Hari yang sangat cerah dapat membangkitkan semangat orang yang ingin memulai beraktivitas pagi ini. Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 05.30. Mentari hampir selesai bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.
Mentari menatap wajahnya di cermin. Terlihat ia sudah sangat cantik dengan dandanan sederhana yang menghiasi wajahnya. Ia hanya memolesi wajahnya dengan bedak sedikit tipis dan lipstik yang tidak terlalu mencolok.
Rambut panjangnya ia digerai. Tidak lupa dia juga menyemprotkan parfum ke tubuhnya.
Setelah dirasa cukup, Mentari mengambil tas gendongnya di meja belajar dan turun ke bawah menemui ibu Ella. Terlihat ibu Ella sedang menyiapkan sarapan untuk anak panti asuhan.
Mentari mendekat kepada ibu Ella. Ibu Ella tidak menyadari ada Mentari disana. Sampai Mentari menyapanya terlebih dahulu.
"Ibu ... Mentari pamit dulu." ujar Mentari dan ibu Ella pun menoleh. Mentari langsung mencium tangannya dan mengucapkan salam.
"Hati hati di jalan." ucap ibu. Mentari hanya senyum dan mengangguk kemudian langsung pergi.
Belum terlalu jauh Mentari pergi, ibu Ella sudah memanggilnya.
"Mentari." panggil ibu Ella. Mentari berhenti berjalan dan menoleh dengan membalikan tubuhnya.
"Ada apa bu?"tanya Mentari di tempatnya.
"Enggak sarapan dulu?" tanya ibu.
"Enggak nanti saja di sekolah. Soalnya takut telat. Kalau gitu Mentari pergi dulu." ucap Mentari yang tanpa menghiraukan ibu Ella dan langsung pergi.
Setiap hari Mentari pergi ke sekolah dengan menggunakan kendaraan umum. Dari panti asuhan Mentari jalan kaki menuju halte. Beberapa menit kemudian bis yang ditunggu datang dan Mentari langsung menaikinya.
Suasana bis memang tidak terlalu menyamankan dikarenakan banyak orang yang menaikinya. Tapi ini adalah jalan satu-satunya untuk bisa sampai di sekolah. Dari pada harus jalan kaki. Pikir Mentari.
Hari ini bis cukup penuh sehingga mengharuskan Mentari untuk berdiri dengan sebelah tangannya yang memegang ke atas sebagai pegangannya.
Mentari sangat berharap untuk ada salah satu penumpang yang turun. Ia sudah sangat pegal dengan tangannya dan juga kakinya yang harus menompang tubuhnya.
Bukan harapannya tercapai malah bis tersebut mendadak berhenti. Dan itu membuat tubuh Mentari sedikit kehilangan keseimbangan.
Ternyata bis tersebut mogok. Dan seluruh penumpang disuruh untuk turun supaya naik kendaraan lain.
Dengan sangat terpaksa. Seluruh penumpang pun turun begitupun dengan Mentari.
Mentari sangat kebingungan sekarang. Mau nunggu bis lainnya pasti lama. Akhirnya Mentari memutuskan untuk menunggu bis yang lain dengan berjalan kaki di sisi trotoar.
"Tit..." suara klakson mobil yang terdengar cukup keras. Mobil tersebut berhenti tepat di samping Mentari.
Pemilik mobil tersebut membuka sedikit kaca mobilnya.
"Kak Alvano." pekik Mentari sedikit girang. Alvano keluar dari mobilnya dan langsung di serbu oleh pelukan Mentari."Kakak udah pulang? Mentari kangen banget sama kakak." ujar Mentari yang masih memeluk Alvano dengan sangat erat. Seakan-akan takut untuk kehilangan lagi.
"Kaka juga kangen banget sama kamu." jawab Alvano sembarih menjauhkan pelukannya dan mencium kening Mentari.
"Masuk ke mobil yuk.." ajak Alvano kepada Mentari. "Ayok." jawab Mentari girang yang langsung memasuki mobil milik Alvano.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mentari Senja
Teen FictionApa jadinya jika kita mencintai seseorang yang ternyata dia adalah kakak kandung sendiri. Mampukah bagi mentari membuka hatinya untuk orang lain? Dan seperti apa perjalanan cinta mentari setelah bisa berpaling dari kakaknya. Apakah akan lebih sakit...