Tentang rumitnya rasa

245 10 1
                                    

Awal pertamaku melihat Yudha, tentu saja ketika pertama kali aku berada di kelas XI. Saat itu dia datang terlambat, terburu-buru melepas jaket berwarna biru tua dengan garis kuning di sepanjang lengannya.

Sejak itu aku yakin jika itu adalah jaket favoritnya, karena dia hampir selalu menggunakan jaket itu setiap hari.

Sesekali dia mengganti jaketnya dengan jaket yang lain, mungkin karena sudah kotor. Dan, dia itu sangat suka menggunakan jaket ke sekolah di banding almamater berwarna hijau shafire milik sekolah kami. Ya, tempat seluruh murid SMK BM Al-Mu'min bersekolah, maksudku.

Kenapa aku tau? karena aku menyukainya.

Bahkan, aku merasa perasaanku ini lebih dari sekedar suka. Hm.

Back to story.

Aku gak tau kapan tepatnya perasaanku ini mulai tumbuh dan berkembang untuknya.

Aku selalu merasa semangat kesekolah, semangat belajar. Semangat untuk tampil lebih cantik ketika berada di lingkungan sekolah. Padahal, sebelumnya aku tidak terlalu suka berdandan, meski hanya menaburkan bedak bayi di wajah atau memoles lipgloss di bibir. Tapi, sejak aku menyadari, aku mulai menyukai Yudha. Aku selalu menggunakannya setiap sekolah.

Dan itu membuatku merasa lebih cantik.

Tapi, kecantikan yang aku punya tidak membuat pria itu melirik ke arahku.

Atau, aku yang terlalu merasa kePD-an dengan menganggap diriku itu cantik?

Akh, menyebalkan.

Nyatanya Yudha lebih menyukai Resha, bom kedua yang membuat dadaku bergetar hebat saat mendengarnya.

Resha, gadis cantik, pintar dalam pelajaran, pintar dalam bergaul dan poin plusnya dia ketua kelas di kelasku, lebih lagi dia anak dari keluarga berada.

Siapa juga yang tidak akan suka dengan gadis yang nyaris sempurna seperti dia.

Begitu juga dengan Yudha yang terang-terangan selalu menggoda gadis itu di depan anak-anak sekelas.

Ketika kabar tidak mengenakan itu di dengar oleh Dessy, dia mengajakku keluar kelas. Dan saat kami sudah berada di lorong yang cukup sepi dari anak-anak lain, dekat gudang sekolah yang hampir tidak pernah terinjak oleh murid.

Dessy menangis sesegukan sambil menunduk, menutupi wajahnya dengan telapak tangan.

Setelah 2 menit menumpahkan segala kesedihannya dia mendongak. Menatapku yang sudah berkaca-kaca.

"Kenapa, Han?" tanyanya lirih dengan suara serak, ia menyeka wajahnya menggunakan lengan yang terbalut almamater sekolah. "Dia tau 'kan kalo gue suka sama dia, tapi kenapa dia jahat banget sama gue?" Dessy kembali menangis, menutupi seluruh wajahnya menggunakan telapak tangannya lagi.

Des, tidakkah kamu tahu.

Bukan hanya kamu yang terluka.

Semalam, aku juga menangisi hal yang sama.

Menangisi dia yang tidak pernah menganggap keberadaanku. Yang tidak tahu betapa besar dan tulusnya perasaanku.

Aku bodoh, kalau aku menganggapnya tidak menganggap dan tidak memperdulikanku juga perasaanku.

Sebab, memang tidak pernah ada yang mengetahuinya, selain Tuhan. Dan, aku tidak pernah menceritakan rasaku ini pada siapapun selain pada-Nya.

Hampir setiap saat aku menceritakan perasaanku dan keseharianku pada-Nya.

Tentang betapa bahagianya aku berada di samping dia setiap hari.

Tentang, betapa senangnya aku ketika dia berbuat jahil padaku.

Dan tentang betapa sedihnya aku ketika dia semakin gencar mendekati Resha, mencari perhatian gadis itu. Gadis yang tidak pernah meliriknya. Tapi, Yudha tidak pernah menyerah.

Semua anak di kelasku sudah tahu tentang Dessy yang menyukai Yudha.

Semua juga sudah tahu tentang Yudha yang tidak pernah menaruh perhatian pada hal itu.

Semua sudah tahu tentang Yudha yang serius dengan perasaannya pada Resha.

Dan Resha yang tidak pernah menanggapi hal-hal konyol yang Yudha lakukan demi mendapatkan respon darinya.

Aku selalu bertanya pada Tuhan.

Kenapa semua serumit ini.

Rasaku. Rasanya. Semua saling tidak terbalas.

Dan itu menyakitkan.

Des, tanpa kamu tahu.

Ketika kamu menangis di sampingku, ketika itu juga aku melanjutkan tangisku semalam.

Tanpa suara, karena hanya air mataku yang merembas membasahi pipi yang kemudian jatuh ke rok abu yang aku kenakan.

Saat itu, aku menarik Dessy ke dalam dekapanku.

Dan kita menangis bersama.

Menangisi seseorang yang sama.

Menangisi dia yang tidak pernah menyadari tulus rasa cinta yang kita punya.

Untuk dia.



🌹

Tentang Cinta PertamakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang