Chapter 03

3.7K 252 29
                                    

Selesai sudah semuanya. Paman Duta benar, ini tak terlalu rumit hanya saja jika tertinggal 1 habislah sudah.

Sekarang pukul 17:50 dan senja dari atas sini sungguh indah. Tak bisa kah aku sedikit lebih lama lagi? Sebentar lagi aku akan menemukan kesenanganku. Oh indahnya ciptaan – Mu Tuhan.

“Waktumu selesai. Kuharap kau tak lupa dengan peraturan ke 5.”

Aku langsung menoleh ke sumber suara. Rio. Tak bisakah dia mengetuk pintu? Aku tahu ini semua miliknya tapi bagaimana jika ketika dia datang dan situasinya sedang tidak baik untuk dilihat? Akan kupastikan aku takkan ganti pakaian di dalam ruanganku!

“Aku akan mengantarmu ke apartemen.”

“Tapi—“

“Akan ku tunggu kau di lobby 5 menit lagi. Ingat peraturan ke 3.”

Dia langsung pergi meninggalkanku tanpa menutup pintu. Arrrgh aku mulai membencinya!

Dengan terpaksa aku meninggalkan ruanganku dan melewatkan pertunjukannya. Ini sungguh menyebalkan. Bosku menyebalkan!

Aku harap dia tak jadi mengantarku ke aparteman. Aku memang tak tau dimana tempatnya tapi aku bukan orang bodoh yang tak tau alamat. Aku tak mungkin tersesat.

Shit! Kali ini permohonanku tak dikabul. Dia masih menunggu di lobby dengan terus melihat ponselnya. Aku menarik nafasku berusaha untuk tetap tenang. Biar bagaimana pun aku baru berkerja selama kurang dari  12 jam. Aku tak mau di pecat atau di tukarkan lagi dengan perusahaan lain. Bukan berarti aku betah ada disini, hanya saja aku ah sudahlah lupakan.

Dia pun menyadari akan kehadiranku dan langsung menarik tanganku. Mungkin ini tak tepat jika dibilang menarik, ini lebih seperti menyeret.

“Maaf pak saya bisa jalan sendiri tak perlu ditarik begini.”

Dia tak mengubris kata-kataku dan tetap menarikku hingga area parkir.

“Aku bukan supirmu Ify, jadi kau harusnya duduk di depan bukan dibelakang.”

Oh Tuhan tak bisakah barang sedetik saja dia tak menyebalkan? Kuturuti apa maunya dengan pindah ke kekursi sebelahnya. Lalu mobil pun melaju.

Sepanjang perjalanan, aku dan bosku ini menghabiskan waktu dengan keheningan. Tak sudi rasanya memulai percakapan dengannya. Bukan artinya aku sok jual mahal, tapi bisa dibayangkan percakapan kita akan seperti apa nantinya? Mungkin aku yang akan lebih banyak bicara ketimbang dia.

Tunggu. Sejak kapan aku jadi punya sifat negative thinking model begini? Oh ini pasti gara – gara aku melewatkan hal berharga dalam hidupku, menikmati malam di ruanganku. Akan ku pastikan aku akan melakukan itu. Menikmati indahnya malam. Peduli setan dengan peraturan bodoh itu.

Tak berapa lama mobil berhenti di sebuah apartemen luar biasa. Ya katakanlah begitu karena memang luar biasa. Ini apartemen terkeren dan termahal di Jakarta. Aku tau siapa pemiliknya. Keturunan Panggrahito. Jusenal Obiet Panggrahito.

Banyak orang membicarakannya. Katanya dia tampan dan kalem. Belum lagi dia terkenal dengan kebaikan hatinya pada semua orang termasuk karyawannya. Dia tak pernah memperlihatkan jika dia adalah seorang kaya raya dan sukses. Dia selalu terlihat sederhana. Idaman bukan? Aku ingin sekali bertemu dengannya. Kuharap itu akan terkabul.

"Sudah puas melihat ini semua Ify?”

Perkataan Rio membawa ku kembali pada dunia nyata. Ya nyatanya aku kini bersama direktur menyebalkan bukan direktur baik hati itu. Sudah terima sajalah Ify. Aku pun mengangguk sebagai balasannya. Tak ada gunanya juga menimpali semua kata-katanya.

The NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang