N U R A

25 4 0
                                    

Relian Ananda Putra cowok yang masuk dalam daftar most wanted di sekolahnya. Bahkan paling atas dalam daftar. Bagaimana tidak dia kaya, anak kepala sekolah, dan yang pasti ganteng.

Ian sedang berjalan menuju kelasnya yang berada dilantai 2. Kelas itu adalah kelas terfavorit selama sekolah itu dibangun. Penghuninya berasal dari kalangan anak pejabat yang hidup dengan bergelimbangan harta di tambah lagi kelas itu di huni oleh sosok pangeran impian para wanita.

Ian menendang pintu kelas yang di penuhi dengan suara-suara ricuh itu dengan tenaga yang di dapatnya dari sarapan pagi tadi

"Brukk",

"Siapa di antara lo semua yang ngaduin ke nyokap gue kalau kemarin gue bolos?" Teriak Ian

Suasana menjadi sepi senyap seperti di hutan. Semua memandang Ian dengan tatapan yang tak bisa diartikan.

"Siapa?" Bentaknya lagi.

Terdengar langkah kaki yang semakan lama semakin mendekat kearah Ian. Ian menoleh kekiri. Tidak ada siapa-siapa. Ia menoleh lagi kekanan. Terlihat Nura tengah berjalan menuju dirinya. Dengan santai Nura masuk kekelas yang keadaannya langka dirasakan. Kelas yang biasanya kacau balau kini sunyi senyap dengan orang-orang yang mengarahkan pandangan ke Nura.

Nura duduk dengan santai dibangku paling depan. Ian menatap Nura dari awal berjalan menuju kelas hingga duduk tenang di antara orang-orang yang menatapnya

Nura Argian Jaysev , orang yang paling berani dan juga pintar. Ia adalah idola semua kaum adam di sekolah itu. Nura salah satu magnet yang membuat kelas itu semakin di impikan semua siswa di SMA. Harapan.

"Siapa?" Ian penasaran sambil mengusap wajahnya gusar.

"Gue" ucap Nura dengan wajah tanpa dosa. Nura dan Ian adalah teman dari kecil. Jadi Nura memiliki akses bebas untuk melaporkan Ian jika kelakuan ia sudah melewati batas disekolah. Walaupun Ian anak dari kepala sekolah. Ia tidak pernah ketahuan jika ia bolos, merokok ataupun hal yang lebih keji dari itu. Jika itu semua ketahuan pasti Nura yang melaporkannya.

"Elo ,-" belum sempat Ian melanjutkan perkataannya Nura sudah memotongnya.

"Iya gue yang laporin. Kenapa? Lo takut?" Ucap Nura enteng. Minta ditabok nih anak batin Ian.

"Ember banget sih elo jadi orang"

"O aja ya kan"

"Arrggh" geram Ian. Ia tidak mungkin memukul Nura. Pria yang main tangan pada perempuan adalah pria yang tidak menghargai ibunya sendiri.

"Kurang kerjaan banget sih lo" ucap Ian lagi. Kini ia berada selangkah dihadapan Nura.

"Nyokap lo yang bilang kalau lo macam-macam dilaporin aja"

"Ikut gue" ajak Ian menarik paksa Nura. Nura hanya menurut. Ian membawa Nura ke rooftop.

Sesampainya dirooftop Ian melepaskan gengamannya. Ian berjalan kearah bangku kayu panjang dan duduk. Nura menatap Ian cengo.

Ian menepuk nepuk bagian samping bangku menyuruh Nura duduk disampingnya. Nura berjalan pelan dan duduk disamping Ian dan pasti menyisakan jarak diantara mereka.

Ian merogoh sakunya dan mengeluarkan sebatang rokok yang Nura pun tak tahu mereknya. Nura terkejut ketika Ian menempelkan rokok itu ke sela sela bibirnya.

Sebelum Ian membakar ujung rokok tersebut Nura dengan sigap mengambil rokok itu dan membuangnya kesembarang tempat.

"Ian kenapa lo ngerokok!" Bentak Nura. Nura sudah tak bisa mengontrol emosinya. Ia paling benci yang namanya rokok.

"Jawab gue!!" Bentaknya lagi. Ian mematung mendengar bentakan Nura. Baru sekali ini Nura membentak Ian seperti itu.

"Gue ada masalah. Ngapain lo ikut campur?" akhirnya Ian membuka suaranya.

"Jadi kalau lo punya masalah pelarian lo ke benda itu?! Itu sama aja lo cari mati! Lo mau mati hah?!!" Bentak Nura lagi. Mata Nura memanas seketika. Bulir bening sudah meluncur membasahi pipinya.

Ian terkesima melihat keadaan seperti ini. Jarang bahkan tak pernah Nura menagis dihadapannya.

"Kenapa lo yang nangis?" Tanya Ian bingung. Nura melangkahkan kakinya meninggalkan rooftop. Sebelum Nura membuka pintu Ian dengan gesit sudah ada didepan pintu. Nura bahkan terkejut dengan kecepatan Ian bagaikan super hero yang ada di tv.

"Kenapa Ra?" Tanya Ian lagi. Kini mata Ian meyorotkan keseriusan.

"Lo gak perlu tau" Nura membuka pintu dan langsung melenggang pergi meninggalkan Ian.

"Gue harus cari tau nih" gumam Ian ikut pergi meninggalkan rooftop.
^^^^^^

Prolognya gaje ya. Ikutin aja alurnya pasti ngerti..

Jangan lupa vote & coment ya..

N U R A Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang