Part 17

301 13 8
                                    

Tanpa sadar aku menggigiti kuku, cemas. Apa kak Gefan tadi sadar aku menyebutkan namanya?

"Kenapa sih lu Dit?" Anya menoleh padaku. "Gara-gara kating tadi?"

"Hah?" segera aku menghentikan lamunanku dan mengeluarkan ponsel dari dalam tas. "Ga kok, gapapa."

"Dih lu mah gitu. Kalo ada apa-apa cerita ma gue ya! Jangan dipendem sendiri." gerutu Anya sambil cemberut. Aku terkekeh kemudian mengangguk. "Iya ah bawel!"

Aku menyalakan ponselku dan mendapati satu chat yang masuk. Dari Jack.

"Eh tapi lo tadi liat ga sih kating-kating tadi? Gue baru inget yang tadi dadahin kita namanya Han." suara Anya mengalihkanku saat akan membuka chat dari Jack.

"Han?"

Anya mengangguk, "Heeh, Han. Pentolan kampus."

"Kok lo tau banget sih Nya?"

Anya mengacungkan ponselnya, "Dari sosmedlah! Gila deh gosip-gosip di sini cepet banget kesebarnya. Sampe ada akun khususnya loh."

Aku menggelengkan kepala, "Buset dah sampe segitunya."

"Ih lo mesti tau kabar-kabar terbaru di kampus ini, biar up-to-date! Berita lo kemaren juga ada tauk!" Aku membelakakan mata, "Serius lo?! Sampe masuk sosmed segala?"

"Hooh"  Anya membuka ponselnya dan menunjukkan postingan tentang kejadian "salah pukul" yang menimpaku kemarin. "Parah! Komennya sampe 300!"

"Gausah baca komennya deh! Kadang kata-kata netizen suka nyakitin."

Aku mengedikkan bahu, "Ga pengen baca juga sih. Cuma gue jadi ngeri sendiri, plis dong itu masa gue sampe masuk berita gosip kampus sih. Gue kan maunya ga dikenal."

Aku mengusap wajahku frustasi, Anya menepuk pundakku prihatin. "Kayaknya kalo lo mau hidup dengan tenang, lo harus jauhin orang-orang yang hits di sini deh."

Seketika aku ingat ada chat dari Jack yang belum ku baca. Tapi seketika ku menyesal telah membacanya.

Ap, makan siang bareng? Gue traktir sebagai tanda maaf, mau ya? Gue tungguin di depan gedung kelas lo :)

Tak habis pikir kenapa Jack masih saja mencoba untuk mendekatiku. Padahal kejadian kemarin seharusnya menjadi pembelajaran untuk dia. Aku mengerang frutrasi.

"Eh kenapa lo?" Anya menatapku aneh melihatku tiba-tiba bertingkah tidak jelas. "Lo liat sendiri deh." Anya pun mengambil ponselku.

"Wah gila sih ini! Pantang nyerah banget dah ni cowok satu."

"Pasrah dah gue."

Anya menepuk kepalaku pelan, "Gue turut prihatin. Kayaknya hidup damai yang lo impikan gabakal terwujud."

"Anyaaaa" rengekanku hanya dibalas tawa oleh Anya. Dalam hati aku merutuk kehidupanku yang sepertinya memang akan jauh dari kata damai.


****

"Seriusan lo?"

Aku menganggukan kepalaku yakin. "Buruan Nya! Keburu dia nemuin gue."

Ku tarik Anya untuk mengikutiku berjalan memutar ke parkiran gedung fakultas sebelah. Aku sudah memesan taksi online dan menyuruh supirnya untuk menunggu di sana. Ini kulakukan demi menghindari bertemu Jack, aku masih berjuang untuk memulai hidup damai tanpa orang-orang sepertinya di kehidupanku.

Setelah menemukan taksi online yang ku pesan, aku dan Anya dengan segera memasuki mobil tersebut. Setelah sudah berada di dalamnya aku menghembuskan nafas lega. Supir yang melihat kami hanya menatap kami heran.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 15, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Operasi PlastikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang