PART 3

1.2K 36 5
                                    

Yang disebelah foto Kak Han ^^

Enjoy reading~

&&&&&&&

Sesampainya aku dirumah, kilasan kejadian di sekolah tadi masih teringat jelas di otakku. Kenapa mereka berkelahi? Bukan. Mereka tidak berkelahi, tetapi Jack yang memukul Kris. Padahal sebelum mereka menghampiri Kris, Jack malah akan mengajak dia untuk masuk klub basket. Jadi ada apa sebenarnya? Penyakit kepo ku kumat saat seperti ini.

BRUKKK

"AWW!"

"YELAH MAKANYA KALO JALAN JANGAN SAMBIL BENGONG!"

Suara menggelegar Kak Han yang kutabrak sampai jatuh menggelegar di sepenjuru ruang tamu. Aku terpekik kaget lalu mundur beberapa langkah dan terkesiap melihat Kak Han sedang mengusap pantatnya yang kesakitan.

"Eh maaf kak, gak sengaja." aku berjalan mendekati Kak Han dan mengulurkan tanganku untuk membantunya berdiri. Tapi Kak Han menepis tanganku dan berdiri sendiri.

Kak Han adalah kakakku satu-satunya yang 2 tahun lebih tua dariku, nama lengkapnya Xiluhan Hermes, dia juga sekolah di SMA Permata Utama dan sekarang duduk di kelas 12. Kak Han sangat populer di sekolah, bagaimana tidak jika Kak Han memiliki wajah dan badan yang 180 derajat berbanding terbalik denganku. Kak Han memiliki wajah seperti porselen yang mulus tanpa celah, matanya bening seperti mata rusa, bulu matanya lentik dan mulutnya kecil nan lucu. Rambutnya yang berwarna asli dark brown sepertiku, ia warnai dengan warna dark white -hampir menyerupai silver- yang menurutku sangat keren. Postur tubuhnya proporsional karena ia termasuk tim basket di sekolah, tidak terlalu kurus dan lumayan berotot. Pokoknya beda sekali denganku.

"Jalan tuh yang bener! Emang ga sakit apa ditabrak gajah kayak kamu?" Kak Han masih menggerutu dan jalan terseok menuju dapur. Aku mengikutinya dari belakang.

"Kan aku udah minta maaf kak."

Kan Han menoleh kepadaku dan menatapku tajam.

"Ngapain kamu ngikutin?"

Aku berhenti dan menggaruk kepalaku yang tidak gatal.

"Minta maaf sama kakak." ujarku pelan. Kak Han memejamkan matanya lalu menarik napas dalam. Saat membuka matanya ia kembali menatapku tajam, bahkan kali ini sepertinya ia mulai kesal padaku.

"Siapa suruh ngikutin? Udah sana ah bikin bete aja." usirnya kejam. 

"Oke oke, aku pergi. Jangan marah gitu dong, kan aku cuma mau minta maaf." 

Aku berjalan menjauhi dapur menuju kamar dengan kepala menunduk. Beginilah nasibku kalau mencari masalah dengan Kak Han. Ia pasti akan marah jika berbicara padaku, entah kenapa. Padahal saat kami kecil, ia selalu bermain denganku dan menjagaku layaknya kakak pada umumnya. Aku sebenarnya tak terlalu mengingat masa kecilku -yang aku tidak tahu apa penyebabnya- sehingga aku sama sekali blank mengenai alasan Kak Han mulai menjauhiku, bahkan ia seakan membentuk tembok besar diantara kami.

"Eh Luby udah pulang? Kok telat sayang?" sapa Mom saat keluar dari kamarnya.

"Iya Mom, tadi jemputannya telat lagian ujan gede jadi neduh dulu di sekolah." jelasku.

"Lah kok ga bareng Kak Han sih? Kalian kan satu sekolah?" tanya Mom heran. Aku mengangkat bahuku lalu melirik Kak Han yang masih asyik dengan roti selainya.

"Luhan! Kamu tuh ya, punya adik kok ga diajak pulang bareng?" tegur Mom.

Kak Han mendelik padaku.

"Males." Ia kembali meminum susunya yang tinggal setengah, "lagian malu ditebengin gentong kayak dia." lanjutnya.

Hatiku sakit tentu saja. Di sekolah aku sudah di bully oleh banyak orang seakan masih kurang cukup sehingga di rumah pun aku masih di bully. Hanya Mom dan Dad yang tidak pernah membullyku.

"Yaudahlah Mom, aku gapapa kok." kataku menenangkan.

"Yakin gapapa? Mamih khawatir aja kamu kalau terlalu larut di sekolah, kalau ada apa-apa gimana?" terlihat raut cemas di kedua mata Mom.

"Mau ada apa-apa gimana? Yang mau nyulik dia juga pasti mikir jutaan kali, orang makannya aja banyak banget." ujar Kak Han lagi. 

Aku mendengus keras dan memutar bola mataku.

"HUSH! Kamu tuh ya ga bisa aja baik dikit sama adik sendiri." Mom berkacak pinggang dan memelototi Kak Han.

"Udahlah Mom, gausah marahin Kak Han. Kak Han kan ga salah apa-apa. Aku duluan ke kamar ya Mom, cape banget pengen istirahat."

Mom mengelus rambutku lalu mengangguk, "Nanti makan malam kamu turun ya."

'Iya Mom."

&&&&&

"Dad mau ngomong sesuatu sama kalian." ucap Dad memulai pembicaraan seusai makan malam seperti biasa. Tadi Mom memang sudah bilang akan membahas sesuatu tetapi merahasiakannya sampai selesai makan malam.

"Mau ngomong apa Dad? Serius amat." Kak Han menatap penasaran pada Dad dan Mom.

"Ini mengenai proyek Dad di Singapore." jawab Dad santai.

Aku membelakakan mata dan menatap tak percaya pada Dad.

"Wah?! Beneran Dad? Jadi Dad beneran bakal ada proyek di Singapore?" pekikku senang.

"Biasa aja kali, heboh bener." cibir Kak Han.

"Ck kamu tuh ya ga boleh gitu." tegur Mom. Kak Han hanya menanggapinya dengan malas.

"Iya Luby, proyek yang di Singapore ternyata jadi dipindah tugaskan kepada Dad jadi Dad harus sesegera mungkin mengurus segala sesuatunya disana." jelas Dad.

"Jadi kita semua pindah kesana dong?" tanyaku penuh harap.

Tapi ekspresi cemas Dad dan Mom meruntuhkan harapanku.

"Sayangnya tidak Luby. Kamu dan Luhan akan tetap disini karena kakak kamu sudah kelas 12 tahun ini dan kamu juga baru masuk sekolah SMA kan? Dad tidak mau harus membuat kalian beradaptasi dengan lingkungan sekolah disana jadi kalian akan tetap disini."

"Tapi Dad, berarti kita ditinggal berdua dong?" tanyaku sedih.

"Kalian kan sekarang sudah besar, kalian sudah SMA. Dad percaya kalian bisa tinggal disini berdua, hanya 3 bulan, setelahnya Dad sama Mom balik lagi kesini kok. Lagipula kalau ada waktu kalian bisa ke sana sekalian liburan." ujar Dad lagi.

"Oke ga masalah." sahut Kak Han cuek. Aku menatapnya hororr.

"Kamu juga jaga adik kamu. Jangan pulang malam dan jangan bikin masalah selama Mom dan Dad ga ada. Kita akan selalu ngawasin kalian dari jauh jadi jangan berani macam-macam."

"Aku ga pernah macam-macam." sergah Kak Han.

"Iya Dad tahu. Hanya mengingatkan saja. Pokoknya Dad minta buat jagain adik kamu, Dad ga mau ada laporan kamu ngelantarin Luby. Paham Luhan?"

"Iya Dad." patuh Kak Han.

"Dan kamu Luby, turuti semua kata kakak kamu, jangan bandel dan langsung kabari kami kalau terjadi sesuatu. Paham?"

"Tapi Dad, aku kan-"

Dad menggelengkan kepalanya tegas, "Tidak ada tapi-tapian"

"Okelah." jawabku pasrah.

"Nah kalau begitu, besok pulang sekolah kalian langsung pulang ke rumah terus ikut ke bandara, oke?" tanya Mom ceria.

"Iya Mom." sahutku dan Kak Luhan kompak.

&&&&&&&

PS:

Kritik dan Saran ditunggu ^^

Operasi PlastikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang