"Assalamualaikum"
Gibran ayah kandung Ayu sekaligus pemilik sekolah ini dan merangkap sebagai kepala sekolah juga menoleh sambil tersenyum ke arah putri semata wayangnya.
"Waalaikumsalam"
Ayu menutup pintu dan berjalan girang kearah Gibran. Gibran sangat menyanyangi Ayu karena hanya dia yang tersisa di hidup Gibran. Istrinya -Lodi- sudah lama meninggal ketika melahirkan buah hatinya.
"Papa kok gak mampir dulu kerumah sih!"
Gibran terkekeh.
"Kamu pasti tau sayang kenapa papa gak langsung pulang dulu"
Ya, pekerjaan Gibran sangatla sibuk. Selain menjadi kepala sekolah di SMA Prawisma ini, dia juga mendirikan beberapa perusahaan di negeri orang dan tentunya itu yang membuat Gibran jarang sekali terlihat di SMA Prawisma.
Tentu saja Gibran melakukan itu demi putri kecilnya. Dia rela tidak tidur hanya demi anaknya. Gibran sudah berjanji akan menjaga Ayu kepada Lodi. Gibran juga tidak rela jika ia dan anaknya harus merasakan kelaparan.
Itulah tugas sang ayah bukan?
"Pa, aku masuk kelasnya pelajaran kedua aja ya. Masih ada 40 menit lagi buat aku istirahat. Capek nih baru sampe jam 6 pagi tadi" ucap Ayu yang baru sampai di Jakarta. Ayu dulu tinggal di Semarang bersama nenek dari Ibunya. Tapi lama kelamaan dia juga rindu pada Ayahnya dan ingin menetap bersama Gibran.
"Ya terserah kamu sih. Tapi jangan pernah ngecewain papa yaaa"
"Kalo itu mah gak perlu diraguin lagiii. Ayu sayang papa dan gak akan pernah buat air mata papa jatuh setitikpun" ucap Ayu sambil memeluk Gibran dengan penuh kasih sayang.
Gibran tersenyum hangat mendengarnya.
Ayu melepaskan pelukannya dan menatap Gibran dengan serius.
Gibran menaikkan satu alis tanda mengerti jika ada hal yang ingin Ayu bicarakan.
"Ngomong aja" ujar Gibran dengan santai.
Ayu bingung ingin memulai dari mana. Mungkin dia tidak ingin menceritakan dulu kepada Gibran tentang gadis yang berada di UKS tadi. Ayu sempat bodoh sekali karena lupa menanyakan siapa namanya dan di kelas mana dia belajar.
"Sayang? Ada apa?" Tanya Gibran yang sangat tau bahwa putrinya sedang memikirkan sesuatu. Entah itu baik atau buruk karena dia tidak memiliki kemampuan khusus seperti Ayu.
"Mmm.. Ayu mau request kelas pa. Tapi Ayu juga gak tau orang itu di kelas mana"
Gibran menautkan kedua alisnya. Setau Gibran, Ayu jarang sekali untuk terbuka masalah lelaki. Tapi sekarang?
Anakku ternyata sudah besar.
"Baiklah, ciri-cirinya gimana? Ganteng gak? Soleh?"
Ayu melotot kaget dan memukul lengan Gibran dengan pelan.
"Paaa!! Yang aku tanyain itu cewek bukan cowok" ucap Ayu dengan sebal.
Gibran selalu saja ingin tau bagaimana tipe cowok yang Ayu suka. Karena sampai sekarang, Ayu belum pernah merasakan benih-benih cinta. Mungkin nanti di sekolah ini.