2 - The Agent

7.2K 430 32
                                    

Hal tersulit dalam bersosialisasi adalah

Beradaptasi dengan lingkungan menyebalkan


"Aku Erwin, Direktur NDA, National Defense Agency, dan aku yang meminta bantuan pada SIA," pria yang lebih tua memperkenalkan dirinya.

"Jika Direktur tahu tentang SIA, itu berarti pemimpin kami percaya pada Direktur. Maka dengan itu, kami bisa mempercayakan identitas kami pada Direktur, bukan begitu?" Joe memastikan.

Erwin mengangguk. "Kalian juga tidak perlu khawatir dengan Johan, dia juga dapat dipercaya," ucap pria itu seraya menoleh ke arah pria yang datang bersamanya tadi.

"Aku Wakil Direktur NDA, dan rahasia kalian aman di tanganku," pria itu berkata.

Joe mengangguk. "Terima kasih," ucapnya tulus. "Seperti yang sudah kalian tahu, aku Jonathan, dan ini rekanku, Brian. Kami dikirim kemari untuk membantu NDA, tapi kami belum mendapatkan detail dari misi kami. Pimpinan kami mengatakan bahwa kalian yang akan menerangkan detailnya."

Erwin mengangguk. "Aku akan menerangkan detailnya setelah acara makan malam kita. Kuharap kita bisa membangun hubungan kerja sama yang baik di sini," ucapnya.

"Kami juga berharap begitu," Joe membalas. "Dan kami pasti akan melakukan yang terbaik untuk melaksanakan misi ini."

"Tunggu," Brian tiba-tiba angkat bicara. "Kalian tidak perlu meragukan kami, tapi aku tidak punya alasan untuk percaya pada gadis ini." Brian menunjuk gadis yang duduk tepat di seberangnya di meja bundar itu, dan seketika, ia mendapat tatapan tajam dari gadis itu. "Sejak awal bertemu, dia bersikap sangat kurang ajar," kata Brian lagi. "Aku khawatir, dia adalah mata-mata yang tidak menginginkan kehadiran kami karena khawatir kedoknya akan terbongkar."

Erwin dan Johan saling bertukar pandang, sementara gadis itu mendengus, –dengusan meledek seperti sebelumnya.

"Aku benar-benar minta maaf jika dia sudah sangat tidak sopan pada kalian," Erwin berkata penuh sesal.

"Aku bukannya tidak bersikap sopan, aku hanya tidak menurunkan kewaspadaanku," gadis itu membela diri.

"Lihat itu," dengus Brian.

Gadis itu menyipitkan mata mengancam pada Brian, dan baru mengalihkan tatap ketika Erwin menegurnya,

"Brianna Jocelyn!"

Gadis itu, Brianna, menoleh ke arah Erwin dengan kesal. "Jangan panggil aku seperti itu!" protesnya.

Brian dan Joe mengangkat alis. Wajarkah seorang sekretaris biasa mendebat pimpinannya seperti itu?

Erwin mendesah lelah, lalu menatap Brian dan Joe bergantian. "Aku secara pribadi meminta maaf atas nama putriku ini. Dia memang selalu seperti ini, dan dia bisa sangat keras kepala," ucapnya kemudian.

Brian dan Joe melongo selama beberapa saat, tapi Joe lebih cepat menguasai diri dan berdehem. "Gadis ini ... Nona Brianna ini ... adalah putri Anda?" tanyanya memastikan.

Erwin mengangguk, sementara gadis bernama Brianna itu mendengus.

"Brianna, jaga sikapmu," Erwin mengingatkan.

"Sudah kubilang, aku juga tidak suka dipanggil seperti itu," kesal Brianna. "Dan lagi, sudah berapa kali aku harus mengatakan pada Direktur untuk tidak memperkenalkanku pada orang-orang sebagai putri Direktur? Itu membuat mereka merasa berhak merendahkanku."

"Kami sama sekali tidak ..."

"Terutama dia!" seru Brianna, menyela kata-kata Joe dan menunjuk tepat ke wajah Brian.

Silver Bullet (Republish Di Dreame)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang