1.The Hunt Has Just Begun

707 24 3
                                    

"Caught in a landslide,
No escape from reality.
Open your eyes,
Look up to the sky and see."
***
2 bulan kemudian, Seoul, South Korea

Semua gadis menyukai sentuhan pria seksi, dan seseantero Yonsei Univeristy tahu benar sentuhan siapa yang mampu membuat gadis-gadis cantik melayang, jadi bukan pemandangan baru lagi jika Lee Taeyong selalu menggandeng gadis yang berbeda setiap harinya ketika berjalan di koridor kampus. Tidak semua gadis, hanya beberapa gadis beruntung saja alias mereka yang berparas cantik dan berbadan bagus. Lee Taeyong tidak punya ketertarikan khusus pada gadis gempal atau gadis triplek. Hormonnya juga tidak beraksi terhadap gadis pendek. Favorit Taeyong hanyalah gadis tinggi semampai dilengkapi dengan dada dan bokong padat, dan jangan lupakan paras cantik.

Tipe Taeyong memang kelewat high class, tapi itu semua sepadan dengan ketampanannya. Dia jangkung, memiliki struktur wajah simetris, garis wajah dan hidung yang tegas, mata tajam bagaikan ukiran malaikat, serta garis rahang menakjubkan. Garis rahang Taeyong sangatlah tajam, gadis-gadis setuju bahwa itulah pangkal aura seksi Taeyong. Mungkin ini agak menjijikan, tetapi bahkan beberapa anak berlabel kelas bawah di Yosein pun sedang membicarakan Taeyong.

"Dia adalah wujud realisasi dari Jack Frost!" bisik Yumi, si gadis berkacamata tebal, sembari mengayunkan tempat pensil bergambar wajah tokoh kartun berambut pink itu. "Ingat sewaktu rambutnya dicat putih? Benar-benar mirip!"

"Lihatlah garis rahangnya," bisik Jun mengintip Taeyong yang sedang memepet tubuh primadona kampus--Koeun--lewat buku novelnya. "Sungguh menakjubkan."

Sementara itu, Doyoung merapikan poni miringnya, dia benci mendengar ocehan kedua sahabatnya. "Hei, hentikan. Itu menjijikan, kawan-kawan," dengusnya sebal. "Bisakah kalian sedikit menghargaiku sebagai satu-satunya cowok di klub buku kita? Risih mendengar ocehan tentang cowok brengsek semacam Lee Taeyong."

Telunjuk Jun menusuk kening lebar Doyoung. "Bilang saja kau iri tidak bisa menarik perhatian cewek! Kau cuma punya gigi dan mata kelinci, tidak seperti Taeyong yang--"

"Ssst!" Yumi mendelik, ia menghentikan amarah Jun. "Kau tidak boleh seperti itu, Jun," tegurnya pelan sebelum beralih ke Doyoung yang mengunyah ujung peperro green-teanya. Tatapannya melembut. "Doyoung-oppa itu memang tidak tampan, tapi kau manis kok. Banyak cewek menyukai cowok manis dan pintar meniup flute sepertimu," Dia terhenti sejenak. "Aku yakin Taeyong pasti tidak bisa memainkan siulan indah flute!"

Lagi-lagi, Doyoung mendengus kesal. "Dia tidak perlu meniup flute demi memikat cewek, yang ia butuhkan hanyalah menatap mereka dengan tajam."

Yumi menarik nafas dalam-dalam. "Syukuri apa yang kita punya, Doyoung. Setiap manusia memiliki keunggulan masing-masing."

"Contohnya, aku memang tidak secantik Koeun, tapi aku bisa memanah satu apel kecil dari jarak seratus lima puluh meter. Im Yoona dan primadona kampus lainnya tidak bisa memanah, bahkan hanya sekedar memasang busur pun, mereka pasti kewalahan," timpal Jun panjang lebar.

Doyoung mendesis sinis. "Terserah kalian," Namun dalam hati ia menambahkan, "Setidaknya aku bukan makhluk liar berbulu seperti dia."

Tanpa Doyoung sadari, lirikan Taeyong sedari tadi mengikuti gerak-geriknya. Indra penciuman Taeyong menghirup aroma segar air suci yang terasa memuakkan baginya, ia berani bertaruh pasti si Kim Doyoung dan dua kawan kecilnya itu sengaja membawa sebotol air suci untuk membunuhnya, dan tidak ada serigala yang akan membiarkan seorang Pemburu datang ke lingkungannya. Aroma air suci semakin merangkak di bawah pori-pori kulit Taeyong, menimbulkan goresan luka kasat mata. Taeyong menggeram rendah. "Mati kau, Pemburu kecil."

"Apa?" Jemari lentik Koeun mengelus garis rahang Taeyong. Taeyong segera tersenyum tipis. "Tidak apa-apa sayang, aku rasa ada Pemburu manis yang hendak mengobrak-abrik daerah teritorial kita."
***
Kim Doyoung benci kontak pertarungan, tajamnya senjata dan kerasnya pukulan selalu menjadi mimpi buruk bagi cowok manis itu. Itulah mengapa Doyoung memilih lebih fokus dalam bidang mata-mata, ketika ia resmi sebagai nggota Pemburu Seoul, dirinya langsung mendapat posisi pengamat di Yosein demi mengawasi gerombolan serigala dari klan NCT yang menguasai seisi kampus.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 15, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Chasing Darkness (LTY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang