4 Jawaban Atas Pertanyaan Ian

25 1 0
                                    

"Ra lo gak marah sama gue?" Tanya Ian ketika pergantian les Bu Deta. Nura tak menjawab dan menyibukkan diri dengan bukunya.

"Ra jawab dong" ujar Ian lagi. "Shev temenin gue keUKS yuk" ajak Nura kepada Sheva yang berada dibelakangnya.

Sheva membereskan alat tulisnya. Ian menatap pergi Nura dan Sheva. Ian tampak sedang berpikir keras. Rivail yang melihat Ian terkejut. Pasalnya baru kali ini Ian sedang berpikir. Biasanya kerjaan Ian dikelas hanya tidur dan membuat onar.

"Kesambet apaan lo Yan?" Tanya Rivail menepuk nepuk pipi Ian. Ian merasa terganggu akibat ulah Rivail. "Rooftop"  kata Ian pada Rivail.

Tanpa basa basi Ian dan Rivail melesat pergi menuju Rooftop. Sifat Rivail sebelas duabelas dengan Ian.

^^^

Nura masih teringat dengan kata-kata Ian kemarin. Ia mencoba tidak memperdulikan Ian. Nyatanya sampai saat ini ia tidak berhenti memikirkan Ian.

"Ngapain juga dipikirin" gumam Nura dan meneruskan jalannya. Ia tadi berpisah dengan Sheva karena Tian mengajak Sheva kekantin. Perfect Couple  pikir Nura. Hubungan Sheva dan Tian sudah terjalin sejak kelas 2 SMP dan berjalan sampai saat ini kelas 2 SMA.

Nura adalah anggota PMR. Hari ini ia bertugas menjaga UKS sampai bel istirahat selesai. Merasa bosan ia membuka ponsel dan mulai memainkannya.

"Hah?!" Pekik Nura saat satu story milik teman Nura menampilkan adegan perkelahian Ian dengan Boy.

'Gue yakin sebentar lagi pasti ada yang masuk UKS' pikir Nura. Nura kelihatan gelisah. Mondar mandir dan sesekali melihat kearah pintu UKS.

Tepat pikiran Nura. Ian dan Boy digotong masuk ke UKS bersama Pak Yudi. Muka Ian memar dan kaki Boy terkilir.

"Kamu obatin mereka setelah itu lapor pada saya" ucap Pak Yudi tegas. Pak Yudi melihat sekilas Boy dan Ian dengan tatapan sinis lalu pergi meninggalkan mereka bertiga dengan keadaan hening.

"Yan lo duduk disini dan kak Boy duduk di situ" suruh Nura menunjuk kursi yang berbeda sekaligus letaknya jauh. Nura mengantisipasi terjadinya perkelahian part 2.

"Kakinya mana yang sakit kak?" Tanya Nura menaikan celana sebelah kiri milik Boy. Boy menunjuk pergelangan kakinya yang sedikit membiru.

"Ra kok gue gak ditanya?" Tanya Ian pada Nura. Nura tidak menghiraukan pertanyaan Ian. Ia masih fokus dengan pergelangan kaki Boy.

"Dia pedulinya sama gue" ucap Boy sinis. Ian membalas tatapan Boy.

"Emang lo siapa?" Tanya Ian. Boy sedikit bingung dengan pertanyaan Ian. "Gue pacarnya" ucap Boy percaya diri.

"Ra ini-" Nura memotong perkataan Ian. "Diam. Gue bukan pacarnya kak Boy. Sekarang lo diam atau gue gak akan ngobatin elo"

"Gak pacarnya ya. Kok pe-de amat bilang Nur-"

"Yan" tegur Nura. Ian mengerti arti teguran Nura.

"Udah selesai kak" ucap Nura pada Boy. Boy mengagguk dan pergi dari UKS. "Sini mana yang sakit?" Tanya Nura sedikit ketus. Ian menunjuk pipinya.

"Nih kompres sendiri" Nura memberi Ian satu baskom air hangat dan handuk kecil. "Gak kelihatan Ra. Lo aja ya" ucap Ian manja.

Nura mencelupkan handuk itu ke air hangat dan menempelkannya pada bagian pipi Ian yang memar.
"Ra kok lo cuekin gue?" Tanya Ian. Nura tidak menjawab

"Tadi lo nghindar dari gue"

"Kok sikap lo berubah jadi dingin begini?"

"Apa karna gue ngeroko- aww sakit Ra" Nura sengaja menekan handuk kecil itu ke pipi Ian.

"Kan elo yang bilang kalau gue gak usah ikut campur?" Menurut Ian itu bukan pertanyaan melainkan pernyataan.

"Iya sih. Tapi tetap jadi Nura yang gue kenal" senyum Ian mengembang. Senyuman itu dapat melelehkan hati perempuan tetapi tidak untuk Nura.

^^^

Whahahaha. Gaje amat Sumpah. Gue buat cerita ini sesuai apa yang gue inginkan sama sahabat gue. Dia paling baik sama gue. Care..

Kok jadi curhat ya??..

Vote & coment ya. Jangan lupa Follow juga

N U R A Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang