Semua tanyaku mengenai keberadaannya terjawab setelah lebih dari satu minggu aku menjadi siswi SMK.
Ternyata, si Dessy-Dessy itu bukan anak kelas X AP2. Dia kelas X AP1. Entah kemana fungsi pendengaranku saat itu. Mungkin karena aku terlalu merasa takjub dengan sifat frendly-nya waktu itu. Sehingga aku tidak begitu mendengarkan ucapannya dengan jelas.
Tapi, bukan cuma aku yang tidak mendengar dengan baik ucapan Dessy kala itu. Karena, ketika aku bilang kalau aku kelas X AP2 dia bilang kita satu kelas, padahal nyatanya dia anak kelas X AP1.
Atau mungkin, dia lupa kelasnya sendiri? aku juga tidak tahu.
Dan, entah sebuah takdir atau mungkin sebuah kebetulan. Saat di kelas XI sekarang ini aku dan Dessy berada dalam satu kelas. Ya, meski tidak satu meja. Karena Dessy berada di meja paling depan barisan kedua dari kanan dan aku berada tepat di belakangnya.
Aku sangat senang, sungguh. Karena, akhirnya aku memiliki teman akrab yang selalu menemaniku makan di kantin, yang selalu mengajakku satu kelompok dengannya ketika mendapat tugas, atau menemaniku ke toilet ketika aku ingin ke sana.
Sebab, selama aku berada di kelas X. Aku tidak mempunyai teman sedekat itu. Yang mau menemani dan mengajakku bersamanya. Sangat menyedihkan.
Opiniku mengenai Dessy ketika pertama kali aku bertemu dengannya itu benar. Dessy orangnya sangat baik, dia seorang gadis yang ramah dan mudah bergaul dengan siapa saja. Temannya saja di mana-mana. Banyak anak dari kelas lain yang mengenalnya.
Satu fakta lagi yang aku ketahui tentang Dessy setelah kami satu kelas, ternyata dia anak dari salah satu guru yang mengajar di sini.
Guru Bahasa Indonesia yang sangat baik dan menjadi guru Favorit murid-murid di sekolah. Dan aku tahu jika sifat baik dan ramahnya itu menular dari sang ibu.
🌸
Sebuah kenyataan pahit aku terima ketika aku sudah yakin jika Dessy adalah teman terbaikku, yang bisa aku anggap sebagai sahabat.
Yang bisa aku percaya untuk menjadi teman keluh kesahku tanpa harus takut jika dia akan membocorkan tentang perasaan atau kejadian apa saja yang pernah aku alami.
Perasaan sedih, marah, kesal atau kejadian yang seru, yang menjengkelkan dan membahagiakan.
Tapi, ketika aku ingin membagi rasa bahagiaku dengannya. Dia lebih dulu mengabarkan sebuah bom yang mampu membuat aku menciut saat mendengarnya.
"Han, kayaknya gue suka deh, sama Yuda," curhatnya waktu itu.
Seketika saja wajah berseriku berubah muram. Tapi, sebisa mungkin aku mengukir senyum di depannya. Padahal, sebelumnya aku sangat bersemangat untuk mendengar ceritanya. Karena, biasanya, cerita bahagia yang Dessy bagi padaku selalu terasa seru sehingga aku merasakan warna bahagia itu ketika membayangkannya.
Tapi, cerita bahagia kali ini berbeda. Aku tidak merasakan warna bahagianya. Warna yang selalu aku umpakan sebagai pelangi setelah hujan. Berwarna dan mampu membuat siapapun merasa bahagia saat melihatnya.
Namun, rasa bahagia yang Dessy bagi padaku saat ini umpama warna kelabu yang datang secara tiba-tiba di hariku yang cerah.
Seperti awan mendung yang menyelimuti hari indahku.
🌹
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Cinta Pertamaku
Historia CortaIni cerita tentang Hanna. Tentang cinta pertamanya yang tidak tersampaikan Tentang pertemuannya dengan seorang teman baru. Tentang dia yang menyukai seseorang yang juga di sukai oleh temannya. Tentang rasa mereka yang tak berbalas. Tentang masa seko...