Tanding

158 7 0
                                    

Aku sedang duduk di kursiku. Bel istirahat sudah berdering lima menit yang lalu, hampir semua teman sekelasku sudah berhamburan keluar kelas, begitu juga dengan Dessy yang katanya hendak pergi ke ruang guru menemui ibunya.

Aku masih duduk di kursiku, sambil memainkan game snake kenzia di ponsel jadul yang aku miliki.

Ya, di saat teman-temanku yang lain memiliki ponsel baru yang bisa di gunakan untuk memotret atau mendengarkan lagu. Aku masih setia dengan ponsel jadul pemberian ayahku.

Sebenarnya sih, bukan karena aku betah menggunakannya. Jujur, aku sudah bosan dan tentu saja aku malu untuk menggunakannya di depan orang. Dessy saja tidak tahu kalau aku punya ponsel dengan layar berwarna kuning ini.

Ukh, aku lebih baik di bilang norak, karena tidak mempunyai alat komunikasi seperti. Daripada di bilang jadul karena masih menggunakan ponsel monotone di saat orang-orang menggunakan ponsel dengan fitur yang lebih canggih.

Hanya saja, ayahku hanya bisa membeli ponsel murah seperti ini untuk kubawa ke mana-mana. Katanya agar mudah di hubungi kalau mendadak ada perlu. Tapi, setelah hampir satu bulan aku menggunakannya, belum juga ada yang menghubungiku atau sekedar mengirim pesan. Mungkin, nomornya juga sudah tidak aktif, karena belum pernah kuisi pulsa sejak aku membeli kartunya.

Sehingga, ponsel ini beralih fungsi menjadi alat bermain game alih-alih sebagai alat komunikasi.

"Yah, mati."

Aku berseru ketika ular panjang yang sejak tadi kuberi makan tewas setelah menabrak ekornya sendiri.

Aku mengulangi permainannya dari awal, beberapa menit kemudian ular yang tadinya pendek sekarang sudah tumbuh lebih panjang. Badannya pun meliuk-liuk memenuhi layar.

Makanan yang besar di sudut siap di santap, sisa waktu beberapa detik sebelum makanan itu hilang.

"Yah," aku berdecak kesal.

Telat, makanannya sudah hilang.

Karena kecerobohanku, ular yang sudah panjang tadi kembali menabrak badannya sendiri dan mati.

"Yah, mati deh, tuh."

Seseorang berseru dekat telingaku.

Aku mendokak ke samping, dahiku mengernyit halus. Tapi, ketika aku mengetahui siapa yang baru saja berucap aku buru-buru menyembunyikan ponselku di balik punggung.

Yudha berdiri di sampingku dengan sedikit menunduk. Wajahnya sangat dekat dengan wajahku.

Duh, rasanya malu sekali.

Sekarang, Yudha sudah tahu tentang ponsel jadul yang aku miliki.

Entah apa yang akan dia ucapkan setelah ini. Dia pasti akan memberitahu hal memalukan ini pada teman-teman satu kelas.

Kejamnya...

"Loh, kenapa?" tanyanya bingung.

Duh, Yudha. Bisa gak sih, jauh-jauh sedikit. Dari jarak sedekat ini rasanya aku sangat sulit bernapas.

Dia menegakkan tubuhnya. Sudut-sudut bibirnya sedikit terangkat.

Dia tersenyum padaku.

Senyum yang dia tampilkan bukan senyum mengejek seperti biasanya. Hm, aku meleleh.

"Gimana kalo kita tanding?" kata Yudha.

Aku memiringkan sedikit tubuhku ke samping. Memandang heran pada Yudha yang sekarang kembali duduk di kursinya.

Dia mengeluarkan sebuah benda dari saku celana sebelah kanan.

Dia menunjukkan sebuah ponsel.

Hampir sama seperti miliku. Tapi, itu lebih bagus karena sudah di lengkapi gambar untuk layarnya. Tidak hanya berwarna kuning seperti punyaku. Itu mirip dengan ponsel milik saudaraku.

Aku tersenyum.

"Ayok."

Seruku semangat.

Di ronde pertama aku kalah, begitu juga ronde ke dua. Beberapa kali aku berdecak kesal ketika lagi-lagi aku harus kalah.

Baru di ronde ke empat aku bisa mengalahkan Yudha. Ularnya yang panjang mati karena menabrak ekornya sendiri.

Di ronde-ronde sebelumnya skor kami sama, 6-6. Namun ketika di ronde ke-13 ular milik Yudha mati duluan. Bersamaan dengan itu, bel berdering. Dan itu artinya, aku adalah pemenangnya.

"Yeey, gue menang," seruku girang.

Yudha berdesisi, menatapku tajam sambil menaikkan jembatan kaca matanya yang turun. "Liatin aja, besok, gue yang menang," ucapnya percaya diri.

Aku terkekeh. "Oke, liatin aja besok."

Aku sudah tidak sabar menanti hari esok.

Mengapa waktu berjalan begitu lambat bagiku?

Di menit berikutnya anak-anak beserta guru melangkah masuk ke dalam kelas.

Aku kira cita-cita indahku di hari selanjutnya akan terwujud. Tapi ternyata, aku terlalu berharap. Karena, besoknya Yudha sudah mengganti ponselnya dengan yang baru.

🌹

Tentang Cinta PertamakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang