Prolog

32 7 0
                                    

Mentari baru saja pulang dari sekolahnya. Ia bergegas membersihkan diri kemudian berbaring di ranjangnya dengan tangan yang dilipat kebelakang kepala sebagai bantal. Ia menatap langit-langit kamarnya yang putih.

Mentari menarik nafas dalam-dalam lalu dihembuskannya secara perlahan.
"Hari yang sangat melelahkan." keluhnya.

Baru terasa sebentar Mentari mengistirahatkan badannya dan kali ini ibu Ella sudah mengganggu dengan mengetuk kamar Mentari. Dan itu sukses membuat Mentari merasa sedikit kesal.

"Iya sebentar bu." teriak mentari dari dalam kamar yang langsung bangkit dari tempat tidurnya menuju pintu kamar kemudian membukanya.

"Ada apa bu?" Tanya Mentari yang langsung bertanya tanpa menyuruh ibu Ella masuk. Dan tangan yang masih memegang gagang pintu.

"Ada orang di luar yang nyariin kamu."jawab ibu.

"Siapa?" tanya mentari kepada ibu.

"Gak tau kamu temuin aja." saran ibu Ella yang kemudian langsung pergi tanpa pamit meninggalkan Mentari yang terdiam memikirkan sesuatu.

Mentari yang terlihat penasaran langsung turun ke bawah dan menemui tamu tersebut.

Mentari duduk di sofa yang berhadapan dengan tamu tersebut. Mentari sebenarnya sangat tahu siapa dia, tapi Mentari pura - pura tidak tahu.

"Mentari kamu sudah besar sekarang nak.." ucap ibu tersebut yang mendekati mentari dan mengelus rambut panjang mentari.

Mentari yang merasa agak risih mencoba untuk menjauhkan tangan tersebut dari rambutnya.

"Kamu siapa? Jangan berani menyentuh saya!" ujar Mentari agak berteriak.

"Kamu lupa sama ibu. Ini ibu kandung kamu." jawabnya dengan menunjuk dirinya sendiri.

"Maaf saya tidak punya ibu kandung. Ibu saya cuman ibu Ella gak ada yang lain." Ucap Mentari.

"Kamu tega sekali terhadap ibu nak.." ucapnya yang memasang muka melas dengan gaya jijiknya.

"Maaf.. Seharusnya ibu yang sadar. Lebih tegaan saya atau ibu. Ibu sudah meninggalkan saya selama belasan tahun dan sekarang ibu mengakui saya sebagai anak ibu.. Tidak semudah itu bu ... Saya tahu ibu datang kesini karena ada alasan tertentu. Dan saya tahu alasannya. Jangan pernah berfikir bahwa saya akan dengan gampangnya mengikuti kemauan ibu.. Saya gak akan pernah bu.. " ucap Mentari panjang lebar dengan muka yang memerah.

"Tapi nak.. Ibu kesini tulus dari hati ibu yang ingin membawa kamu pulang bersama ibu supaya bisa berkumpul bersama lagi." tutur kata ibu dengan penuh kesandiwaraan nya.

"Untuk kesenangan ibu, iya?" jawab Mentari yang sedikit agak jengkel.

"Bukan untuk kesenangan ibu. Tetapi untuk kebahagiaan kita bersama." jawab ibu

"Untuk kebahagiaan kita bersama dengan cara menikahkan saya dengan orang yang tidak saya kenal sama sekali bahkan belum pernah ketemu sekalipun. Iya itu mau ibu?" teriak Mentari.yang menghentikan pembicaraannya sejenak. " itu mungkin akan membahagiakan kalian tapi tidak dengan saya." lanjut Mentari sedikit agak pelan.

Ibu Leni sedikit tercengang dengan perkataan Mentari tadi. Tapi dia mencoba untuk mengontrol mimik mukanya.

"Kata siapa ibu akan menikahkan kamu?" tanyanya

"Tentang kata siapa yang memberi tahu aku itu gak penting bu... Yang terpenting mendingan sekarang ibu pulang ke rumah ibu.. Saya gak akan pernah mau di ajak sama ibu sampak ibu memohon pun kalau itu ada alasannya." tutur Mentari lemah lembut.

"Kalau itu yang kamu mau. Ibu pamit dulu" ibu leni memeluk Mentari dan membisikan sesuatu. "Jangan pernah bermain main dengan saya, kamu akan tahu akibatnya". Kemudian melepaskan pelukannya.

Mentari menatap ibunya dengan tatapan yang menantang seakan bilang siapa takut.

Mentari Senja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang