Prolog

684 21 1
                                    

Namaku Hanna Anggraini, murid kelas XI SMK, bidang Bisnis Manajemen jurusan Perkantoran .

Dulu, saat pertama kali aku mulai aktif belajar-setelah di adakannya Masa Orientasi Siswa selesai- aku tidak mempunyai teman dekat di kelas, teman satu kelas SMP-ku yang sama-sama sekolah di SMK yang sama denganku sekarang, berbeda jurusan denganku. Ada yang masuk Akutansi dan Pemasaran.

Dan lagi, mereka tidak terlalu akrab denganku. Kami hanya pernah mengobrol sebentar atau saling sapa ketika bertemu.

Ketika aku berkeliling sekolah, saat jam istirahat, dekat ruang guru aku bertemu seseorang. Dia menyapaku, tersenyum, mengulurkan tangan. Kemudian, memperkenalkan diri.

"Hai, nama gue Dessy. Nama lo siapa?"

"Gue Hanna," jawabku canggung dengan alis bertaut dan kening berkerut, heran.

Ya, saat itu aku memang sangat bingung.

Dia mengangguk seraya tersenyum ramah.

Aku membalas senyum sama ramah.

"Lo di kelas mana?" tanyanya lagi.

"Gue kelas X AP2."

Dia tertawa hangat dengan mata berbinar.

Aku merasakan senyum tulusnya, sempat berpikir kalau dia bisa menjadi teman yang sangat baik. Tapi, aku tidak terlalu berharap saat itu.

"Oh, ya. Ternyata kita satu kelas."

Dia bersorak, sangat riang.

Saat di kelas, aku tidak begitu memperhatikan wajah teman-teman satu kelasku.

Jadi, aku tidak mengenalinya.

Apakah boleh aku berharap memiliki teman saat ini.

"Oh, ya."

Kataku cukup terkejut. Dia mengangguk kemudian pamit lebih dulu setelah mengucapkan 'sampai ketemu di kelas', berjalan menjauh, dia meninggalkanku yang masih berdiri menatap kepergiannya.

Saat bel pertanda jam istirahat telah selesai, aku melangkah masuk ke dalam kelas setelah puas berkeliling sekolah.

Aku duduk di bangku barisan ke dua, meja ke empat. Mataku menyapu setiap sudut kelas, mencari seseorang yang memperkenalkan namanya sebagai Dessy padaku tadi.

Hampir semua murid yang berjumlah 28 orang (termasuk aku) sudah masuk kedalam kelas. Duduk di bangku mereka masing-masing sambil berbincang dengan teman-temannya.

Sementara aku. Masih mengamati mereka satu-persatu, mencoba mengingat-ingat wajah si anak bernama Dessy tadi. Tapi, aku tidak mendapatkan figurnya berada di sekitar sini.

Apa mungkin aku salah dengar?

Oh, ya. Mungkin memang begitu. Karena, kenyataannya sekarang guru mata pelajaran selanjutnya sudah berada di meja paling depan dan bersiap memulai kegiatan belajar mengajar. Dan, meja-meja di kelas ini sudah penuh oleh siswa-siswi seperti jam pelajaran sebelumnya.

Aku menghela napas, menyandarkan punggung pada sandaran kursi.

Senyum ramah dan suara cemprengnya masih terdengar di telingaku.

Namanya Dessy. Anak AP2.

Ya, aku merasa mendengarnya seperti itu.

Tapi, kenapa dia tidak ada di sini?

Di kelasku.

Aku melirik teman di sampingku, kemudian melirik teman di depanku, lalu melirik teman di belakangku. Mereka sedang asik mengobrol dengan teman kelasku yang lain, rasanya seru sekali membicarakan apapun dengan seseorang yang menanggapi ucapan kita. Memiliki topik yang satu selera.

Dessy...

Apakah kamu hanya ilusiku saja?

Tapi, tadi itu terlalu nyata.


🌹


Tentang Cinta PertamakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang