Harry beberapa anggota Death Eater yang belum tertangkap menyerang kediaman Malfoy.  Dan Lucius akhirnya meninggal dalam pertempuran itu untuk melindungi istri dan anaknya.

Awalnya Draco tidak ingin kembali ke Hogwarts karena kondisi kesehatan ibunya yang terus memburuk. Tapi Nacissa adalah ibu yang kuat, dia bisa meyakinkan Draco bahwa dia akan baik-baik saja dan kebahagiaannya adalah melihat Draco menjutkan kejayaan Malfoy. Walau sebenarnya dalam hati dia merasa tidak bisa jauh dari putra semata wayangnya.

"Hei kalian tau? Aku dengar Blaise dan Draco pacaran" ucap Ron sambil memperhatikan setiap gerak Blaise dan Draco

"Sejak kapan kau suka bergosip Ron" Hermione menanggapi sang kekasih malas.

"Ini bukan gosip. Liat saja" Ron menunjuk dengan semangat kearah Draco dan Blaise "Mereka berpelukan"

"Bagiku Blaise hanya sedang menenangkan Draco" jawab Hermione yang ingin melanjutkan makannya karena dari tadi dia ganggu oleh Ron.

"Menenangkan Draco? Mereka sedang berpelukan di ruang makan Hermione"

Hermione melirik kearah Harry yang sudah lelah mendengar ocehan Ron.

"Ron dari pada mengurusi orang lain mending kamu habisin makananmu. Ga lama lagi jam makan selesai"

Mendengar kata jam makan selesai dari mulut Hermione, Ron diam seketika dan memakan makanan dihadapannya lahap.

****
Harry berjalan menuju danau. Saat sore begini, setelah melewati serentetan kegiatan yang melelahkan dia butuh sedikit waktu menenangkan pikirannya.

Langit mendung memperindah pemandangan danau. Harry memang tidak pernah bosan kalau ada disini. Udara dingin dibulan Desember dengan angin sepoi-sepoi. Sungguh suasan yang menenangkan.

"Malfoy" Harry langsung berlari saat dia melihat Draco tergeletak di dekat danau.

Tubuh Draco sangat dingin. Harry segera melepaskan sweaternya dan memakaikannya pada Draco. Melihat wajah Draco yang sudah sepucat mayat Harry langsung mengangkat Draco dan berlari menuju klinik secepat mungkin.

Kesempurnaan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang