"Selamat pagi pak.”
“Tepat waktu. Great.”
Aku hanya tersenyum. Kuanggap itu sebuah pujian.
“Sebelum kau memulai pekerjaanmu, aku akan menjelaskan beberapa ketentuan perusahaan ini. Kuharap kau cepat mengerti karena aku tak ada waktu lagi untuk menjelaskannya dua kali.”
Oh great! Kurasa dia akan sama menyebalkannya dengan Gabriel.
“Aku akan menjelaskannya di ruanganmu. Ikuti aku.”
Tunggu! Ruanganku? Aku punya ruangan pribadi?
“This is your room.”
Look at this! It’s amazing room. Ini jauh lebih baik dibanding tempatku dulu. Gabriel hanya memberiku ruang 2x3 dan menyatu dengan yang lainnya. Bukannya aku tak mau berbaur dengan yang lain, hanya saja pekerjaanku lebih banyak dan aku dipersatukan dengan orang-orang banyak omong yang selalu menatapku sinis setiap harinya.
“Bagaimana? Ku yakin ruangan ini sudah cukup dibanding tempat kerjamu dulu.”
“Ini jauh lebih baik.”
Dia hanya tersenyum. Oh tidak. Lebih tepatnya nyeringai.
“Boleh aku berkeliling?”
“20 menit.”
Didalam ruangan ini semua fasilitas yang disediakan sangat modern dan lengkap. Ditambah dengan toilet di dalam ruangan. Dan yang membuat aku amat jatuh cinta terhadap ruangan ini adalah pemandangan keluar. Pemandangannya langsung mengarah kearah danau dan sebuah bukit. Bisa dibayangkan bagaimana indahnya saat malam hari? Aku sungguh tak sabar menunggu itu. Bahkan aku rela kerja lembur demi itu.
“Time its up Ify.”
Aku menghela nafas kasar. Kenapa 20 menit terasa seperti 20 detik?
“Peraturan pertama adalah kau harus selalu tepat waktu.” Sedaritadi dia sudah menerapkan ini.
“Yang kedua, kau harus cepat. Aku sangat menghargai waktu. Mereka berharga.” Waktu waktu waktu, baiklah.
“Yang ketiga, kau harus patuhi apa yang aku katakan. Disini aku membagi beberapa sektor dengan ketua masing-masing. Mereka hanya akan tunduk pada ketua mereka bukan aku. Namun pasti sang ketua tunduk padaku. Dan khusus untukmu, karena kau sekertaris pribadiku, kau hanya akan tunduk langsung padaku.” Untuk bagian ini aku mengangguk. Cukup unik juga sistem yang diterapkannya.
“Yang keempat, kau harus bisa membaca situasi. Misalnya didalam kantor dan urusan pekerjaan, kau bisa memanggilku secara formal. Namun diluar itu, kau bisa memanggilku Rio.”
Sangat Gabriel. Ternyata mereka memiliki kesamaan dibalik tatapan membunuh tempo hari.
“Yang terakhir, kau harus pulang tepat jam 6 sore. Tak kurang tak lebih.”
“WHAT?”
“Semua karyawan disini hanya bekerja hingga jam 6 sore. Itu perintahku yang tak boleh dilanggar siapapun.”
“Tapi bagaimana dengan lem—“
“Aku tak menerapkan sistem lembur pada karyawanku.”
“Tapi bisakah aku tetap disini barang sebentar saja lewat jam 6? Aku hanya ingin—“
“Tanpa kecuali. Aku tak mengizinkan siapapun berada disini lewat dari jam 6.”
“Tapi apa hubungannya dengan—“
“Kuharap tak ada pertanyaan lagi nona Ify. Kau bisa tinggal di apartemen yang telah aku siapkan. Kartunya ada di mejamu. Dan jangan lupa besok kita akan ke Spanyol. Jadi siap kan dirimu.” Dia pun meninggalkan ruanganku tanpa mempedulikan responku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Night
Fantastik[TAHAP REVISI] Arylin Salifyna Umari merasa aneh dengan bosnya sendiri karena melarangnya melihat malam. "Memang ada apa dengan malam?" Sebaliknya Arios Adirajada Haling direktur muda dengan sikap dingin yang suka mengambil keputusan sendiri kini t...