Sang Pembunuh

1.1K 16 1
                                    

Karya by : Dheea Octa

🔛🔛🔛🔛🔛🔛🔛🔛🔛🔛🔛🔛🔛

“Hal yang paling kutakutkan di dunia ini ketika kematian menjemputku sedangkan aku tak sempat menyambutnya. Kupikir setelah sekian lama aku melupakan perasaan yang pernah menghantuiku telah sirna selamanya.

Ternyata aku masih menyimpannya dengan rapi. Menggenggamnya hingga kurasakan sakit yang begitu hebat, Ingin sekali aku melemparkan api neraka di tanganku. Saat ini yang kuinginkan hanya bermimpi.

Setiap orang punya hatinya masing-masing. Begitupun aku, Aku punya seribu hati yang mana salah satunya terluka maka semuanya hancur. Mungkin aku telah memaafkan tapi tak mudah kulupakan semua Luka yang telah kau torehkan.

Saat itu aku berjalan dalam gelap, merangkak pada jalan yang membuatku tersesat. Mencari yang mana telah menjadi yang terlarang. Aku menjadi si sang pembunuh! Kau tahu? Aku ingin bahagia. Membuat sebuah kebahagiaan butuh pengorbanan dan aku butuh kau untuk melakukannya. Sebenarnya, Kau adalah perempuan cantik yang bodoh.

“Heh kalian tahu ga? si itu tuh.. Katanya hilang dan sampai sekarang belum ketemu”. “Iya, Aku juga dengar kabarnya”. “Sayang sekali ya, Padahal aku mau menjadikannya kekasihku. Dia kan cantik sekali. Wajar saja sih”. “Mana ada yang peduli dengannya? Dia kan sombong dan juga tidak mau berteman”. “Shuuuutttt udah-udah jangan ngomongin dia terus”.

“Tapi bagaimana mungkin kau mau meninggalkanku. Kita telah lama saling mencintai”. “Sudahlah aku sudah tak lagi mencintaimu”. Dari kejauhan kulihat langkah kakimu yang ragu. Kembalilah, Kumohon. Keesokan harinya kau membawa laki-laki itu di hadapanku. Dengan jas hitam berdasi yang digunakannya, Membuat laki-laki itu lebih pantas untukmu. Mobil BMW i8 yang bahkan tak sanggup aku membelinya mengantarmu pada gerbang yang menari indah. Aku mulai menjauh. “Aku akan membuktikannya padamu bahwa aku sungguh mencintaimu mia”. Semakin lama, Aku semakin tak bisa mengejarmu. Aku sangat membencimu, Ingin rasanya aku membuat wajahmu hancur begitu saja tanpa seorang pun mau menyentuhnya. Tapi kupendam semua itu begitu lama hingga aku jatuh cinta pada perempuan itu, Lalu kau datang lagi padaku dan meminta maaf. Perasaan yang kau berikan padaku membuat aku semakin muak padamu. “Mengapa wajahmu terus membayangiku mia, Apa salahku padamu? Aku ingin selalu di dekatmu, Kau menjauh. Aku telah melupakanmu, Kau mengingatkan. Aku telah membencimu, Tapi aku juga sangat merindukanmu”.

“Mia, Ada apa dengan kamu? Aku lihat kamu mendekati si agus lagi. Buat apa? Dia hanya sampah masyarakat”. “Hahaha, Aku hanya mempermainkannya rena. Aku tahu ia tak akan pernah melupakanku. Bahkan dia takkan sanggup melupakan wajahku. Aku pun tak sudi bersama dengannya lagi. Dia hanya anak orang miskin”. Begitu yang kau ucapkan pada temanmu di balik dinding yang memisahkan kita.

Aku telah memaafkanmu sejak dahulu, Tapi aku terus memikirkannya. Aku ingin membalasmu dengan dendam yang telah membara membakar hatiku. Aku terus mengingatnya, Bukan pada wajahmu. Tapi pada rasa yang pernah kulupakan, Menyayat wajahmu yang indah. Aku tak ingin lagi dihantui rasa sakit yang menikam tubuhku. “Hahahahahaha aku ingiiinn tertawa”.

“Mia, Aku punya hadiah untukmu. Maukah kau ikut denganku sebentar saja”. “Aku tahu kau masih mencintaiku, Ya setidaknya aku masih bisa bersikap baik padamu karena aku tak akan meminta maaf untuk yang ke dua kalinya”. (Kau salah, Aku sangat membencimu. Rupanya kau telah tumbuh dewasa dengan kesombonganmu. Aku hanya perlu berbaik hati padamu dan kau takkan pernah bisa meminta maaf lagi bedebah). Perasaan itu terus menghentakkan jantungku berdegup lebih kencang. “Deg deg deg deg deg”.

“Katanya mia kembali ya”. “Iya katanya sih, Tapi ia terlihat murung dan terus menutupi wajahnya”. “Biasanya ia selalu memamerkan wajahnya yang busuk itu”. “Mungkin ia menghilang karena operasi plastik”. “Hahahahahahaha”. “Ayo kita lihat saja”. Mereka menghampirimu yang sedari tadi duduk di koridor sekolah. Kau menatap mereka dengan dingin. Tak seorang pun yang mau mendekatimu. Aku tahu semua itu diluar dugaanku! Aku ingin menghentikan semua ini, Tapi bukan dengan kematian.

KUMPULAN CERPEN HORORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang