3 - Jebakan Tak Terduga

6K 380 15
                                    

Jangan sembarangan meremehkan sesuatu

Itu bisa membunuhmu


"Aku tidak percaya pada gadis sombong itu," dengus Brian seraya menendang lepas sepatunya.

Joe melirik rekannya itu sekilas, tak berkomentar dan melanjutkan langkah ke ruang tamu, membuka dua kancing teratas kemejanya sebelum berbaring di atas sofa.

"Tidakkah misi ini terlalu berat?" Brian kembali mengeluh. "Tidak hanya mengawasi sang Mata Kegelapan, tapi kita juga harus menjaga gadis angkuh itu."

"Dia punya informasi, Brian," sahut Joe seraya memejamkan matanya. "Tanpa dia, kita harus memulai penyelidikan dari awal, dan itu akan membuang waktu. Apalagi jika kita harus melidungi Brianna dari penjahat itu. Kita tidak punya banyak waktu. Aku yakin, saat ini Brianna adalah target utama penjahat itu."

Brian menghela napas berat saat menjatuhkan tubuhnya di sofa seberang Joe. "Tak adakah cara untuk menyingkirkan gadis itu tanpa kehilangan informasinya?" ucapnya putus asa.

Joe mendengus geli. "Jika kau bisa mendapatkan kepercayaannya, kurasa kau punya harapan untuk memohon padanya agar mempercayakan misi ini pada kita sepenuhnya."

Brian mendecakkan lidah kesal. "Kau tahu dia tidak percaya pada siapa pun," gerutunya. "Dia bahkan meragukan ayahnya sendiri hingga menjebaknya seperti itu."

Seketika Joe membuka matanya dan beranjak duduk. "Gadis itu punya banyak informasi, Brian," ucapnya serius. "Kita harus berhati-hati juga karena aku yakin, dia bukannya tidak menyelidiki kita lebih jauh. Kurasa, dia sudah mendapat peringatan tentang pengkhianat di NDA. Dia pasti punya petunjuk."

"Nah, tak bisakah kita mendapatkan petunjuk tanpa melibatkan gadis keras kepala itu?" Brian menatap Joe penuh harap.

Joe mengerutkan kening, lalu menggeleng. "Kurasa sekarang aku tahu apa yang harus kita lakukan," ujarnya.

"Mencuri informasi dari gadis sombong itu?" Brian tampak bersemangat.

Joe menggeleng, tatapannya tertuju pada Brian. "Biarkan dia bekerja dan mencari informasi, sementara kita mengawasi keadaan dan memastikan dia aman di sekitar kita," urai Joe.

Brian mengerang. "Joe, itu sama saja ..."

"Kau sendiri yang bilang, jika kau adalah sang Mata Kegelapan, Brianna akan menjadi korban selanjutnya. Aku yakin, jika kita berhasil mengeluarkannya dari tim, itu tidak akan menghentikannya. Jika dia bergerak sendiri, kita akan lebih kesulitan mengawasi dan menjaganya. Tapi jika dia berada di tim yang sama dengan kita, dia bisa memberi kita informasi, sekaligus aman dalam perlindungan kita. Kita hanya perlu menunggu waktu yang tepat untuk mengeluarkan dia dari misi." Joe terdengar begitu yakin, mau tak mau membuat Brian tergiur juga.

Dia memang tidak menyukai gadis bernama Brianna itu, tapi bukan berarti dia tidak mau menyiakan kesempatan terjun dalam dua misi hanya dengan satu aksi. Tidak hanya mendapat informasi, dia juga bisa menjaga dan mengawasi gadis itu.

"Haruskah kita memasang kamera pengawas untuk mengawasinya?" usul Brian bersemangat.

Joe tersenyum seraya kembali berbaring. "Direktur juga tidak akan keberatan bahkan meskipun kita menyadap rumahnya untuk mengawasi putrinya."

Brian tersenyum lebar mendengarnya. "Jika dia bisa melakukan apa pun yang dia inginkan, maka aku juga akan bermain dengan cara yang sama," putusnya.

***

"Adakah yang sudah mengatakan padamu, dengan meremehkan lawanmu, itu berarti kau sedang menggali kuburanmu sendiri?" celetuk Brianna ketika lagi-lagi Brian dibuat tak percaya dengan kecanggihan teknologi yang menyambutnya di kantor NDA; sensor suara, mata dan sidik jari di pintu masuk utama, yang bahkan terjadi dengan cepat sebelum ia sendiri sempat menyadari apa yang terjadi padanya, begitu identitas diverifikasi, dinding kaca di sebelah pintu bergeser, membuka akses masuk ke dalam gedung.

Silver Bullet (Republish Di Dreame)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang