I Said Seriously

772 20 2
                                    

Karya by : MsV

🔛🔛🔛🔛🔛🔛🔛🔛🔛🔛🔛🔛🔛

Sepi amat sekolahmu.” Kata Kak Reno.
“Yaiyalah, Kak. Orang sekarang baru jam 6 kurang 15! Kakak, sih, kepagian nganterinnya.” Jawabku. Bersalaman dengan Kak Reno. Kemudian masuk.

“Pagi, Pak. Sendirian aja? Biasanya kalau pagi-pagi gini bertiga?” Tanyaku pada Pak Pri, satpam sekolah. Pak Pri hanya menggeleng dan menatapku datar. Merasa mengganggu, aku pun pamit untuk segera ke kelas.

Di aula, terdengar suara ribut-ribut. Karena penasaran, aku melongok sebentar untuk melihat. Ternyata semua satpam ada di sana. Mereka sedang menata meja dan kursi.
“Pagi, Pak…” Sapaku. Mereka semua menoleh.
“Pagi, Mbak. Kok pagi banget berangkatnya?” Tanya Pak Yadi.
“Bareng kakak, Pak. Loh, Pak Pri? Kok cepet banget, sih? Udah di sini aja. Perasaan tadi di pos?” Tanyaku setelah melihat Pak Pri membersihkan meja dan kursi.
“Mbak Vela ini gimana, orang saya dari tadi sudah di sini. Di pos gak ada orang, Mbak.” Kata Pak Pri.
“Tapi tadi saya negur Bapak. Eh, Bapak cuma ngangguk doang.”
“Jangan ngaco, Mbak. Saya dari tadi di sini.” Kata Pak Pri.
“Di depan itu gak ada orang, Mbak. Semua dari pagi di sini.” Kata Pak Gun.
“Tapi tadi saya liat Pak Pri beneran di pos satpam, Pak Gun…” Kataku bersikeras.
“Mungkin Mbak Vela masih ngantuk. Hahaha.” Canda Pak Rendy. Karena mereka tidak percaya, akhirnya aku berpamitan untuk ke kelas.

Aku membuka pintu. Aroma pengap langsung menyeruak memenuhi rongga hidungku. Cepat kunyalakan lampu dan kipas. Memberi sedikit udara. Ah leganya. Kelasku memang terisolasi dari cahaya matahari. Dan tak ada ventilasi. Jadi setiap pagi selalu pengap.

Aku duduk di luar kelas. Menunggu teman-teman datang. Karena kelasku berada di lantai dua, aku bisa dengan leluasa melihat ke bawah. Tak lama, seorang gadis berjilbab datang dan langsung duduk di kursi depan pendopo sekolah. Ia menunduk. Melihat tangannya. Lama sekali ia di sana. Aku terus memperhatikannya. Namun ia sepertinya ia tak merasa diperhatikan. Ia terus saja menunduk. 30 menit lamanya. Hingga sekolah mulai ramai oleh para siswa.

“Vela.” Panggil seseorang. Aku tersenyum.
“Hai, Shel?” Sapaku. Shella masuk kelas. Kemudian ke luar. Duduk di sampingku.
“Kelas kita masih kosong. Kebiasaan kalau berangkat pada kesiangan.” Kata Shella.
“Iya. Kamu tahu sendirilah. Haha.”
“Kamu liat apa, sih?” Tanya Shella.
“Itu, loh. Cewek itu dari tadi jam 6 sampe sekarang duduk di sana. Nunduk terus, lagi. Apa gak pegel? Aku heran, deh.” Jawabku.
“Cewek mana?” Tanya Shella. Aku menunjuk cewek itu.
“Parah. Vel, di sana itu gak ada siapa-siapa. Kamu tuh, ngelindur, ya?” Kata Shella. Aku menatap Shella.
“Kamu yang masih tidur. Orang jelas-jelas dia dari tadi di sana, kok.” Kataku.
“Vela Safira… Dengarkan aku baik-baik. Di sana hanya ada tiga kursi kosong dan sebuah kardus. Tidak ada CEWEK.” Shella menekankan kata cewek dalam intonasinya. Aku tak mengerti.
Aku memperhatikan cewek itu. Perlahan ia mengangkat wajahnya. Betapa terkejutnya aku. Ia tak memiliki mata! Aku tersentak. Shella memegang tanganku.
“Kamu kenapa, Vel?” Tanya Shella. Aku menjerit dan memeluk Billa dengan erat.

Jam pelajaran ekonomi bisnis. Hoamm. Aku selalu tidur saat pelajaran ini. Membosankan sekali. Karena guru yang mengajar sudah sepuh. Suaranya pelan sekali. Aku tak paham materi yang disampaikan beliau. 25 dari 32 siswa yang ada di kelasku tertidur. Salah satunya aku. Namun, hari ini lain dari biasanya.
“Teman-teman! Hari ini Pak Maryono sedang rapat komite di aula. Jadi hari ini beliau hanya memberikan tugas. Tugasnya akan ditulis Nurul di papan tulis. Gak boleh rame.” Teriak Yusti, ketua kelas.
“Horeee.” Semua bersorak gembira.

Saat ditinggal guru dan mendapat tugas seperti ini, teman-teman selalu mengerjakan di sembarang tempat. Seperti sekarang. Syifa, Novita, Sebe, Putri, Satira, Gaby, Rizky, dan Rani mengerjakan di bawah papan tulis. Duduk lesehan melingkar. Ayak, Valen, dan Julieta mengerjakan sambil tiduran di pojok belakang kelas. Shella, Lidya, dan Rahma mengerjakan di luar kelas. Mega, Sekar, Winda, dan Salsa mengerjakan di barisan meja paling kanan. Aku, Rosi, Meitha, Nurul, Risa, dan Annisa mengerjakan di koridor sekolah. Sedangkan sisanya mengerjakan di bangkunya masing-masing. Kami mengerjakan tugasnya secara berkelompok.

KUMPULAN CERPEN HORORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang