3. Are You Real?

186 17 0
                                    

"Jessie" panggil lelaki berperawakan tinggi menjulang dengan wajah yang bisa dibilang tampan itu.

Tanpa menoleh pun Jasmine tau siapa yang memanggilnya, hanya Fiqih Wira Adiyogo yang memanggilnya dengan sebutan Jessie.

Jes menoleh dan menaikan sebelah alisnya. Dengan langkah cool Fiqih mendekati lalu meraih pinggul Jes agar lebih menempel dengannya.

"Mau pulang? Aku anterin ya" Fiqih memamerkan senyuman manis miliknya. Mahasiswa jurusan teknik ini sudah menyandang gelar Jasmine's sejak 3 bulan yang lalu. Dengan attitude yang sempurna idaman kebanyakan perempuan lainnya membuat Jes tak keberatan menerima pengakuan cintanya.

"Fiq, gue mau putus" tanpa basa-basi Jasmine mengungkapkan keinginannya. Sontak Fiqih terkejut, ia tidak merasa mempunyai salah dan semalam mereka masih berkirim pesan romantis.

"Boleh gue tau alasannya?" Fiqih melepaskan rangkulan nya dan menatap lekat Jasmine.

"Lo mau gue jujur apa bohong?" Tanya Jasmine.

"Jujur" dengan yakin Fiqih menjawab.

"Lo ngebosenin" Jasmine langsung mengucapkan dua kata tanpa memikirkan perasaan Fiqih.

"Sorry but thanks for all. Gue pamit dulu" pamit Jasmine sambil berlalu meninggalkan Fiqih yang menatapnya kecewa.

=====

Pluk! Sebuah kerikil kecil mendarat mulus di kepala Jasmine yang sedang berjalan menuju ruang musik kampusnya.

"Shit!" Umpat Jes sambil mengelus kepalanya yang terkena lemparan batu.

Jasmine membalikan badannya, Prayogi Adi Perdana musuh setianya. Sejak awal masa orientasi lelaki ini dengan jelas mengibarkan bendera perang kepadanya.

Jasmine hanya menatapnya dengan tajam. Entah apa lagi yang lelaki bar-bar ini akan lakukan.

Sering bolos, telat masuk kelas, dimarah dosen, tawuran antar fakultas, penjahat kelamin, setiap malam berada di dalam club. Dan sederet catatan kenakalan lainnya.

"Pinjem catatan!" Perintah Yogi dengan songong. Jasmine tetap diam dan berusaha menahan diri untuk tidak menggeplak kepala lelaki didepannya ini.

"Gue gak sudi ngomong sama lo kalo bukan disuruh dosen baru itu" Yogi mengeluarkan tangannya yang sendari tadi ia Simpang dikantong celana.

"Gue gak mau" dengan tegas Jasmine menolak.

"Lo harus" tekan Yogi sambil menatap Jasmine dengan penuh intimidasi.

Jasmine hanya menaikan bahunya dan berbalik ingin pergi. Ia sudah kebal akan tatapan dan sifat dingin Yogi terhadapnya.

"Lepas" desis Jasmine geram ketika Yogi mencengkram kedua tangannya.

"Bisa gak lo gak usah pakek baju sampah kayak gini ke kampus!" Yogi pun ikut mendesis sambil menatap Jasmine dengan tajam. Catatan dan perintah dosen hanyalah jualannya. Ia tidak akan pernah mau diperintah oleh siapapun apalagi oleh seorang dosen.

"Not your bussines" Jasmine menghentakkan kedua lengannya hingga cekalan Yogi terlepas.

Jasmine melenggang pergi menuju ruang musik dan membukanya. Bagaimana ia bisa masuk padahal ia bukanlah mahasiswi fakultas seni atau musik? Karena Jasmine mempunyai kuncinya sendiri.

Jasmine menghampiri alat musik piano dan meletakkan tasnya diatas sana. Perlahan dentingan piano berbunyi disusul dengan alunan indah suara Jasmine.

There's a dong that inside of my soul

It's the one that I've tried to write over and over again.

I'm awake in the infinite cold

But you sing to me over and over again

So I lay my head back down

And I lift my hand and pray to be only yours

I pray to be only yours

I know now youre my only hope

-only hope.

Jasmine memang suka bernyanyi, pengalihan sementara dari jenuhnya kegiatan yang ia lakukan.

Huuuuuuh, uhhh, hmmmmm

Gumaman bernada indah menjadi penutup akhir lagu.

Prokkk... Prokkk...

Sontak Jasmine menoleh ke arah pintu, disana Alfa menyenderkan bahunya sambil bertepuk tangan.

"Suara lo masih bening aja Jes" puji Alfa sembari mendekatinya.

"Ngapain lo kesini? Ngerusak mood gue tau. Enggak lo, enggak Yogi slalu bisa bikin gue sebel" komentar Jasmine.

"Lo gak tau terima kasih banget, udah gue pinjemin kunci juga" Alfa berjalan dan duduk di kursi.

"Bodo!"

"Eh, lo masih suka ya sama gue? Dari dulu kalo ketemu menghindar mulu" dengan gak tau malu Alfa bertanya seperti itu.

Alfaka Viortanio Andhika garis miring pacar Melati garis miring cowok yang pernah Jasmine taksir saat SMA garis miring ketua BEM dikampus ini.

"Pede gila lo! Gue cuman mau jaga jarak doang. Lagian nanti Mel salah paham lagi" jelas Jasmine.

"Melati gak kayak lo baperan akut" sindir Alfa.

"Bacot! Ngapain lo kesini? Ruangan mau dipakek?" Tanya Jasmine heran.

"Enggak, cuman mau negur lo, mulai besok lo mesti ganti cara pakaian lo. Gak seenaknya lo bisa pakek baju dengan seterbuka itu. Kalo lo masih ngotot juga nanti calon papa mertua gue bisa dipanggil" ujar Alfa dengan tingkat percaya diri yang amat sangat benar-benar tinggi sekali.

"Who care. Lagian lo udah mau sidang masih aja sibuk ngurusin ginian" Jasmine mengambil tasnya.

Alfa dan Jasmine memang berada di kelas yang sama saat SMA, tetapi kenapa Al sudah akan sidang sedangkan Jasmine baru mulai magang? Salahkan otak encer Alfa yang ngebet pengen lulus agar bisa menikahi Melati.

"Eh, ini kartu nama Arga mana?" Tanya Alfa sambil memungut kartu nama yang terjatuh dari tas Jasmine.

"Ha? Arga mana?" Jes merampas kartu nama tersebut.

Alexio Bargario Wallance.

Jes terdiam, ia sendiri tidak tau bagaimana bisa kartu nama lelaki itu bisa ada didalam tas miliknya.

"Ini Arga kita bukan?" Tanya Alfa sekali lagi.

"Ini kartu nama dosen gue" ujar Jasmine dengan suara yang amat pelan.

"Jadi dosen yang katanya lulusan luar negeri itu Arga?" Lagi lagi Alfa bertanya.

"Jadi yang ngajar dikelas gue tadi Arga?" Gumam Jasmine.

"Lo udah ketemu Arga?" Alfa menatap Jasmine.

"Dosen baru dikelas gue namanya Alex, tapi tadi sepertinya dia gak inget gue" Tutur Jasmine.

Alfa hanya menatap Jasmine penuh simpati.

"Jadi dia beneran nyata" pikir Jasmine.


💙💙💙💙💙
18:26
Sen, 10 Juli 2017
Thanks For Reading :)
Dont forget to vote.

STILLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang