Part 02

3 1 0
                                    

*********


Setelah pulang sekolah tadi mentari langsung menuju rumahnya Alvano tanpa mengganti baju terlebih dahulu.

"Pak berhenti di depan." aba-aba mentari untuk menghentikan taksinya dan tangannya menunjuk ke depan.

"Baik neng." ucap supir tersebut dan langsung menghentikan mobilnya di depan pagar rumah Alvano.

Mentari melihat harga yang tertera dan langsung mengambil uang di sakunya kemudain diberikan kepada supir tersebut. Setelahnya mentari turun dari taxi tersebut.

Mentari menghampiri pagar rumah Alvano. Seketika pak satpam datang dari dalam. Seakan sudah tahu akan kehadiran Mentari.

"Eh ada non mentari." sapa pak satpam ramah yang kemudian membukakan pagarnya.

Tanpa basa-basi lagi mentari langsung menanyakan keberadaan kakaknya.
"Kak Vano nya ada pak? Tanya mentari.

"Ada langsung masuk aja." ujar pak satpam yang membungkukan badannya.

"Makasih."Mentari langsung membuka pintu rumah Alvano.

Sebelum masuk ke rumah Alvano mentari mendengar orang yang sedang tertawa terbahak bahak.

Mentari mengira pasti orang tersebut adalah pengganti dirinya yang menghiasi hari hari vano. Sungguh nyesek saat mentari harus menerima kenyataan ini.

Mentari berjalan menghampiri pintu utama rumah Vano dan seketika matanya melihat sesuatu yang membuat mentari berdiam diri di ambang pintu.

Mentari rasanya ingin berbalik arah, pulang kerumah kemudian nangis diatas kasur yang empuk. Merasakan betapa sakitnya hati ini. Kalau bisa gadis cantik itu juga ingin memisahkan Alvano dengan dia dan memarahi Alvano seakan Alvano itu pacarnya. Tapi itu tidak mungkin dia lakukan karena bagaimana pun juga takdirlah yang sudah melarang mereka berdua bersatu.

Mentari melihat Alvano yang sedang memeluk seorang wanita dan wanita itu menyenderkan kepalanya ke dada bidangnya Alvano.
Dan mereka kelihatan sangat bahagia.

Kembali melihat mereka berdua mendatangkan rasa sesak yang menyeruak di dada mentari. Mendesak ingin keluar dan yang empunya menahan sekuat tenaga. Mentari pernah mengira, bahwa perasaan terhadap kakaknya sudah hilang. Tapi kenapa saat melihat Alvano bermesraan dengan wanita lain hati ini begitu sakit. Bukankah itu namanya perasaan yang dulu belum juga hilang.

Mentari masih bungkam di ambang pintu. Pikirannya melayang layang entah kemana sampai akhirnya Alvano yang menyadarkan lamunan Mentari.

"Mentari." Alvano yang menyadari kehadiran Mentari langsung melepaskan pelukannya dan berdiri. Sedangkan wanita tersebut menatap Alvano heran.

Alvano melepaskan pelukannya karena ia tahu bahwa ada hati yang sedang terluka sekarang. Alvano sendiri belum sepenuhnya bisa move on dari Mentari. Tapi ia mencoba untuk bisa move on.

"I..iya kak." ujar mentari gugup yang masih berada di ambang pintu.

"Sini masuk, gabung." ajak Alvano dengan melambaikan tangannya

"Iya." Mentari langsung masuk dan gabung dengan mereka.

"Ayo duduk!" perintah Alvano sambil menepuk sopa yang berada di sebelahnya. Mentari pun duduk.

Mentari Senja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang