Chapter 5

2.3K 390 88
                                    

S.W : Maaf untuk typo yang bertebaran.

-

-

Pergerakan tangan Youra terhenti. Benda panas yang hampir mengenai wajah Wonwoo, menggantung di udara. Sebuah tangan dari arah samping menahan pergerakan tangannya.

"Apa yang kau lakukan, Mingyu? Kau tidak lihat eommeoni sedang memberi hukuman pada pembantu sialan ini?" Mingyu justru tersenyum dan memiringkan kepalanya.

"Eommeoni berniat merusak wajahnya dan membuat semua orang di sekolahku melihatnya? Eommeoni tidak bermaksud membuatku dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan tidak penting ini saat aku di sekolahkan? Bagaimana pun mereka semua tahu anak ini adalah pembantu di rumah ini."

Dalam diam, Youra membenarkan perkataan Mingyu. Ia tidak ingin putra kebanggaannya terlihat buruk di mata orang lain. Namun Youra tetaplah Youra. Ia tidak akan sebaik itu melepaskan Wonwoo. Benda panas itu di hempaskan ke kaki remaja malang itu sebelum pergi. Membuat Wonwo tanpa sadar mengeluarkan pekikan kesakitannya.

"Ini salah satu alasan eommeoni tidak setuju saat kau memintanya berada di sekolah yang sama denganmu," ucap Youra sembari meninggalkan Wonwoo. Sedangkan Mingyu masih berdiri di tempatnya. Hanya saja Mingyu tidak melihat ke arah Wonwoo. Memandangi punggung sang ibu yang semakin menjauh.

Wonwoo terduduk di lantai. Tanpa bisa ia cegah, air matanya menetes. Namun ia menahan rasa sakit dan tangisnya dengan menggigit bibir bawahnya. Bahkan tidak ada keluhan saat kakinya terasa melepuh dan terbakar.

Saat Mingyu mulai menjauh, Wonwoo memperhatikan kepergiannya. Sembari menahan rasa sakitnya, ia memandang remaja tampan itu dengan nanar.

"Apa maksudnya Mingyu yang memintaku ada di sekolah yang sama dengannya? Bukannya aku sekolah di sana karena tidak ada sekolah yang menerima siswa bodoh sepertiku? Aku bisa sekolah karena nama keluarga ini."

Wonwoo menoleh saat mendengar suara terjatuh. Saat menoleh, ternyata sang ibu yang terduduk di lantai. Di sampingnya, Euna menangis dan membekap mulutnya. Ia tidak tahu ke dua wanita itu dan pelayan lainnya melihat semuanya.

"Eomma." Wonwoo tersenyum. Menekan rasa sakit yang dirasakan sekuat tenaga. Ia tidak ingin membuat sang ibu semakin bersedih melihat keadaannya.

Ia mencoba berdiri. Berjalan tertatih ke arah sang ibu. Sembari tersenyum, Wonwoo menuntun ibunya berdiri.

"Aku tidak apa-apa Eomma. Lihat! Aku masih bisa berjalan. Telapak kakiku sama sekali tidak terluka, jadi aku masih bisa berjalan dan berlari."

Euna memalingkan wajahnya. Tidak sanggup meski hanya melihat luka itu. ia mendongak agar air matanya tidak meluncur dengan deras. Tapi seberapa keraspun ia menahannya, rasa sakit di hatinya tidak bisa ia tutupi. Ia langsung menangis terisak dan memeluk Wonwoo.

"Noona mohon pergilah dari rumah ini Wonwoo-ya. Pergi sejauh-jauhnya dari neraka ini. Jangan biarkan mereka menyakitimu lagi. Sudah cukup semua rasa sakit dan penderitaan yang kau rasakan. Kau tidak pantas menerima semua penyiksaan ini. Noona mohon pergilah Wonwoo-ya," pinta Euna dengan tangisan yang terdengar memilukan.

"Noona membenciku? Noona sama seperti mereka yang tidak ingin aku ada di dunia ini? Noona juga menganggapku anak sialan yang tidak pantas hidup?" tanya Wonwoo. Membuat Euna langsung melepas pelukannya.

"Kenapa kau bertanya sekejam itu?" Wonwoo justru tersenyum. Tangannya terulur untuk mengganggam tangan Euna.

"Kalau Noona dan eomma tidak seperti mereka, aku akan tetap berada di sini. Di rumah ini, mungkin di dunia ini, hanya kalian yang menyayangiku dan menganggap kehadiranku. Jadi untuk apa aku pergi saat aku tahu tidak ada orang yang bisa menyayangiku seperti kalian? Untuk apa aku pergi jauh sementara aku tahu di rumah ini masih ada orang yang mau menerima kehadiranku? Meski seluruh tubuhku sakit, percayalah aku bisa bertahan selama ada kalian."

Tree of PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang