Aku membuka mata perlahan dan kegelapan langsung menyambutku. Aku sama sekali tidak bisa melihat apapun dan suasana ini pun seakan memerangkapku dalam kehampaan. Aku meringkuk di suatu sudut di ruangan ini dan memeluk lututku erat. Aku tak berani membayangkan apapun. Ketakutan seakan menghantuiku disini.
Perlahan aku mencoba mengingat-ingat mengapa aku bisa terperangkap di ruangan gelap ini. Tapi semakin aku mengingat, semakin kepalaku terasa pening. Aku mengernyit saat rasa sakit di kepalaku semakin lama malah semakin parah. Tiba-tiba cahaya yang amat terang menyilaukan pandanganku. Aku menutup mataku dan seketika nyeri dikepalaku menghilang. Saat aku membuka mata, aku menemukan diriku berada di suatu taman yang sangat indah. Taman itu dipenuhi oleh berbagai macam bunga yang tak terlihat ujungnya. Samar-samar aku mendengar suara air terjun dan kicauan burung.
"Kembalilah."
Aku membalikkan badanku dan kutemukan sesosok wanita paruh baya yang masih terlihat cantik menatapku sedih. Aku mengerutkan kening tak mengerti denga kata-katanya.
"A....an..da siapa?"
Wanita itu tersenyum dan berjalan menghampiriku. Dengan refleks aku memundurkan tubuhku dan wanita itu hanya tersenyum melihat reaksiku.
"Tak perlu takut. Kamu tak kenal siapa aku?"
Aku menggeleng dan mengangkat bahu.
"Baiklah. Anggap saja kita adalah teman, bagaimana?" tawarnya. entah dorongan dari mana kepalaku mengangguk menyetujui. Wanita itu pun mendekat dan memelukku. Aneh....Aku merasa sangat nyaman didalam pelukannya. Padahal aku merasa tidak mengenal wanita ini.
"Kau bisa memanggilku Dee." ujarnya saat melepas pelukannya dariku.
"Ba...baik Dee. Namaku Luby."
"Aku sudah tau." sahutnya sambil membelai rambutku. Aku mengernyitkan dahi.
"Bagaimana kau tau?" tanyaku penasaran.
Dee tersenyum misterius, "Kau akan tau nanti." Ia menatap wajahku dan mengusap luka di wajahku, "tapi sebaiknya setelah kau pergi dari sini."
"Memangnya ini dimana Dee? Sebelumnya aku ada di ruangan yang sangat gelap lalu tiba-tiba ada cahaya terang dan membuat mataku perih. Saat aku membuka mata, aku sudah ada di tempat ini." jelasku panjang lebar. Dee menganggukan kepalanya.
"Kamu sedang berada di dunia perbatasan. Dunia dimana hidup dan mati terpisahkan."
"APA? JADI AKU SUDAH MATI?!" teriakku histeris. Aku berjalan mondar-mandir dan mencoba mengingat kenapa aku bisa mati.
Dee mengikutiku dan mencoba menenangkanku "Tenanglah By sayang, kamu-"
"Bagaimana aku bisa tenang Dee? Aku sudah mati!" ujarku panik.
Dee menarik bahuku dan mencengkramnya erat, "Dengarkan aku. Kamu belum mati dan harapan hidup kamu masih besar. Kamu berada disini ditunjukkan untuk memahami sesuatu dan.....mengingat sesuatu. Aku disini untuk membantumu, okay?"
Aku menatapnya tak yakin,"Bagaimana jika aku tidak bisa memahami itu dan mengingat semuanya? Aku sudah mencobanya dan kepalaku terasa sakit."
"Kita coba perlahan. Sekarang coba kamu ingat kembali kejadian terakhir yang menimpamu."
Aku mengangguk dan menutup mata. Berusaha berkonsentrasi. Aku terus mencoba mengingat dan mengabaikan rasa sakit di kepalaku.
"Ahh......" erangku saat rasa sakit di badanku tiba-tiba muncul. Rasa sakitnya seperti aku dihantam oleh benda besar seperti.............mobil? Lalu tiba-tiba aku melihat seorang wanita yang berlari kearahku dan meneriakan namaku. Siapa wanita itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Operasi Plastik
Novela JuvenilAku benci hidupku! Bagaimana bisa ada orang sejelek diriku didunia ini? Wajahku bulat, hidungku pesek, mataku sipit dan bibirku tebal. Tubuhku gemuk dan kulitku coklat kusam. Rambutku keriting dan tidak berkilau. Lebih parahnya lagi adalah aku memil...