Chapter 3

2.2K 400 95
                                    

Wonwoo tidak bisa terlelap karena rasa sakit di wajahnya. Ke dua pipinya terasa berdenyut karena tamparan yang begitu kuat. Apalagi tamparan itu berulang kali mendarat di wajahnya.

Dalam keadaan terpejam, remaja manis itu berulang kali meringis. Matanya merasakan kantuk, tapi rasa sakit menghalangi mendapat mimpi indah.

"W-Wonwoo ... hiks ... jangan sakit lagi. Kau sudah berjanji untuk tetap baik-baik saja."

"Mingyu."

Dalam keadaan setengah sadar, ia menyebut nama Mingyu. Nama yang tidak pernah terlupakan meski dalam keadaan terpejam.

Saat membuka mata, ia selalu menyembunyikan rasa sakit di tubuhnya. Ia selalu memperlihatkan kalau ia baik-baik saja. Namun tidak dengan saat ini. Dengan mata terpejam, ia tidak bisa menutupi rasa sakit yang dirasakan. Berulang kali ringisan keluar dari bibir tipisnya. Keningnya berkerut dan tidur yang terlihat gelisah.

Kernyitan di dahinya perlahan memudar saat merasakan sentuhan di pipinya. Sentuhan yang begitu lembut dan hati-hati. Ringisan kesakitan itu sudah tidak lagi terdengar. Hanya sesekali menyebut nama yang terus terucap dari bibirnya.

0o0o0o0o0o0o0o0o0o0o0

Saat matahari memaksa keluar menggantikan malam, Wonwoo sudah siap dengan seragam sekolahnya. Kamarnya tampak rapi seperti biasa. Dan ia juga sudah membantu ibunya memasak. Dan pekerjaannya membersihkan halaman belakang juga sudah dilakukan.

Ia mematut penampilannya di cermin kamarnya. Sweater dan blazer sudah membungkus tubuh kurusnya. Tidak ada sentuhan berarti pada rambutnya. Bahkan poni itu ia biarkan menutupi dahinya.

Tangannya terangkat ke pipinya. Rasanya sudah tidak sesakit sebelum ia memejamkan mata. Bahkan ia sudah bisa menyunggingkan senyum untuk sang ibu.

"Tadi malam, aku bermimpi ada yang menyentuh wajahku," gumamnya. Dan setelahnya ia menghela nafas.

"Hah ... kebiasaan burukku. Selalu bermimpi yang aneh," lanjutnya sembari beranjak dari depan cermin.

Ia tidak lagi mempertanyakan siapa yang menyentuh wajahnya di mimpi. Karena mimpi serupa selalu hadir di tidurnya. Tidak jarang ia bermimpi seseorang memeluknya, mengompres demamnya, bahkan memberikan kecupan di dahi dan pipinya.

Wonwoo tidak tahu sejak kapan mimpi itu singgah di tidurnya. Yang ia tahu, setelah ia memimpikannya, ia merasa baik-baik saja. Ia tidur dengan nyenyak dan bangun dalam keadaan seoah tidak terjadi apapun.

Saat keluar dari kamarnya, ia bisa mendengar keributan dari ruang tengah.

"Lihat apa yang terjadi karena kau tidak bisa mengendalikan dirimu!"

Wonwoo sangat mengenal suara itu. Itu adalah suara Youra yang sepertinya sedang marah. Tanpa rasa takut, ia langsung berlari mendekat. Namun langkahnya terhenti saat seseorang menahan lengannya.

Saat ia menolah, seorang wanita menggeleng dengan tatapan memohonnya.

"Aku akan baik-baik saja Noona," ucapnya meyakinkan. Dengan perlahan, ia melepas tangan wanita itu. Beranjak ke ruang tengah yang membuat Euna mendesah.

"Apa kau tidak bisa mengingatnya Kim Mingyu? Apa kau tidak mengingat dengan baik apa yang kami ajarkan? Kau harus menjaga sikapmu meski seberapapun kau tidak menyukainya. Bukankah kami sudah ajarkan agar menggunakan segala cara untuk mendapat apa yang diinginkan?" teriak Youra penuh amarah. Mingyu yang di depannya hanya menunduk.

"Aku tahu. Maafkan aku Eommonim."

"Kalau kau tahu kenapa kau melakukannya hah? Sikapmu sudah merugikan perusahaan." Dengan geram, Youra mengambil gelas teh di dekatnya. Menyiramkan isinya ke arah Mingyu. Namun ia sedikit terperanjat saat Wonwoo tiba-tiba muncul. Menjadikan tubuhnya untuk menghalangi air itu mengenai Mingyu.

Tree of PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang