2 Alfa

10 4 0
                                    

Disinilah Nura sekarang depannya terdapat dua gundukan tanah. Ditanah yang pertama bertuliskan Rino Argian Jaya ayahnya. Dan gundukan tanah kedua bertuliskan Trysa Anggiska Jaysev ibunya.

Orang tua Nura telah meninggal setelah kecelakaan mobil. Saat itu Nura tengah duduk dibangku kelas 8 smp. Mereka bertiga sedang pergi berjalan jalan kekebun binatang. Tiba tiba sebuah truk oleng dan menabrak sebauh mini bus. Orang tuanya tak terselamatkan sedangkan Nura mengalami luka ringan.

"Hai yah. Nura datang lo gak disambut nih?" Seakan ayahnya berada didepannya.

"Pasti ayah sama bunda nanyain kabar Nura. Nura baik kok. Nilai Nura kayak biasa gak ada penaikan dan penurunan. Kalau ada ayah sama bunda pasti kalian ngomelin Nura. Nura akan jadi anak yang baik" tanpa ia sadari air mata sudah membasahi pipinya.

"Nura cengeng banget kan yah bun. Nura pulang dulu udah mau magrib. Bye" Nura berjalan meninggalkan tempat peristirahatan terakhir orang tuanya.

Ia menyetop anggkot yang melewati rumah paman bibinya.

"Woi lo kemana aja?" Suara bariton itu muncul saat Nura melangkahkan kaki memasuki rumah mewah bargaya eropa tersebut.

"Biasa" ucap Nura enteng. Lelaki itu menggelengkan kepalanya melihat kelakuan sepupunya itu.

"Lo darimana sih?" Tanyanya lagi.

"Kepo banget lo Ren" jawab Nura yang terus berjalan menuju kamrnya yang berada dilantai 2.

Rendy menarik tangan Nura sampai Nura berbalik badan menghadap Rendy.

"Yaudah gue kasih tau. Gue abis dari makam ayah sama bunda" Rendy mengangguk paham.

"Sekarang lepasin karna gue mau mandi" Nura menepis lengan Rendy.

***

"Bu-, bunda dari mana?" Tanya Ian melihat Bundanya (Oliv) sedang duduk disofa depan pintu.

"Harusnya bunda yang nanya. Kamu dari mana aja?" Tanya Bundanya. Ian bergidik merasakan ada aura aneh yang sedang ditunjukan oleh bundanya. "Anu bun. Ian habis main bola sama teman ian bun" jawab Ian menunduk takut.

"Main bola sampai jam 8 malam?" Tanya bundanya lagi. Ian terdiam tak mampu menjawab pertanyaan Oliv.

"Eh nyet kok lo pulang jam segini?" Tanya Daffa ayahnya  Ian setelah melihat Ian pulang dengan keadaan tubuh masih menggunakan seragam sekolah. Ayahnya gaul bukan?

"Kok lo kata anak gue monyet sih?" Tanya Oliv kepada Daffa. "Eh bunda. Bunda salah denger kok" Daffa tak menyadari ada Oliv disini.

"Emang gue budeg hah?!" Tanya Oliv yang sekarang menatap Daffa horor.

"Bunda gak budeg kok. Bunda salah denger" elak Daffa lagi. Ian cengar-cengir melihat ayahnya dan bundanya sedang berdebat. Dengan langkah cepat daffa memeluk tubuh Oliv. Oliv terkejut dengan perlakuan Daffa. Itu trik paling ampuh jika oliv sudah marah marah tidak jelas.

"Awas lo gue belum sia-," Belum sempat Oliv melanjutkan perkataanya. Tangan Daffa sudah menutup bibir Oliv secara paksa. Daffa membawa Oliv masuk ke dalam kamar.

"Makasih ya yah" teriak Ian setelah kedua orang tuanya memasuki kamar.

"Yoi" teriak ayahnya. Ian menggelegkan kepalanya sambil cengar cengir sendirian.

Ian berjalan kearah tangga. Ia tidak tahu bahwa ada minyak tumpah diatas permukaan lantai. Sekejap ia terjatuh dengan kepala lebih dulu mengenai lantai.

"Hahaha" terdengar gelak tawa sangat nyaring dari balik tembok yang membatasi dapur dengan ruang tamu.

"Keluar lo!" Bentak Ian melirik sekitarnya.

Seseorang keluar dengan gaya santai. Rambut dicat berwarna pirang. Memakai serangam ketat, sepatu berwarna pink mencolok. Dapat dideskripsikan Aneh.

"Ini semua kerjaan lo Sen?" Tanya Ian menyelidik.

"Hehehe" Sena hanya nyegir layaknya orang kurang waras. Sena sepupu Ian yang baru pindah dari Amerika. Jangan heran dengan penampilan Sena namanya juga dari Amerika pasti gayanya beda dengan orang indonesia. Dan Ian yakin Sena baru pulang sekolah.

"Eh kunyuk bantuin gue napa!" Seru Ian menggerutu. Sena membantu Ian berdiri. Sena tanpa merasa bersalah melepaskan tangan Ian sehingga Ian jatuh kembali. Ian merasa nyeri dibokongnya.

"Agrhh, kalau pantat gue yang montok ini tiba tiba tepos gimana?" Tanya Ian mengusap ngusap bokongnya. Sena merasa ilfeel melihat kelakuan Ian.

"Terserah" ucap Sena sebelum berlalu pergi meninggalkan Ian yan masih terduduk meratapi kepergian Sena.

"Aish. Tuh anak kagak berubah sampai sekarang" gumam Ian dan mulai berdiri berjalan menuju kamarnya.

Sesampainya dikamar Ian tidak mengganti bajunya seperti anak sekolahan lainnya. Ian duduk dibalkon menatap indahnya bumi ciptaan Tuhan.

"Whatsapp bro!" Pekik seseorang memasuki kamar Ian. Ian terkejut hampir terjungkal kebelakang.

"Siapa sih lo. Muka lo kayaknya familiar" ucap Ian menatap cengo orang itu.

"Lo ma gitu gak kenal sama gue. Ya ampun adek terlupakan" ucapnya dramatis seperti cabe kurang belaian.

"Alfa!"

***

Halu.. sorry pendek tiba tiba otak buntu. Jangan lupa Votement my stort and follow me. Go go go!!!

*sok bahasa inggris bet gue.

N U R A Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang