7

7.6K 1.2K 79
                                    

  Seongwoo memeluk bantal didadanya sangat erat. Sekarang sudah pukul sebelas malam dan ia tidak bisa tidur sama sekali. Sejak pulang dari rumah Daniel, perut Seongwoo rasanya tidak karuan. Tidak merasa lapar, tidak -belum- merasa ingin buang air, tapi perutnya berbunyi kencang sekali.

"Ah sialan, apa makanannya dikasih obat yah?" Seongwoo melempar bantalnya ke samping dan menekan perutnya sendiri. Seongwoo sudah sangat mengantuk dan dia seperti dipaksa untuk sadar lagi saat perutnya berbunyi.

"Kalo emang beneran karna Daniel, gue bolongin absen bimbingan nya besok" Seongwoo ngedumel pelan.

  Seongwoo bukan orang yang bisa asal minum obat. Bahkan obat diare biasa sekalipun dia tidak bisa asal meminumnya. Perutnya benar - benar sensitif dengan obat - obatan dan itu bikin dia repot banget. Apa - apa harus ke dokter atau paling tidak ke apotek membawa copyan resep obat.

"Ah beneran dicuci nih perut gue" Seongwoo nendang selimutnya, ambil ponsel dan buru - buru ke kamar mandi. Dia tau kalo sakit perut gini pasti lama bokernya, daripada gabut mending sambil main game.

  Seongwoo nguap lebar banget di ambang pintu rumahnya. Dia cuma bisa tidur sampe jam empat subuh dan kebangun gara - gara perutnya yang kumat lagi sakitnya. Dengan celana panjang training hitam dan hoodie abu-abu, dia nungguin Minhyun di teras.

  Seongwoo udah chat Minhyun dari semalem tapi baru dibaca subuh tadi. Minhyun janji dateng pagi ini sambil bawain obat pesenannya Seongwoo. Kalo bukan ke Minhyun mau ke siapa Seongwoo minta tolong. Minta tolong ke Daniel yang ada perutnya makin di kuras. Kok Seongwoo tau? Seharian Seongwoo cuman makan di rumah Daniel.

  Mobil putih berhenti tepat di depan rumah Seongwoo. Seongwoo langsung lari bukain gerbang buat Minhyun. Mending parkir di dalem karna emang masih muat. Minhyun keluar mobil pake celana training dengan hoodie sama jaket, cuacanya emang lagi dingin banget. Seongwoo nangkep kantong kresek putih yang dilempar Minhyun ke dia.

"Gue numpang minum yah" Minhyun nepuk pundak Seongwoo pelan dan ngloyor masuk rumah.

"Ambil sendiri gih di dapur" Seongwoo melongo liat Minhyun yang duduk di ruang tengah sambil buka bar dadakan.

"Gue pikir lo mau minta minum" Dia liatin berbagai beer, soju, dan wine yang dibawa Minhyun. Apalagi yang dibawa brand mahal semua. Bikin Seongwoo ngiler. Kapan lagi bisa mabok gratisan. Minhyun nyengir doang balesin Seongwoo.

"Buruan minum obatnya, terus temenin gue"

"Temenin lo minum?" Mata Seongwoo udah blink - blink denger ajakan Minhyun

"Iya tapi lo liatin doang" Sisi bibir Seongwoo langsung turun, begitu juga telinganya.

"Ck, lo itu lagi diare. Mau minum obat, masa lo mau minum ginian? Cari mati yah" Minhyun ngomelin Seongwoo sambil buka kaleng beer satu satu.

"Gue gak tau kalo lo kuat minum" Seongwoo liatin lima kaleng beer dan tiga botol soju kosong di samping paha Minhyun dengan ngeri.

Ini perut dia nggak kembung apa ya?

"Keren kan?"

"Nggak" Minhyun langsung liatin Seongwoo pas denger jawabannya

"Gak ada orang yang minum sebanyak ini kalo nggak lagi ada yang dipikirin. Mikir apa lo?"

"Hyunbin" Jawaban Minhyun bikin Seongwoo basuh mukanya sendiri pake teh yang baru mau dia minum. Nyembur ke muka dia gitu.

"Lah ngapain?"

"Dia bilang mau pergi"

"Laah baper kan lo, gue udah bilang juga"

"Lo sendiri? Inget dia sama lo?" Seongwoo hela nafas pas denger pertanyaan Minhyun, diingetin lagi dia.

Run to You [OngNiel] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang