Part 4 - Evaluation

355 144 1
                                    


- P S E U D O -

Saat itu nyaris pukul sepuluh malam ketika mereka keluar dari restoran Italia. Udara terbuka terasa dingin dan menusuk. Tubuh Mikaela menggigil seketika, rambutnya berterbangan ke arah belakang ketika ia berdiri di trotoar jalanan. Angin berhembus jauh lebih kencang dari pada sebelumnya.

Mikaela memeluk tubuhnya seraya memperhatikan berbagai jenis kendaraan yang berlalu searah matanya, serta warga Edinburgh yang terlihat buru-buru hendak kembali ke rumah masing-masing. Jika tidak ada kencan hari ini, Mikaela pasti hanya rebahan sembari menonton film di asrama. Dan tertidur hingga keesokan harinya.

Ia merasa baik-baik saja sekarang. Perutnya sudah terisi dengan pasta lezat setelah nyaris seharian tidak makan apapun.

Lagi-lagi ia berpikir, jika tidak ada kencan buta tubuhnya pasti sudah gemetaran dan mual sekarang.

Kencan buta yang menurutnya akan kacau ternyata berjalan lancar, teman kencannya yang ia kira akan menyebalkan ternyata cukup menyenangkan ketika diajak mengobrol. Walaupun awalnya Mikaela berharap jika Brent bisa lebih cerewet, ia menganggap masih banyak hal yang bisa mereka bicarakan bersama.

Hari ini sungguh melebihi ekspetasi Mikaela, hatinya terasa enteng dan lega.

"Di mana mobilmu?" tanya Robin sembari berdiri di dekat Sally.

"Ada di belakang sana. Saat kami datang parkiran restoran sudah penuh." Sally menunjuk ke arah belakang Robin dengan tangannya, "Bagaimana denganmu?"

"Mobilku ada di dekat sini."

"Kalau begitu, kami akan mengantar kalian sampai ke tempat parkir." kata Brent setelah melirik Mikaela dan Sally.

Robin mengangguk setuju, "Ide bagus."

Sally menatap Mikaela seolah meminta persetujuan. Gadis itu mengangguk tidak keberatan, lagi pula ajakan Brent terdengar menjanjikan mengingat saat ini sudah malam. Mikaela takut mereka diganggu oleh pria mabuk atau kriminal seperti yang dialami salah satu teman sekelasnya di kampus.

"Baiklah, ikuti aku." Sally dan Robin berjalan terlebih dahulu. Sementara Mikaela dan Brent berada beberapa langkah di belakang mereka.

Mikaela sangat takjub melihat bagaimana Sally dan Robin benar-benar seperti sepasang kekasih. Sally melingkarkan tangannya di lengan Robin, sedangkan pria itu terlihat sedang menceritakan sesuatu dan membuat Sally tertawa lepas tak lama kemudian. Mereka tidak canggung ataupun kaku, semua itu sangat alami dan hangat.

Seperti yang biasa dilakukan oleh dua manusia ketika memiliki perasaan yang nyata.

Ia agak meragukan ucapan Sally di mobil tadi, ketika ia menganggap hubungannya dan Robin masih di tahap awal pertemanan. Baginya mereka sudah seperti dua orang yang sedang dimabuk cinta. Mereka jelas merasa nyaman dengan satu sama lain.

Semua orang terdekat yang mengenal Sally dan Robin, maupun yang tidak, pasti akan setuju dengan ucapan Mikaela.

Tak lama lagi mereka pasti akan meresmikan hubungannya. Mikaela berharap Emma dapat melihat ini. Melihat bagaimana Sally memilih bangkit dan menyelamatkan dirinya sendiri dari patah hati karena teman masa kecilnya dulu.

Ia juga ingin mengapresiasi Sally yang tidak berlama-lama terpuruk dalam kesedihan, dan mengapresiasi Robin karena kebaikkannya mampu meluluhkan hati Sally.

Gadis itu melirik Brent di sebelahnya, mereka berjalan beriringan dengan jarak. Lengannya tidak bersentuhan dengan mantel Brent. Ia tidak tahu siapa yang berinisatif untuk menjauh. Apakah itu Brent atau justru dirinya sendiri. Mikaela menatap lurus kedepan, namun sudut matanya menangkap Brent yang sedang memperhatikan jalanan.

PSEUDOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang